Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Madiun > Artikel
Kesuksesan atau Kebahagiaan
Jarwa Susila
Senin, 14 Februari 2022   |   4556 kali

Kesuksesan atau Kebahagiaan

 

Ini kisah tentang Paijo Cah Kerjo. Saat duduk dibangku sekolah, Paijo berkata akan sangat bahagia jika lulus sekolah dan masuk perguruan tinggi favorit. Saat telah diterima di perguruan tinggi favoritnya, bahagianya tidak berlangsung lama karena fokusnya saat ini hanya ingin segera menyelesaikan studi secepatnya dan mendapatkan pekerjaan. Dia membayangkan memiliki pekerjaan dan mendapat penghasilan akan membuatnya bahagia, namun saat telah mendapatkan pekerjaan, Paijo ternyata tidak terlalu bahagia karena stres dengan beban pekerjaan. Kemudian dia berharap memiliki pasangan dan keturunan agar harinya di rumah dipenuhi kebahagiaan dan keceriaan. Setelah memiliki pasangan dan anak yang dia idamkan, Paijo masih sering merasa khawatir dan tidak bahagia. Dia ingin segera melihat anak-anaknya tumbuh besar dan sukses serta ingin pensiun dari pekerjaannya yang melelahkan dan bahagia menikmati hari tuanya. Saat telah pensiun, dia sering sakit-sakitan dan susah untuk bergerak karena umurnya yang tidak muda lagi. Karena sering tidak mampu menahan rasa sakitnya, Paijo pun berkata, “Seandainya aku meninggalkan dunia ini mungkin aku akan lebih bahagia.”

Kisah di atas hanyalah fiksi namun banyak merepresentasikan kehidupan yang ada di sekitar kita, bahkan mungkin merepresentasikan kehidupan Anda sendiri. Ada banyak dari kita yang meletakkan kebahagiaan pada kata “jika” atau “seandainya”. Seandainya saya sukses, seandainya saya menjadi kepala kantor, seandainya saya mutasi ke homebase dan lain sebagainya. Namun jika hal tersebut tidak pernah Anda capai, apakah Anda tidak akan pernah bahagia?

Banyak dari kita berusaha sangat keras mengejar kesuksesan demi sebuah kebahagiaan sehingga tanpa disadari kita melewatkan banyak sekali hal penting dalam hidup yang ada disekitar kita. Perkembangan tumbuh kembang anak, melewatkan perhatian pada orang tua, kehadiran keluarga dan lain sebagainya. Padahal di setiap detik yang kita lalui tidak akan pernah terulang dan kembali lagi. Shawn Achor, berdasarkan penelitiannya di Harvard University mengatakan bahwa kesuksesan tidak menjamin kebahagiaan. Justru sebaliknya, kebahagiaan lebih fundamental daripada kesuksesan. Kebahagiaan adalah pusat, sementara kesuksesan berputar mengelilinginya. Seperti bumi yang mengelilingi matahari, kesuksesan bergerak mengikuti kebahagiaan sebagai pusatnya. Bahagialah saat ini, detik ini, mulailah dengan tersenyum.

Kebahagiaan, bagaimana cara mengukur tingkat kebahagiaan seseorang? Kebahagiaan tidak seperti berat badan atau tinggi tubuh yang bisa diukur dengan skala angka. Kebahagiaan melibatkan perasaan yang terkadang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pertanyaan ini rupanya mengusik benak para ilmuwan di Universitas Harvard. Dalam kurun 75 tahun, mereka meneliti apa yang menjadi penentu utama kebahagiaan seorang manusia. Penelitian jangka panjang itu disebut Grant Study of Adult Development, 1938-2000. Hasilnya, resep bahagia ternyata sangat sederhana. Hubungan yang baik dengan sesama manusia membuat hidup lebih bahagia dan lebih sehat. Demikian kesimpulan yang dituliskan di akhir penelitian.

