Pandemi
Covid-19 telah membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Berbagai perubahan drastis dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat telah mengubah
interaksi jual-beli di pasar. Beberapa industri mengalami keterpurukan yang
sangat dalam, beberapa lainnya mendapat mendapat keuntungan dari musibah yang
terjadi. Oleh karena itu, Berbagai strategi sudah dan akan diterapkan untuk
mencoba membangkitkan perekonomian sekaligus tetap mempertahankan tingkat
kesehatan publik. Kebijakan-kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah perlu dikaji lagi dengan memperhatikan situasi perekonomian saat ini,
estimasi penemuan dan pendistribusian vaksin, serta jangka waktu manfaat dari
kebijakan itu sendiri.
Situasi
perekonomian Indonesia saat ini sedang tidak sehat. Sebagian besar sektor
mengalami pertumbuhan negatif, seperti Industri transportasi yang mengalami
pertumbuhan terendah dengan nilai sebesar -30,84 persen. Akan tetapi, beberapa
sektor masih mengalami pertumbuhan positif, seperti sektor informasi dan komunikasi,
jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan,
dan pengadaan air.
Perekonomian
nasional dari segi pengeluaran pun semakin melengkapi data penurunan
pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pada kuartal kedua tahun 2020, data mengatakan
bahwa konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar -5,51 persen,
pengeluaran pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar -6,90 persen, ekspor
tumbuh sebesar -11,66 persen, dan impor tumbuh sebesar -16,96 persen. Data-data
tersebut mengkonfirmasi kontraksi yang dialami oleh sebagai besar sektor
industri yang beroperasi di Indonesia.
Penurunan
yang cukup signifikan dalam ekonomi mendesak diciptakannya vaksin untuk
mengatasi pandemi covid-19 ini dan membuat keadaan kembali normal. Sebuah penelitian
yang diadakan oleh Center for Global Development memprediksi bahwa terdapat 50
persen kemungkinan vaksin akan ditemukan pada April 2021, dan pada akhir 2021
kemungkinan tersebut meningkat menjadi 85 persen. Selain itu, kemungkinan
vaksin berhasil didistribusikan ke seluruh populasi dunia pada September
2023. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyesuaikan kebijakan yang dibuat
dengan kemungkinan yang ada sehingga target pemulihan ekonomi nasional pada
tahun 2021 dapat dicapai.
Berdasarkan
perkiraan yang dibuat Asian Development Bank, pertumbuhan ekonomi Indonesia
diprediksi akan mencapai angka 5,3 persen. Prediksi tersebut didasarkan pada
asumsi bahwa ekonomi Indonesia (dalam data terlampir di bawah, per September
2020) sudah kembali stabil dan virus Covid-19 sudah terkendali dengan adanya
vaksin. Asumsi pertumbuhan ekonomi dengan besaran tersebut juga didukung oleh
sektor ekonomi yang permintaannya justru melonjak di saat pandemi mengguncang
Indonesia. Pada bulan Maret 2020, penjualan online melonjak 320 persen
dari total penjualan online awal tahun. Lonjakan semakin tajam terjadi,
penjualan online April 2020 tercatat meningkat 480 persen dari Januari
2020. Terperinci, pada bulan Maret 2020 penjualan tertinggi ada pada Makanan
dan Minuman, yaitu meningkat 570 persen dari penjualan di Januari 2020.
Penjualan terendah adalah produk olahraga yang hanya meningkat 170 persen dari
penjualan Januari. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa consumers’
goods cenderung meningkat penjualannya dari sektor lainnya.
Telah diberlakukan berbagai macam kebijakan oleh
Pemerintah Indonesia dalam merespons pandemi covid-19 ini. Salah satu
kebijakannya yaitu pada awal bulan Maret 2020 telah diberlakunya social
distancing, physical distancing bagi masyarakat Indonesia (Hadiwardoyo,
2020). Setelah kebijakan ini berlaku, namun yang terjadi adalah masyarakat
tidak mematuhinya dengan baik karena masih kurangnya kesadaran yang dimiliki
oleh masyarakat dalam menghadapi kasus ini, sehingga kebijakan ini dianggap
kurang efektif. Meskipun kebijakan tersebut telah berlaku dari awal Maret 2020,
ternyata masih adanya kantor bahkan pusat-pusat perbelanjaan yang beroperasi
dengan melibatkan orang banyak tetap berjalan. Selain itu, masyarakat masih
tidak memiliki rasa takut dalam beraktivitas di luar rumah. Berlakunya
kebijakan PSBB ini, maka dalam kurun waktu yang relatif lama perkantoran dan
sebagian besar industri dilarang beroperasi dan dampak dari kebijakan tersebut
dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan mata rantai pasokan akan terkena
dampaknya juga, termasuk terganggunya produksi barang dan jasa (Misno,2020).
Saat pandemi begini, bagaimana dengan antisipasi
finansial apa yang sebaiknya dilakukan? Beberapa pilihan di bawah ini mungkin
bisa menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan.
1. BERHEMAT
Tidak sedikit
yang terancam pendapatannya sehari-hari ketika masa pandemi ini, banyak tempat
usaha yang ditutup karena kurangnya pembeli dan pengunjung akibat dari adanya
pembatasan wilayah. Bayang-bayang menurunnya jumlah pendapatan harus menjadi pemicu
buat kita untuk mengatur ulang pengeluaran sehari-hari, memilah kembali mana
yang benar-benar dibutuhkan, mengatur kembali pos-pos pengeluaran apalagi jika
kita masih memiliki kewajiban/cicilan utang yang masih harus dibayar. Kita
belum tahu sampai kapan pandemi ini berakhir dan ekonomi kembali meningkat.
Berhemat merupakan langkah awal yang tepat untuk mengantisipasi masalah finansial
saat pandemi seperti sekarang ini.
2. PRIORITASKAN
MEMBAYAR UTANG
Prioritaskan untuk selalu tepat waktu membayar cicilan utang agar tidak terkena denda, yang pastinya menambah berat beban keuangan kita. Jika memungkinkan dianjurkan untuk dilunasi segera. Jika tidak memungkinkan prioritaskan pembayaran utang tepat waktu. Mintalah keringanan pembayaran cicilan utang kepada kreditur. Saat pandemi sekarang ini banyak program-program yang diberikan oleh Pemerintah untuk membantu mempertahankan kemampuan ekonomi rakyatnya. DJKN sendiri memiliki Program Keringanan Utang berdasarkan PMK-15/PMK.06/2021 (PMK Crash Program). Program ini memberikan kesempatan kepada debitur untuk melunasi utangnya secara lebih ringan. Informasi lebih lanjut mengenai program ini dapat menghubungi KPKNL terdekat atau Call Center halo DJKN di 150 991.
3. MENABUNG
Setelah melakukan penghematan. Mulailah untuk
memprioritaskan untuk menabung. Menabung merupakan pilihan terbaik apa pun
kondisi perekonomian yang sedang dihadapi. Banyak ahli keuangan mengatakan
bahwa tabungan dengan jumlah 3-6 kali penghasilan kita dalam sebulan merupakan
jumlah yang aman, selebihnya bisa diinvestasikan dalam bentuk lain.
4. INVESTASI
Setelah kita berhemat, membayar utang, dan memiliki tabungan dengan jumlah yang aman maka investasi dapat menjadi pilihan berikutnya. Pilihlah jenis investasi yang benar-benar kita pahami. Pahami benar-benar risiko investasi yang kita akan pilih. Jangan hanya tergiur akan timbal-balik/keuntungan yang besar, karena investasi yang memberikan keuntungan besar pasti memiliki risiko yang besar juga. Rajin-rajinlah mencari informasi mengenai investasi yang aman dan nyaman. Jangan berinvestasi hanya karena ikut-ikutan. Ingat langkah awal antisipasi finansial saat pandemi, yaitu berhemat. Jangan sampai penghematan yang sudah kita lakukan menjadi hilang sia-sia karena kesalahan pilihan dalam berinvestasi.
Demikian 4 tips sederhana dan singkat yang menurut hemat kami dapat dilakukan untuk mengantisipasi masalah finansial sebagai akibat dari pandemi ini. Tetap tenang dan patuhi protokol kesehatan agar pandemi segera berakhir.
Penulis : Endang Sulistyowati & I
Made Murdwarsa Febriyanta
Sumber dan Referensi:
Yamali, Fachrul Rozi. Ririn Noviyanti Putri. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia. Jambi: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Batanghari Jambi.
Setiawan, Rafdi. Gabriel Fiorentino
Setiadin. 2020. Strategi Indonesia dalam Membangkitkan Perekonomian Nasional
Pasca Covid-19, Sudah Siapkah untuk Bangkit Kembali pada 2021?. Yogyakarta :
www.ugm.ac.id