Bila berencana untuk berwisata ke Batam jangan lupa
sekalian mengunjungi Kampung Vietnam atau Camp Vietnam di Pulau Galang,
Kota Batam, Provinsi Riau atau Kepulauan Riau. Lokasi ini pernah menjadi saksi
bisu kelamnya sejarah ratusan ribu pengungsi dari Vietnam yang datang ke tempat ini. Pulau
Galang pada awalnya tidak berpenghuni sampai orang Vietnam datang untuk
mengungsi.
Apakah siap menuju Pulang Galang di Batam
Pulau Galang
adalah pulau bersejarah dengan pesona alam yang menakjubkan di Batam selain itu
pulau ini pernah dihuni pengungsi dari Vietnam, tempat ini sangat menarik untuk
dijelajahi dan diambil hikmahnya secara kemanusiaan. Pulau Galang Batam juga menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya
pulau ini yang tidak terlalu jauh dari Kota Batam, dengan akomodasi yang
nyaman, penginapan hotel yang terjangkau, makanan enak, transportasi udara ada,
dekat kemana-mana dan bisa sewa atau menggunakan kendaraan roda empat atau
mobil.
Jarak dan akses menuju ke pulau Galang. Pulai ini berjarak
sekitar 60 kilometer dari Batam atau menghabiskan waktu perjalanan sekitar 1.5
jam yang harus ditempuh. Tempat ini memiliki nilai sejarah yang besar. Kita
akan menemukan banyak peninggalan kuno yang telah diubah menjadi museum,
seperti perahu yang digunakan oleh para pengungsi Vietnam, bangunan yang dirancang
khusus untuk para pengungsi dan tempat-tempat yang lain untuk keperluan para
pengungsi. Kemudahan untuk menjelajahi alamat dan rute menuju lokasi pulau
Galang sangat mudah, saat itu penulis beserta rombongan melakukan kunjungan ke
Kota Batam melalaui jalur darat. Bagi kita yang ingin menuju kesana, akan
memakan waktu yang tergantung jalur yang kita pilih. Misalnya, jika kita berangkat dari bandara Hang Nadim.
Daya tarik pulau Galang ini,
wisatawan akan dimanjakan dengan keindahan kota dan pulaunya serta dapat
menikmati keindahan alam, juga terdapat keunikan budaya masyarakat lokalnya
karena terdiri multi etnik. Selain objek wisata ini, pulau Galang juga banyak
dikunjungi oleh para turis pada saat akhir pekan karena adanya
pantai Melur yang cukup indah di bagian barat pulau dan Batam sangat strategis
untuk melanjutkan wisata ke negara sebelah karena berbatasan dengan Negara
Singapura. Sejarah kampung
Vietnam di pulau Galang, pada tahun 1980-an pulau Galang mendadak menjadi
terkenal karena pulau ini menjadi topik diskusi Perserikatan Bangsa-Bangsa
disebabkan ribuan orang perahu pengungsi dari Vietnam meninggalkan negaranya
menuju ke pulau Galang. Kampung Vietnam ini
mirip sebuah desa yang ada di Indonesia pada umumnya, dulunya digunakan untuk
menampung para pengungsi korban perang saudara Vietnam.
Di Pulau Galang itulah kemudian didirikan
sebuah kamp pengungsian dengan
membuka lahan seluas kurang lebih 80 hektar bagi mereka yang kebanyakan dari
Vietnam. Sebelumnya, para 'manusia perahu' itu mendarat di beberapa daerah di
Kepulauan Riau, seperti di Tanjungpinang, Pulau Natuna, Tarempa, Anambas, dan
sebagainya. Menurut catatan sejarah, ada sekitar 250-an ribu pengungsi dari
Vietnam di kamp Pulau Galang dan selama pengungsian hingga 10-an tahun itu,
mereka diberikan fasilitas kesehatan, sekolah, dan beberapa tempat ibadah. Ada
juga pengungsi yang meninggal di sana yang kemudian dimakamkan di area kamp.
Mereka datang ke pulau Galang dengan perahu
dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka menumpang perahu berjumlah besar
sekitar 40 hinggal 100 pengungsi melakukan perjalanan dengan sempit ke dalam
satu perahu kecil dan mengapung berbulan-bulan di Laut China tanpa tujuan yang
jelas dikarenakan kondisi perang Saudara di Vietnam. Seperti kita ketahui, Kampung Vietnam merupakan tempat bekas
pengungsian warga Vietnam yang menjadi korban perang 1975-1996. Selama kurun
waktu yang lama ini, banyak peninggalan yang dapat dilihat secara langsung,
seperti candi, gereja, bahkan tempat tinggal mereka saat mengungsi, masih utuh
sampai sekarang.
Aktivitas wisatawan saat tiba di kampung Vietnam, wisatawan akan dipandu mengunjungi tempat-tempat
bersejarah untuk
dijelajahi.
Jejak-jejak peninggalan, pulau Galang juga dikenal sebagai tempat
penampungan pengungsi Vietnam yang kala itu disebut 'Manusia Perahu'.
Jejak-jejak peninggalan para pengungsi Vietnam juga masih bisa disaksikan
hingga sekarang dan bahkan menjadi daya tarik wisata di pulau Galang Selain fakta-fakta di atas, berikut ini fakta
dan keindahan pulau Galang yang wajib kamu ketahui.
Penampungan
Pengungsi Vietnam Awal mula pulau Galang menjadi tempat pengungsian warga
Vietnam adalah karena adanya pergolakan politik yang melanda Vietnam tahun
1970-an. Pergolakan kian memanas sehingga pecah perang saudara antara kelompok
masyarakat bagian selatan dan kelompok masyarakat bagian utara negara itu.
Puluhan ribu warga Vietnam kabur dari negara asalnya setelah terjadi kemenangan
Komunis dan peristiwa jatuhnya Saigon pada April 1975. Hal ini dikarenakan
mereka takut jika diperlakukan buruk oleh kepemimpinan yang baru. Mereka
kabur dengan menggunakan perahu untuk pergi ke berbagai negara.
Mereka
pun ditampung oleh penduduk sekitar dan beberapa bangunan yang telah disediakan
Pemda setempat. Namun, jumlah pengungsi Vietnam terus meningkat secara massif
sehingga diperlukan penanganan secara khusus yaitu menempatkan mereka di sebuah
pulau. Pemerintah Indonesia kemudian memilih pulau Galang sebagai tempat untuk
10.000 pengungsi Vietnam. Alasannya adalah karena pulau Galang dinilai relatif
strategis, yakni hanya berjarak sekitar tujuh kilometer dari Pulau Batam.
Penempatan para manusia perahu di pulau Galang ini juga dimaksudkan untuk
memisahkan mereka dari penduduk lokal dan meminimalisir pembaruan aktif.
Pulau
Galang sebagai kamp pengungsi di tutup pada Tahun 1996. Bekas-bekas peninggalan
pengungsi Vietnam pun masih ada hingga kini, seperti bangkai perahu
tradisional, museum, tempat ibadah berbagai agama, taman, rumah sakit, bahkan
hingga gedung perkantoran di pulau Galang yang bisa kamu lihat saat berkunjung
ke pulau tersebut. Kisah Tragis Dibalik Humanity Statue di pulau Galang yaitu
terdapat sebuah patung yang diberi nama Humanity Park atau ‘Sacre of Humanity’.
Wisatawan
dapat melihat patung sederhana berwarna putih ini dibangun untuk mengenang
seorang gadis pengungsi Vietnam bernama Tinh Nhan Loai yang memiliki kisah
tragis di sini. Ia dikabarkan bunuh diri setelah menjadi korban kekerasan
seksual oleh pemuda pengungsi Vietnam pada tahun 1985. Untuk mengenang
peristiwa tragis itu, para pengungsi membuat Patung Taman Kemanusiaan ini.
Patung ini juga dijuluki sebagai Tinhn Han Loai yang merupakan nama gadis
tersebut.
Selain ada beberapa bangunan seperti tempat ibadah di pulau ini
adalah Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja
protestan, dan mushala. Di dalam Vihara Quan Am Tu terdapat tiga patung, salah
satunya Dewi Guang Shi Pu Sha. Konon, menurut cerita, dewi ini mampu memberikan
jodoh, keberuntungan, keharmonisan dalam rumah tangga, dan banyak lainnya.
Di Pulau Galang juga dibangun pemakaman bernama Ngha Trang
Grave. Setidaknya 503 pengungsi Vietnam dimakamkan di tempat ini. Di
pulau inilah pengungsi dari Vietnam, Kamboja dan Thailand pernah ditampung oleh
Pemerintah Indonesia. Sekarang kamp ini menjadi salah satu objek wisata sejarah
di Batam program kamp pengungsian Vietnam berakhir pada 3 September 1996. Di
pulau Galang dibangun rumah ibadah, sekolah untuk anak-anak mereka dan kuburan
dan saat ini eks pengungsi ini menjadi tempat wisata. Kemudian pemerintah
menjaga kelestarian alam dan menjada kondisi hutan serta lingkungan ini dengan
baik.
Namun pada saat pandemi Covid-19 pada Maret 2020 di tempat bekas
pengungsian Vietnam, pemerintah Indonesia mengoperasikan sebagai Rumah Sakit
Khusus Infeksi (RSKI) untuk pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19)
di Pulau Galang. Rumah sakit ini khususnya merawat Pekerja Migran Indonesia
dari negara tetangga, antara lain Singapura dan Malaysia.
Sebelum
menjandi tempat pengungsian, didapat legenda pulau Galang sendiri dikutip dari
website kemdikbud.go.id, dikisahkan bahwa pada abad ke-16 Sultan Malaka
memerintahkan pembuatan lancang atau bahtera raja. Para pasukan pun pergi
mencari bahan dasar untuk membuat perahu. Hingga sampailah mereka di pulau yang
memiliki banyak pohon seraya, pohon yang menjadi bahan dasar untuk membuat
perahu atau kapal yang memiliki kualitas baik. Saat para pembuat kapal tengah membuat kapal,
datanglah seorang penduduk setempat yang bernama “Canang”.
Namun,
para pembuat kapal mengusirnya agar tidak menganggu. Mendapat perlakuan
demikian, Canang pun bersumpah bahwa lancang tersebut tidak akan bisa turun ke
laut. Agar bisa turun ke laut, perlu landasan tujuh orang wanita yang
sedang hamil anak pertama. Ketujuh wanita itulah kemudian yang menjadi landasan
turunnya “lancang” ke laut. Maka, selanjutnya pulau itu disebut dengan
Galangan dalam arti landasan yaitu manusia dijadikan galang. Dalam
perkembangannya, penyebutan pulau itu menjadi pulau Galang saja, demikian
cerita menarik pulau Galang beserta legendanya.
Penulis : Tim Bidang KIHI Kanwil
RSK
Referensi :