Kebahagiaan merupakan emosi positif yang membantu kita menjadi lebih kuat saat melewati tantangan. Kebahagiaan membuat kita memiliki semangat dan fokus yang tinggi. Kebahagiaan juga merupakan motivasi dasar yang mendorong kita melakukan hal-hal terbaik yang bisa kita lakukan. Pendiri The Happiness Institute, Dr. Tim Sharp, mengatakan orang yang bahagia biasanya akan selalu sukses dengan apa yang sedang mereka lakukan. Orang-orang bahagia cenderung lebih sehat. Mereka hidup lebih lama. Mereka lebih sukses di tempat kerja dan memiliki kualitas hubungan yang lebih baik. Orang-orang bahagia tampil lebih baik di hampir semua hal bila dibandingkan dengan mereka yang mengalami depresi atau tidak bahagia. Tentunya dalam hidup, ada saatnya kita mengalami naik-turun emosi atau saat-saat terpuruk dan merasa hancur. Namun jangan berlama-lama dalam situasi tersebut. Segera ubah emosi negatif tersebut dengan melakukan berbagai hal positif. Misalnya mengucap syukur atas apa yang terjadi hari ini. Luangkan waktu sejenak untuk menyadari bahwa Anda lebih beruntung daripada yang mungkin Anda sadari. Mendengarkan musik bertema positif, berolahraga, meditasi, berafirmasi atau hanya berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah Anda. Salah satu hal positif lainnya yang dapat meningkatkan kebahagiaan kita adalah dengan memaafkan orang lain. Menyimpan dendam hanya akan membuat kita semakin tertekan dan tidak bahagia. Ini dapat menjadi penghambat untuk kita bergerak maju dalam mencapai tujuan yang kita miliki.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kebahagiaan karyawan berimplikasi kepada peningkatan produktivitas kerja. Sebuah studi tentang Happiness and Productivity yang dilakukan para Ekonom di Universitas Warwick Inggris Raya, menemukan bahwa kebahagiaan mempengaruhi kenaikan produktivitas sebesar 12 % sedangkan pekerja yang tidak bahagia terbukti 10% kurang produktif.

Demikian pula para peneliti Wharton Business School, Pennsylvania, menemukan perusahaan dengan karyawan yang bahagia mengungguli pasar saham dari tahun ketahun. Tim peneliti menemukan bahwa kebahagiaan manusia memiliki efek kasualitas yang besar dan positif terhadap produktivitas. Emosi positif dapat meningkatkan semangat kerja. Data lain menunjukkan bahwa karyawan yang bahagia 10 kali lebih jarang sakit daripada karyawan yang tidak bahagia. Sedangkan para pedagang yang bahagia menghasilkan penjualan 37 % lebih besar. Mengapa kebahagiaan bisa berimplikasi pada produktivitas dalam pekerjaan? Peneliti mengungkap beberapa alasannya. Kebahagiaan membuat mindset seseorang positif. Orang yang tidak bahagia adalah orang yang cenderung negatif dan hanya akan memandang masalah sebagai kesulitan sedangkan orang yang bahagia akan selalu bersikap positif dan optimis. Orang yang bahagia akan melihat masalah sebagai peluang untuk melakukan hal-hal yang positif. Hal ini disebabkan karena mereka tidak berfokus pada keterbatasan yang dimiliki tetapi lebih berfokus pada kemampuan yang dapat dikembangkan. Kebahagiaan menghasilkan kinerja terbaik. Bekerja yang tidak memiliki kebahagiaan di tempat kerja menyebabkan mereka selalu mengeluh dan membicarakan hal-hal yang tidak disukai. Hasilnya, mereka memiliki kinerja yang buruk dan tidak diperhitungkan sebagai pekerja yang kompeten. Kesedihan hanya membuat seseorang fokus pada hal-hal yang buruk, tidak dapat melakukan perbaikan, bahkan tidak dapat melakukan pencapaian besar. Sebaliknya, kebahagiaan akan membuat seseorang memandang suatu hal dari sudut yang berbeda, dapat menghasilkan kinerja terbaik dan melakukan pencapaian besar sehingga menjadi pekerja yang kompeten dan dapat diandalkan.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa orang yang memiliki kebahagiaan lebih berani dalam mengambil peluang. Mereka tidak ragu mengambil peluang yang ada di depan mata. Sementara, orang yang tidak bahagia hanya akan bersikap pasrah dan tidak berani membuat terobosan dan membuat perubahan apapun. Lalu jika kebahagiaan benar-benar merupakan kunci sukses, bagaimana cara memperbaiki diri dan mulai bahagia?

Sebuah studi jangka panjang terhadap 700 lelaki dan pasangannya dilakukan oleh ilmuwan dari Harvard University. Direktur penelitian, Robert Waldinger, memaparkan temuannya di panggung TED Talk.  Bahwasannya, kunci kehidupan yang bahagia adalah kekuatan hubungan dengan keluarga, sahabat, dan pasangan. Para lelaki yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan, mereka yang mempunyai hubungan erat dengan keluarga, sahabat, dan komunitas cenderung lebih bahagia dan lebih sehat daripada mereka yang hubungan sosialnya tidak begitu baik. Selain lebih bahagia dan lebih sehat, mereka juga cenderung lebih panjang umur dibandingkan orang yang hidup kesepian.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 yang diterbitkan dalam Jurnal Social and Personality Psychology Compass, terungkap bahwa kesepian bisa mempengaruhi kesehatan, mental, tidur dan kesehatan secara umum yang pada gilirannya meningkatkan resiko sakit. Kunci kebahagiaan yang kedua yaitu memiliki kualitas hubungan yang baik dengan pasangan. Kualitas hubungan mempunyai dampak sosial yang lebih besar terhadap kesehatan sosial dan psikologis. Bukan hanya tentang mempunyai pasangan hidup yang penting karena apabila pasangan yang sudah menikah namun tidak memiliki hubungan yang baik sesungguhnya mereka tidak lebih bahagia dibandingkan dengan orang yang tidak menikah. Hubungan yang baik dengan pasangan juga mencegah penurunan kesehatan mental.

Studi yang dilakukan pada tahun 2013 yang diterbitkan dalam jurnal Plos One mengungkap bahwa orang yang menikah tanpa bercerai atau tanpa masalah sampai umur 50 tahun ternyata mempunyai kinerja memori yang lebih baik dan mempengaruhi menurunnya risiko demensia. Semua penelitian pada dasarnya mengungkapkan bahwa hubungan yang kuat dan baik sangat mempengaruhi kebahagiaan dan kesehatan seseorang.

 

“Kehidupan yang baik, seperti yang saya bayangkan, adalah kehidupan yang bahagia. Saya tidak bermaksud bahwa jika Anda baik, Anda akan bahagia. Maksud saya, jika Anda bahagia, Anda akan baik-baik saja.” Filsuf Bertrand Russell, 1951.

 

Ditulis oleh Jarwa Susila KPKNL Madiun


Sumber referensi:

 

https://dataverse.harvard.edu/dataset.xhtml?persistentId=doi:10.7910/DVN/48WRX9#:~:text=Grant Study of Adult Development, 1938-2000 - Original Murray Collection&text=The purpose of this study,of men adapt to life.&text=The study recruited 268 healthy,universities between 1938 and 1942.

 

https://www.beritasatu.com/gaya-hidup/274588/studi-orang-yang-bahagia-lebih-mampu-raih-sukses#:~:text=Pendiri The Happiness Institute, Dr,pada banyak dalam aspek kehidupan.

 

https://wrap.warwick.ac.uk/63228/7/WRAP_Oswald_681096.pdf

 

https://www.youtube.com/watch?v=GoAgmIL0SLQ

 

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160104114343-277-101978/peneliti-temukan-tiga-rahasia-kebahagiaan-sejati

 

https://beritagar.id/artikel-amp/gaya-hidup/3-kunci-bahagia-menurut-ilmuwan-harvard


Disclaimer

Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini