Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Jaga Aset Negara: Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Gerbang Paling Timur Indonesia
Dimas Aditya Saputra
Jum'at, 19 Juli 2019   |   6265 kali

JAYAPURA – (16/07/2019), Informasi mengenai APBN mulai diminati masyarakat sebagai bentuk dari keterbukaan informasi publik. Masyarakat Indonesia sudah mulai bertransisi menjadi masyarakat yang aware akan penggunaan APBN. Salah satu yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia adalah terkait pengelolaan Barang Milik Negara (BMN).

Salah satu BMN yang fungsi dan perannya dinilai strategis yaitu adalah Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Semenjak tahun 2014 pada era Presiden Jokowi, pembangunan PLBN menjadi salah satu agenda yang digiatkan dalam rangka pelaksanaan program "Nawa Cita" untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 

PLBN Skouw yang terletak di Distrik Muara Tami, Jayapura, Provinsi Papua adalah salah satu dari tujuh PLBN terpadu yang dibangun oleh Kementerian PUPR dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 09 Mei 2017. PLBN Skouw merupakan satu dari dua pos batas Negara yang terletak di Provinsi Papua. Pos batas Negara lainnya adalah Sota yang terletak di Merauke dan direncanakan akan dibangun pada akhir tahun 2019.

Dalam rangka kampanye “Jaga Aset Negara”, Kanwil DJKN Papua, Papua Barat, dan Maluku (Papabaruku) telah mengirim tim untuk mengambil gambar serta data terbaru di PLBN Skouw. Perjalanan dari Kota Jayapura menuju PLBN Skouw memakan waktu kurang lebih dua jam lamanya. Kondisi jalan raya dan akses menuju batas negara paling timur Indonesia ini dalam keadaan cukup baik. Kemudahan akses ini merupakan imbas dari dibangunnya aspal jalan raya yang sudah sampai batas negara Skouw.

Sesampainya di pintu gerbang PLBN Skouw, beberapa TNI yang bertugas mengamankan pos masuk PLBN Skouw melakukan pengecekan kepada tim DJKN Kanwil Papabaruku. Setelah masuk tim disambut oleh bendera merah putih dan tulisan “SKOUW Border Post of The Republic of Indonesia” dengan warna senada merah putih. Tampak dibelakangnya berdiri gedung utama PLBN Skouw, sebuah bangunan megah dengan dua kubah prisma.

Salah satu objek yang sering menjadi sasaran foto adalah patung Garuda besar nan gagah yang berada pada sisi sebaliknya, dan menghadap ke negara tetangga Papua Nugini. Gedung utama berhiaskan ornamen khas rumah Tangfa lengkap dengan ornamen lokal lainnya pada sisi luar. Gedung utama ini merupakan gedung pusat administrasi perbatasan yang mengurusi bagian imigrasi, karantina, dan bea cukai.

Berjalan lagi ke timur menuju perbatasan Indonesia - Papua Nugini akan ditemui batas negara yang sebenarnya berupa pintu gerbang raksasa dengan dua akses masuk. Gerbang ini memiliki ornamen lokal khas Papua dan bertuliskan “SELAMAT DATANG DI INDONESIA, WELCOME TO INDONESIA” yang menghadap ke Papua Nugini.

Terdapat pula sebuah mercusuar dengan sepuluh lantai yang tinggiya kurang lebih lima puluh meter, “Mercusuar ini berfungsi sebagai batas negara dan untuk memantau kondisi di sekitar PLBN baik darat maupun laut”, kata Lantha, salah seorang petugas navigasi di PLBN Skouw.

Selain hal-hal menarik tersebut, masih disekitar PLBN Skouw juga terdapat satu bangunan pasar modern serta terminal angkutan umum sebagai sarana transportasi penghubung menuju Kota Jayapura. Pasar tersebut dibangun dengan tujuan untuk mengembangkan potensi perekonomian di sekitar daerah perbatasan.

Masyarakat desa Vanimo dari Papua Nugini yang berbatasan langsung dengan Skouw seringkali berbelanja kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya ke pasar Skouw. Dipilihnya Skouw dikarenakan jarak tempuh dari desa Vanimo ke pusat kota di Port Moresby (ibukota Papua Nugini) cukup jauh dan harga kebutuhan pokok di pasar Skouw dinilai lebih terjangkau. Untuk diketahui bahwa pasar disini tidak hanya menggunakan mata uang Rupiah tapi juga menerima mata uang Kina dari Papua Nugini.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa keberadaan PLBN Skouw ini semakin mengembangkan potensi ekonomi dan sosial di sekitar daerah perbatasan. Warga dari Papua Nugini sering datang ke Papua lewat Skouw tidak hanya untuk berbelanja dan berwisata namun juga untuk bertemu keluarga dan kerabat mereka. Mungkin banyak yang belummengetahui bahwa beberapa marga/keret atau suku di daerah perbatasan seperti di Skouw masih memiliki hubungan kekerabatan dengan penduduk dari beberapa desa di Papua Nugini sehingga hubungan sosial antara kedua negara melalui marga/keret atau suku di daerah perbatasan ini terjalin sangat baik.

Di sela-sela kegiatan observasi pasar, tim memutuskan untuk makan di salah satu warung makan yang dikelola oleh pasangan dari Jayapura. Totok, pemilik warung, mengungkapkan bahwa wisatawan yang melintas pada hari-hari biasa sekitar 200-300 orang sedangkan pada hari-hari pasar dapat mencapai 500-700 orang.

Angka ini diakui Totok menurun cukup signifikan dibandingkan dengan sebelum tahun 2019. Menurutnya faktor utama penyebab turunya wisatawan yang melintas adalah kebijakan pemberlakuan passport. Seperti diketahui bahwa mulai tahun 2019 Pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa setiap warga Papua Nugini yang melintas ke Papua Indonesia wajib memiliki dan membawa paspor. Totok berkata, ”dulu jumlah wisatawan bisa dua kali lipat sekarang, mas. Apalagi kalo pas hari pasar, saya jamin mas seneng dateng kesini lihat ribuan orang lalu lalang belanja seperti pasar-pasar di jepang itu, mas”.

Sebelum tahun 2019 kebijakan yang berlaku adalah dengan menggunakan manifest. Kebijakan manifest hanya mewajibkan wisatawan memiliki surat ijin menyeberang dari pos batas dengan durasi yang sudah ditentukan. Kebijakan manifest ini lebih disukai oleh pedagang dan wisatawan karena hanya sedikit warga Papua Nugini yang memiliki paspor. “Mereka itu jarang punya paspor, mas. Untuk mengurus paspor mereka harus pergi jauh ke ibukota Port Moresby, dan medan yang ditempuh nggak gampang, dan lagi jadinya lama, bisa sebulan baru jadi, mas”, ujar Totok.

Diharapkan kawasan di sekitar PLBN Skouw semakin berkembang di masa depan dengan dukungan dan kebijakan yang tepat dari Pemerintah serta partisipasi positif dari masyarakat sekitar. Tidak hanya sebagai pintu gerbang keluar masuk dan destinasi wisata namun juga dapat mempererat hubungan dengan negara tetangga dan juga dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi agar kehidupan masyarakat di perbatasan semakin sejahtera.

 ~Link video: https://youtu.be/dOwb85mMgRw

~(Tim KIHI Papabaruku)

 

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini