Jakarta (25/9) – Memasuki tahun baru Islam 1440 H,
Kantor Wilayah (Kanwil) DJKN DKI Jakarta menggandeng Kerukunan Pensiunan DJKN
untuk perkuat silaturahmi mengisi bulan Muharram dengan berbagai kegiatan
keagamaan seperti sholat Dzuhur berjamaah, ceramah agama dan menyantuni anak
yatim.
“Bertepatan dengan tahun baru 1440 H, mari kita menguatkan
silaturahmi dan berlomba-lomba mencari kebaikan/barokah” ujar Kepala Kanwil
DJKN DKI Jakarta Hady Purnomo saat memberikan sambutan. Hady berharap pada jemaah
yang hadir agar kegiatan bersama Kerukunan Pensiunan DJKN tidak hanya saat
Muharram, namun di bulan-bulan lain juga diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.
Hady berjanji melalui Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Ikhlas, Kanwil DJKN DKI
Jakarta akan memfasilitasi untuk bersinergi dengan program kerja Kerukunan
Pensiunan DJKN.
Selanjutnya, pengajian digelar di Masjid Al Ikhlas menghadirkan
penceramah ustadz DR.KH. Muhammad Haris Hakam,SH.MA. mengawali kajiannya, ustadz
Haris menjelaskan makna hijrah.
“Hijrah dalam konteks histori adalah sesuatu peristiwa
yang pernah terjadi dan tidak berulang. 1440
tahun lalu terjadi dan tidak pernah berulang lagi. Namun jika Hijrah dipahami
sebagai sebuah konsep yang dinamis, konsep merubah sebuah tatanan untuk
membentuk sebuah masyarakat madani, maka hijrah menjadi sebuah konsep yang
terus hidup karena dapat digunakan kapan dan dimanapun kita berada” terang ustadz
Haris.
Hal yang menarik pada tanggal 10 Muharram dimaknai sebagai
lebaran anak yatim. Terkait hal
tersebut, Ustadz Haris mengingatkan bahwa sebaik-baiknya menyantuni anak yatim
adalah dengan mendatangi mereka, bukan mengundang mereka untuk mendatangi kita.
Hal itu telah dicontohkan nabi Muhammad SAW. “Konsep ‘blusukan’ itu konsep Nabi
Muhammad” ujar Haris. “Nabi turun ke bawah, berangkat dan pulangnya melalui
jalan yang berbeda agar lebih banyak melihat dan mendapatkan ilmu tentang kemasyarakatan”.
Yang kedua, nabi mencontohkan agar mengusap kepala anak yatim dari belakang ke
depan.
Selain konsep blusukan,
nabi juga mengenalkan konsep pengasuhan sebagai orang tua asuh anak yatim. Ustadz Haris menyarankan, hendaknya ada keterlibatan
masjid Al Ikhlas seyogyanya mengambil 2 atau 3 anak yatim dan menyantuninya
secara rutin. Tidak hanya disantuni
secara simbolik sesekali.
Di dalam Al Qur’an sudah
sangat jelas bahwa sebagai seorang muslim yang taat hendaknya menyantuni anak
yatim. Janji Allah bagi mereka yang bertaqwa seperti dengan mengasihi dan
menyayangi anak yatim, maka surgalah tempat terbaik bagi mereka. Bagi mereka
yang berlaku sewenang – wenang dengan anak yatim bahkan sampai menyakiti
hatinya, jangan harap mereka akan mendapatkan surga-Nya Allah Swt. Karena salah
satu tuntunan, himbauan dan perintah yang ditekankan dalam hal mengupayakan
untuk selalu memuliakan anak yatim adalah dengan menghindarkan diri mereka dari
perilaku atau pun tindakan sewenang-wenang. “Jangan pernah membuat anak yatim menangis.
Saat menyantuni anak yatim, buat mereka tersenyum. Senyum tulus yang
keluar dari hati, hingga dalam hatinya terucap syukur dan terima kasih dengan
ikhlas”.
Di akhir
ceramah, Haris menekankan agar umat muslim selalu istikhomah, konsisten dalam
melakukan kebaikan. Teguh dalam satu pendirian dan tidak akan tergoyahkan oleh
berbagai macam rintangan dalam mendapatkan ridho Allah Ta’ala. (teks/foto : Asya, Hanum/KIHI)