Pada suatu tempat kerja kadang
terdapat Staf yang bermasalah atau Staf yang kurang produktif dan dinilai belum bisa bekerja maksimal sehingga
sangat diperlukan pengembangan kinerja sumber daya manusia yaitu dengan
menegakan disiplin. Menurut Nitisemito
(1992), disipilin kerja diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku, dan
perbuatan yang sesuai peraturan dari organisasi. Sedangkan
menurut Rivai (2010) disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para
manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah
suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma
sosial yang berlaku. Dari pengertian disiplin tersebut dapat disimpulkan bahwa
displin kerja dilakukan atasan kepada staf
sebagai kepercayaan untuk menjalankan peraturan organisasi, kepatuhan, dan kesetiaan
sehingga pekerjaan
dilaksanakan
secara efektif, penuh
kesadaran dan keikhlasan
yang tumbuh konsisten
sehingga
memberikan
pengaruh terhadap kinerja organisasi.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan kinerja pada pegawai yang belum maksimal melaksanakan kinerja yaitu :
a.
Mendalami dan Mengamati Penyebabnya
Belum
maksimalnya kinerja pada staf bisa disebabkan
karena ada perasaan takut salah dalam melaksanakan perintah, takut tidak sesuai harapan atasan, merasa tidak
lebih pintar dari rekan kerja, sehingga inisiatif dari diri staf tersebut tidak
muncul dan bahkan tenggelam dengan merasa cukup seadanya. Hal tersebut perlu dimunculkan dengan memberikan
penyegaran lewat tulisan maupun lisan untuk bangkit dan semangat menjalankan
amanah sebagai pegawai. Lewat tulisan bisa dilakukan dengan memberikan pesan
via wa terkait hal-hal yang berhubungan dengan suplemen yang dapat menimbulkan
semangat. Lewat lisan dapat dilakukan dengan sikap yang empati, menerima, dan mendengarkan apa yang menjadi kendala dalam melaksanakan
pekerjaan baik diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung. Bisa saja
kendala yang diungkapkan adalah ketidaktahuannya untuk mengerjakan tugas-tugas
tersebut misalnya tidak mengerti dengan alat komputer yang tambah canggih
sehingga perlu adanya bimbingan dengan pelan-pelan. Atau bisa jadi tidak
mengerti dengan penugasan yang diberikan atasan tersebut, karena perbedaan
zaman dan sistem kerja.
Dengan adanya
motivasi dari atasan tersebut akan menggerakkan hati staf untuk lebih giat dan
bangkit dari ketertinggalan selama ini dan berusaha untuk bekerja lebih
maksimal dengan mengembangkan kerjasama secara
efektif memengaruhi disiplin kerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Strategi dan
teknik komunikasi disesuaikan dengan tingkat
kematangan staf sehingga staf dapat memberikan kemampuan dan kemauan yang lebih
baik lagi. Menurut Gibson, dkk (1982,1989) sikap adalah faktor yang sangat
menentukan pembentukan perilaku, sebab sikap berhubungan dengan persepsi,
kepribadian, belajar dan motivasi. Cinta dan perhatian terhadap staf akan
menumbuhkan ikatan dan kesadaran akan tanggung jawab terhadap rutinitas
pekerjaan yang harus dikerjakan.
Yaitu diberikan instruksi atau perintah yang sama
seperti kepada staf yang produktif dan harus mengenyampingkan staf tersebut takut salah dalam melaksanakan
perintah, takut tidak sesuai harapan, tetapi terus melakukan pendampingan
pelaksanaan penugasan terus menerus secara proporsional kepada bawahannya dan
terus membimbing sampai menjadi kebiasaan yang menjadi sebuah kesadaran, sebuah
kesenangan, dan tidak terasa memberatkan. Untuk mendampingi dan membimbingnya
perlu menyesuaikan dengan budaya dan kebiasaan seseorang berada, supaya dalam mengarahkan untuk mengerjakan dilakukan sampai tuntas dengan hati yang
paling dalam. Dengan pendampingan penugasan akan terjalin hubungan tersampaikannya
pesan dan menerima pesan yang harmonis dan secara psikologis mudah untuk
penetrasi budaya kerja.
Dalam pendampingan tugas bisa diselipkan apresiasi
baik skala kecil maupun skala besar sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk
bekerja lebih giat lagi. Apabila atasan menemukan kesalahan pada saat
mengerjakan tugas, maka atasan memberikan solusi untuk memperbaiki dengan mendorong
untuk terus belajar dan berkembang dan menciptakan situasi positif dan
menyenangkan sehingga suasana kerja menjadi lebih bahagia. Interaksi dan sikap
peduli atasan akan terjalin kepercayaan dan tercipta suasana kerja yang nyaman
dan menyenangkan.
Dengan
demikian pelaksanaan manajemen kinerja sudah dijalankan, Manajemen Kinerja
menurut Bacal (1999) adalah komunikasi yang berkelanjutan dan dilakukan dalam
kemitraan antara atasan dan bawahannya. Proses ini meliputi kegiatan membangun
harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
Dengan
memberikan penugasan yang proporsional terhadap semua staf, tidak terlalu
bertumpuk pada
satu staf, akan
berdampak hilangnya rasa
jenuh dan tidak merasa
dikecewakan, pekerjaan
akan
dijiwai, merasa menikmati pekerjaan tersebut
selain melaksanakan tusi, juga menjadi suatu kesenangan dan kebahagiaan lahir
dan batin sehingga dapat menimbulkan tanggung jawab terhadap pekerjaannya dan
mengutamakan hasil kerja dengan baik, sesuai standar yang telah ditetapkan yang
menjadi nilai nilai dasar yang melekat pada budaya organisasi. Dalam
organisasi yang kuat, maka tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Kuat
dan lemahnya budaya organisasi sangat ditentukan peranan dan dukungan dari
anggota organisasi tersebut.(Emay Mayasari/ Piutang Negara)