Tokoh Inspiratif Pegiat Anti-korupsi: Jenderal Hoegeng “Sang Polisi Jujur”
Josep May Hardi Ginting
Jum'at, 26 Februari 2021 |
116153 kali
Jenderal Hoegeng adalah satu
teladan dan tokoh yang terkenal jujur dan anti korupsi. Beliau
merupakan salah satu tokoh Kepolisian Republik Indonesia yang pernah menjabat
sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari
tahun 1968-1971. Berbeda dengan polisi lainnya di masa itu, Hoegeng tidak
mempan disuap. Baginya, lebih baik hidup melarat dari pada menerima suap
atau korupsi. Inilah beberapa kisah dan kiprah Jenderal Hoegeng sejak
merintis karier sebagai polisi hingga berpuncak pada karier sebagai Kapolri:
1.
Larang
istri buka toko bunga
Saat dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, Hoegeng meminta istrinya
yang saat itu membuka usaha toko bunga untuk menutup usahanya. Hal ini
dilakukannya untuk mengurangi benturan kepentingan antara pihak yang berurusan
dengan imigrasi dengan memesan kembang pada toko bunga istrinya.
2.
Tolak
rayuan pengusaha
Kapolri Hoegeng pun pernah merasakan godaan suap. Dia pernah dirayu
seorang pengusaha yang terlibat kasus penyelundupan.
Pengusaha itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke
pengadilan. Jenderal Hoegeng sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tidak
peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya. Pengusaha tersebut
berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat
Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung
dikembalikan oleh Hoegeng.
3.
Mengatur
lalu lintas di perempatan
Teladan Jenderal Hoegeng bukan hanya soal kejujuran dan antikorupsi.
Hoegeng juga sangat peduli pada masyarakat dan anak buahnya. Saat sudah menjadi
Kapolri dengan pangkat Jenderal berbintang empat, Hoegeng masih turun tangan
mengatur lalu lintas di perempatan. Hoegeng berpendapat seorang polisi adalah
pelayan masyarakat. Dari mulai pangkat terendah sampai tertinggi, tugasnya
adalah mengayomi masyarakat.
4.
Berantas
semua beking kejahatan
Pada saat mendapat perintah pindah tugas ke
Sumatera Utara tahun 1955, Hoegeng mendapat tugas berat untuk memberantas
penyeludupan dan perjudian di daerah tersebut. Ironisnya, baru saja Hoegeng
mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya.
Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga
mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha.
Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu
sampai rumah dinasnya tersedia. Bahkan saat rumah dinasnya sudah tersedia, rumah
dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga
sofa mahal. Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi. Apa
tindakan Hoegeng? Dia memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut
mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya. Diletakkan begitu saja di depan
rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar sumpah jabatan dan sumpah
sebagai polisi Republik Indonesia.
5.
Selalu
berpesan polisi jangan sampai dibeli
Hoegeng telah membuktikan
dirinya memang tidak bisa dibeli. Sejak menjadi perwira polisi di Sumatera
Utara, Hoegeng terkenal karena keberanian dan kejujurannya. Dia tak sudi menerima
suap sepeser pun. Barang-barang hadiah pemberian penjudi dilemparkannya keluar
rumah. Kata-kata mutiara yang terkenal dari Hoegeng adalah, “Baik menjadi orang penting, tapi lebih
penting menjadi orang baik."
Penulis : Hanif Panutury
Disclaimer |
---|
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja. |