Jakarta – Kepala Kanwil Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) DKI Jakarta A.Y. Dhaniarto mengungkapkan terdapat
peningkatan yang cukup signifikan dari Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada periode September ini, yaitu sebesar Rp241,33 triliun atau mencapai 164,89
persen dari target. “Peningkatan tersebut dikarenakan adanya optimalisasi PNBP
Piutang Negara melalui Crash Program Keringanan Utang serta didukung pula oleh
adanya Pengenaan Tarif Bea Lelang Penjual dan Pembeli s.d 0 persen untuk lelang
produk-produk UMKM,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Kinerja APBN Regional DKI
Jakarta yang diadakan oleh Kemenkeu Regional DKI Jakarta pada Kamis, (29/9) secara
daring melalui media zoom meeting dan kanal Youtube Kanwil Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPb) DKI Jakarta.
Acara yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan ini dihadiri
pula oleh para undangan Pejabat Pemerintah di lingkungan Provinsi DKI
Jakarta. Selain dihadiri oleh para
undangan eksternal Kementerian Keuangan, acara ini dihadiri oleh seluruh
perwakilan dari unit eselon II di lingkungan Kementerian Keuangan regional
Provinsi DKI Jakarta.
Selain menyampaikan perkembangan penanganan Covid-19 di
wilayah DKI Jakarta, pada konferensi pers kali ini disampaikan pula kondisi
fiskal dimana, Pendapatan dan Hibah APBN regional sampai dengan 31 Agustus 2022
mencapai Rp1.113,55 triliun atau sebesar 96,27 persen dari target. Belanja APBN
Regional yang mencapai Rp363,54 triliun atau 53,31 persen dari pagu per 31
Agustus 2022, serta terdapat Surplus APBN Regional sampai dengan 31 Agustus
2022 sebesar Rp750,01 trilun atau sebesar 157,95 persen dari target.
Perwakilan Kanwil Ditjen Pajak Suparno juga menyampaikan
bahwa realisasi penerimaan perpajakan
DKI Jakarta s.d. 31 Agustus 2022 mencapai sebesar Rp856,97 triliun atau 86,59
persen dari target. “Pertumbuhan penerimaan pajak tersebut didorong oleh
pertumbuhan ekonomi yang ekspansif terutama pada tren peningkatan harga migas
dan komoditas batubara serta sawit, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi di
sektor dominan seperti perdagangan, pengolahan, pertambangan, dan penggalian,”
imbuh Suparno menutup paparannya.