Manusia merupakan makhluk sosial dengan Idul Fitri ini mengingatkan bahwa Iebaran
adalah momentum memperkuat solidaritas dengan sesama manusia lebih-lebih bagi
Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan perubahan dan perbaikan diri dalam
memberikan pelayanan kepada publik, setelah menjalankan perintah ibadah puasa dan
menjauhi segala larangan dalam membangun hubungan intensif dengan Allah selama
bulan puasa. Realisasi dari hubungan horizontal dan vertikal ini adalah dengan
memupuk persaudaraan dan rasa peduli kepada sesama sebagai hamba yang bertakwa.
Jadi setelah selama sebulan menjalankan puasa Ramadhan,
sebagai seorang ASN tetap memberikan layanan optimal dan terbaik kepada
masyarakat diharapkan Idul Fitri tidak hanya sebagai hari kemenangan, tetapi
juga banyak momen yang kita dapatkan antara lain melakukan perubahan dan
perbaikan diri untuk meningkatkan hubungan horizontal dan vertikal tentunya
bagi pegawai untuk mendorong peningkatkan semangat kinerja pegawai.
Penulis
mencoba menjelaskan momentum lebaran sebagai refleksi untuk meningkatkan
hubungan horizontal dengan sesama manusia dan hubungan vertikal kepada Tuhannya
serta melakukan perubahan dan perbaikan diri. Ucapan selamat Idul Fitri “Mohon
Maaf Lahir Batin” merupakan sebuah kalimat yang kita ucapkan pada hari raya
Idul Fitri setiap tahun. Kejadian atau kekhilafan yang lama sudah berlalu, yang
baru akan dimulai dengan hati yang bersih karena kita sudah saling memaafkan
satu dengan yang lainnya. Memaafkan bukan hanya lahir saja namun permohonan
maaf yang lebih mendalam, yakni batin. Tentunya momentum lebaran ini banyak
yang kita dapatkan untuk meningkatkan hubungan horizontal dan vertikal, serta
sebagai momentum untuk melakukan perubahan dan perbaikan diri.
A.
Momentum Lebaran Sebagai Refleksi Untuk Meningkatkan Hubungan Horizontal dan
Vertikal.
Sebagai seorang muslim, patutlah kita menjaga
keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia yang meliputi semua
hal yang berkaitan dengan dunia. Fitrah manusia yang tidak bisa hidup sendiri
atau disebut dengan makhluk sosial. Hal itu membuat seseorang untuk menjalin
hubungan dengan yang lainnya.
Banyak cara untuk menjalin hubungan agar baik
seperti saling menghormati, berkasih sayang, berpengertian dan saling
menghargai. Hal tersebut dibutuhkan menghadapi keragaman yang ada di muka bumi
ini. Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, dan
agama.
Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan keseimbangan vertikal dalam
hidup kita, dapat sekaligus menciptakan keseimbangan horizontal bagi semua
makhluk. Keseimbangan horizontal merupakan hubungan kita terhadap sesama
manusia. Manusia merupakan makhluk sosial, saling bergantung satu sama
lain. Saat butuh bantuan, maka akan meminta tolong kepada yang lain, dan
mendapatkan bantuan dari orang lain pula. Maka, kita tidak boleh bertindak
seenaknya dengan orang lain, menyakitinya, bahkan bersikap tak acuh pada orang
lain.
Karena suatu saat kita akan membutuhkan bantuan orang lain, membutuhkan
keahlian, jasa orang lain. Jika kita bersikap tidak menghargai sesama, saat
dalam masa sulit kita akan sendirian, tak ada yang membantu. Keseimbangan
vertikal dan horizontal, sangatlah penting untuk membantu membentuk pribadi yang
berkualitas. Tidak hanya sebatas prestasi, namun juga ber-etikat, manner,
dan bermoral yang baik. Keseimbangan vertikal atau bisa juga disebut sebagai
hablun min Allah, maksudnya adalah hubungan kita dengan Allah SWT.
Memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah
satu akhlak mulia yang perlu ditanamkan pada diri manusia atau pegawai. Ajaran
agama tentang memaafkan kesalahan orang lain yang dapat menjadi pedoman. Saling memaafkan atas segala
kesalahan, kekhilafan secara lahir maupun batin, yaitu melupakan semuanya dan
tidak ada sedikitpun bekas yang menempel dihati. Berati kita akan membuang
jauh-jauh segala kesalahan orang lain, bukan menyimpan di dalam hati kita.
Jika
tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain akan memperburuk hubungan kita dengan
orang dan hubungan kita dengan Allah SWT secara vertikal, sehingga kita tidak
akan dapat kembali pada kesucian yang disimbolkan bahwa Allah Maha Pemaaf.
Namun untuk mendapatkan maaf dari Allah karena adanya kesalahan dari sesama manusia
perlu kita mendapatkan maaf terlebih dahulu dari sesama manusia. Manfaat Puasa
Ramadhan yang merupakan wahana guna menebus segala kesalahan kita kepada Allah.
Sedangkan untuk kesalahan kepada manusia, kita tetap harus melalui permintaan
maaf secara langsung kepada yang bersangkutan sebagai sesama manusia secara
horizontal.
Maka,
perkataan “mohon maaf lahir dan batin” sesungguhnya merupakan bentuk
pelaksanaan dari permintaan maaf secara langsung kepada manusia guna
mendapatkan pengampunan dari Allah. Disinilah, kaitan antara ungkapan minal
a'idzin wal faizin yang berdimensi vertikal dengan ungkapan mohon maaf lahir
dan batin yang berdimensi horisontal.
Tapi yang paling penting memang kita itu
menggunakan hari raya Idul Fitri untuk saling memaafkan satu
sama lain. Karena saling memaafkan satu sama lain itu tanda orang bertakwa. Anjuran
untuk meningkatkan upaya ketakwaan, sesuai ajaran agama, salah satunya adalah
melalui memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan menyadari
kesalahan-kesalahan dalam hidup atau kekurangan-kekurangan dalam ibadah. Selain
itu, dalam ajaran tersebut juga menyatakan bahwa Allah telah menyiapkan surga yang
luas bagi orang yang bertakwa. Salah satu upaya untuk meraih ketakwaan adalah
lewat berpuasa, "Puasa itu tujuannya agar jadi orang bertakwa".
Bahwa mudik bagi
seorang manusia merupakan upaya untuk menemukan dasar jati dirinya. Kerinduan
pada kampung halaman, keluarga, orang tua sejatinya adalah kerinduan seseorang
pada dirinya sendiri. Pada dirinya yang asli, yang merupakan seorang manusia.
Karena sering kali tanah rantau menghantam dengan berbagai macam tuntutan yang
menjadikan manusia tak ubahnya sekadar mesin penghasil laba atau pegawai yang
ditempatkan jauh dari tempat tinggalnya.
Sama seperti ibadah
puasa yang me-recharge (mengisi
kembali)
jiwa manusia untuk kembali menjadi seorang insan (manusia yang baik), kembali
ke kampung halaman adalah momen refleksi untuk kembali ke akar. Berbahagialah
bila dalam mudik tersebut masih ada momen silaturahmi ke tetangga, keluarga
jauh bahkan kawan masa kecil. Karena di sanalah letak sumber sejarah
kemanusiaan kita. Untuk kembali menapaktilasi masa-masa lalu yang membawa
kesadaran bahwa di balik citra yang selama ini dikenakan, ada banyak ketidaksempurnaan
diri yang secara ikhlas harus diterima dan dimaafkan.
Dalam momen mudik
inilah setidaknya seorang manusia akan kembali mengenal identitasnya. Hal ini
menjadi penting saat harus berhadapan dengan zaman yang dipenuhi kegamangan,
citra dan ketidakpastian masa depan. Sebab dengan mengenal identitas dan
memiliki kesadaran akan jati diri, seseorang akan lebih mampu untuk menjawab
tantangan zaman dengan memberi perubahan-perubahan positif bagi lingkungannya.
Kembali ke fitri dalam
momen lebaran sungguh bermakna
membawa diri pada kondisi kembali ke suci. Kembali ke keadaan nol. Bila puasa
meluruhkan dosa manusia yang bersifat vertikal kepada Allah SWT, di Idul Fitri
dosa yang sifatnya horizontal diharapkan dihapuskan pula. Hal ini karena saat
momen lebaran, tali silaturahmi dan saling memaafkan kembali terjalin ke mereka
yang selama ini mungkin terlupa oleh rutinitas.
Indonesia sebagai negara yang penuh keberagaman
suku, agama, ras dan budaya perlu menamkan nilai-nilai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan, memupuk terus toleransi untuk
menghindari perpecahan. Perbedaan masih menjadi
persoalan, meski intensitasnya kecil. Maka di sinilah pentingnya literasi
beragama, utamanya toleransi internal umat beragama dan toleransi antarumat
beragama. Idealnya setiap insan beragama mampu merayakan perbedaan dengan indah
dalam bingkai kemanusiaan dan kebangsaan.
Meski ada perbedaan dalam
kehidupan sehari-hari, sejatinya hari raya harus tetap menjadi momen yang penuh
dengan keceriaan, kebersamaan, dan keikhlasan dalam beribadah. Dan tentu saja,
sebagai seorang Muslim harus selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Termasuk peran signifikan dari pemerintah,
sebagaimana yang diharapkan Negara harus hadir menjadi pihak yang adil dan
ihsan dalam memandang dan memberikan fasilitas jika terjadi perbedaan di
Indonesia.
Masyarakat harus memaknai
perbedaan sebagai keberkahan dan rahmat. Perbedaan harus dimaknai sebagai
keindahan yang harus dijaga dipupuk dan tidak dijadikan sebagai alat yang
berpotensi menumbuhsuburkan konflik dan perpecahan bangsa. Momentum Idul Fitri
adalah momentum kembali kepada fitrah manusia yang sesungguhnya, yakni fitrah
manusia yang mencintai kebenaran, kebaikan, keindahan dan kedamaian.
Perang yang terbesar itu
adalah perang melawan diri sendiri dari segala hawa nafsu yang bisa
menghancurkan baik diri sendiri maupun orang lain dan itulah esensi dari
berpuasa. Indonesia sebagai negara yang penuh keberagaman suku, agama, ras dan
budaya perlu menamkan nilai-nilai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan, memupuk terus toleransi untuk menghindari perpecahan.
Tentunya dalam meningkatkan atau menyeimbangkan hubungan
horizontal dan vertikal diperlukan adanya yaitu sebuah perubahan dan perbaikan.
Adakalanya, kita merasa perlu memperbaiki diri dengan mengubah aspek tertentu
dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, pengalaman memperbaiki diri adalah hal
biasa yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Mungkin kita ingin meningkatkan
keterampilan di bidang tertentu, merasa lebih nyaman dalam bergaul, lebih
bahagia, atau lebih produktif. Agar bisa memperbaiki diri, kita harus
menentukan tujuan yang spesifik, melakukan perubahan, dan mampu mengatasi
kendala ketika kita berusaha menjadi yang terbaik.
Hari yang sangat
berbahagia adalah Idul Fitri, merupakan hari raya besar umat muslim
yang dirayakan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan. Di hari raya
ini, umat muslim merayakan kemenangan setelah melewati tantangan dan ujian
selama satu bulan penuh. Perubahan dan
perbaikan sikap terhadap sesama maupun terhadap pelayanan publik harus optimal, meningkat, dan berdampak langsung ke
masyarakat. Oleh karena itu,
Idul Fitri dapat dimaknai sebagai momentum perubahan dan perbaikan bagi pegawai
serta kinerjanya, antara lain:
1.
Menjadi momen untuk merenungkan dan melakukan
perubahan pada diri sendiri. Setelah berpuasa selama satu bulan penuh, kita
seharusnya dapat merasakan perubahan positif pada diri kita sendiri, baik
secara fisik maupun spiritual. Oleh karena itu, Idul Fitri dapat menjadi momen
yang tepat untuk merenungkan kembali diri kita sendiri dan melakukan perbaikan
yang lebih besar dalam kehidupan kita;
2.
Menjadi
momen untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan sesama pegawai.
Di hari raya ini, kita dapat memaafkan orang-orang yang pernah melakukan
kesalahan pada kita dan memperbaiki hubungan yang kurang bagus. Hal ini dapat
menjadi momen yang penting untuk memperkuat persaudaraan dan kerukunan;
3.
Menjadi
momen untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di sekitar kita. Kita
dapat memanfaatkan momen ini untuk melakukan amal kebaikan dan memberikan
bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dapat membawa dampak positif
bagi masyarakat di sekitar kita dan dapat menjadi bagian dari perubahan yang
lebih besar.
Idul Fitri
juga dapat menjadi momen untuk melakukan perubahan dan perbaikan pada diri kita
dalam segala aspek terutama aspek agama. Kita dapat memanfaatkan momen ini
untuk memperkuat iman dan takwa kita serta memperbaiki amal ibadah kita. Kita
dapat memulai dengan mengevaluasi kebiasaan kita selama sebulan penuh Ramadhan.
Kemudian kita evaluasi, apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.
Selain itu,
kita juga dapat menggunakan momen Idul Fitri ini untuk memperbaiki hubungan
antara umat muslim dan non-muslim. Kita dapat memanfaatkan momen ini untuk
lebih memahami dan menghargai perbedaan antar agama, serta mempromosikan
persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama.
Selanjutnya,
Idul Fitri juga dapat menjadi momen untuk melakukan perubahan dan perbaikan
dalam aspek sosial. Kita dapat memanfaatkan momen ini untuk lebih peduli
terhadap kondisi masyarakat di sekitar kita, serta berpartisipasi dalam
program-program sosial yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Makna
Negara Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Negara
Indonesia sudah memiliki Pancasila sebagai ideologi sakral negara yang
disepakati oleh para founding father negara.
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjabarkan bahwa negara
Indonesia bukan tipikal negara sekuler dan juga bukan negara agama tertentu.
Bersatunya kecintaan akan agama dan negara sehingga di
Indonesia, agama bisa berjalan beriringan dengan negara Pancasila. Secara
sempurna menyatukan kecintaan terhadap negara sejalan dengan kecintaan pada
agama melalui sebuah jargon singkat hubbul wathan minal iman yang berarti
nasionalisme bagian dari iman.
Negara Indonesia mengakui Tuhan YME menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab yatu negara kebangsaan yang memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita rakyat yang
luhur. Negara Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi manusia sebagai
pribadi dengan segala hak dan kewajibannya.
Negara tidak memaksakan agama dan kepercayaan
kepada Tuhan YME karena setiap orang punya keyakinan masing-masing. Maka negara
dalam hal ini menjamin kemerdekaan setiap warganya untuk memeluk agama dan
kepercayaan sesuai dengan hati nuraninya. Kebebasan
beragama adalah saah satu hak asasi paling dasar karena langsung bersumber pada
martabat manusia sebagai pribadi dan mahluk Tuhan.
·
Kemampuan
dalam mempromosikan sikap toleransi,
keterbukaan, peka terhadap perbedaan individu/ kelompok
masyarakat.
·
Mampu
menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam mempersatukan masyarakat dan
membangun hubungan sosial psikologis dengan masyarakat di tengah kemajemukan Indonesia
sehingga menciptakan kelekatan yang kuat antara ASN dan para pemangku kepentingan serta
diantara para pemangku kepentingan itu sendiri.
·
Menjaga, mengembangkan, dan
mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Indonesia
Dalam
kesimpulannya, Idul Fitri dapat menjadi momentum penting bagi pegawai untuk
meningkatkan hubungan horizontal dan vertikal serta melakukan perubahan dan
perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan. Selain
melakukan perubahan dan perbaikan pada diri sendiri, kita juga dapat melakukan
perubahan dan perbaikan pada hubungan dengan orang lain, agama, dan sosial.
Semoga Idul Fitri ini dapat menjadi momen yang membawa dampak positif bagi
kehidupan kita dan masyarakat di sekitar kita sebagai momen untuk mempererat
persaudaraan sebangsa dan setanah-air. Dengan
dilandasi semangat spiritual dan kebangsaan diharapkan mampu memupuk persatuan
dan kesatuan bangsa untuk meredam perpecahan bangsa. Berjihad melawan diri
sendiri, melawan keegoan kita sendiri, sesungguhnya adalah jihad kita bersama
untuk mencintai dan mengokohkan NKRI tercinta ini.
Penulis : Abd. Choliq, Kepala Seksi Kepatuhan Internah,
Kanwil DJKN RSK
Referensi :
1. https://kumparan.com/andhika-prima-rizaldi/memaknai-mudik-dalam-dimensi-sosio-kultural-dan-religius-20DWYkgnH2G/full [diakses pada tanggal 29/04/2023]
2. https://www.nu.or.id/nasional/kiai-said-hubbul-wathan-minal-iman-ramuan-penyatu-cinta-agama-dan-bangsa-0Px6G [diakses pada tanggal 30/04/2023]
3. https://kumparan.com/nandi-id/memaknai-idulfitri-1444-hijriyah-sebagai-momentum-perubahan-dan-perbaikan-20GLw2pAbEA/full
[diakses pada tanggal 29/04/2023]