Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Antisipasi Finansial Saat Pandemi
I Made Murdwarsa Febriyanta
Senin, 03 Mei 2021   |   1893 kali

Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Berbagai perubahan drastis dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat telah mengubah interaksi jual-beli di pasar. Beberapa industri mengalami keterpurukan yang sangat dalam, beberapa lainnya mendapat mendapat keuntungan dari musibah yang terjadi. Oleh karena itu, Berbagai strategi sudah dan akan diterapkan untuk mencoba membangkitkan perekonomian sekaligus tetap mempertahankan tingkat kesehatan publik. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah perlu dikaji lagi dengan memperhatikan situasi perekonomian saat ini, estimasi penemuan dan pendistribusian vaksin, serta jangka waktu manfaat dari kebijakan itu sendiri.

Situasi perekonomian Indonesia saat ini sedang tidak sehat. Sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif, seperti Industri transportasi yang mengalami pertumbuhan terendah dengan nilai sebesar -30,84 persen. Akan tetapi, beberapa sektor masih mengalami pertumbuhan positif, seperti sektor informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air.

 

Perekonomian nasional dari segi pengeluaran pun semakin melengkapi data penurunan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pada kuartal kedua tahun 2020, data mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar -5,51 persen, pengeluaran pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar -6,90 persen, ekspor tumbuh sebesar -11,66 persen, dan impor tumbuh sebesar -16,96 persen. Data-data tersebut mengkonfirmasi kontraksi yang dialami oleh sebagai besar sektor industri yang beroperasi di Indonesia.

 

Penurunan yang cukup signifikan dalam ekonomi mendesak diciptakannya vaksin untuk mengatasi pandemi covid-19 ini dan membuat keadaan kembali normal. Sebuah penelitian yang diadakan oleh Center for Global Development memprediksi bahwa terdapat 50 persen kemungkinan vaksin akan ditemukan pada April 2021, dan pada akhir 2021 kemungkinan tersebut meningkat menjadi 85 persen. Selain itu, kemungkinan vaksin berhasil didistribusikan ke seluruh populasi dunia pada September 2023. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyesuaikan kebijakan yang dibuat dengan kemungkinan yang ada sehingga target pemulihan ekonomi nasional pada tahun 2021 dapat dicapai.

Berdasarkan perkiraan yang dibuat Asian Development Bank, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan mencapai angka 5,3 persen. Prediksi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa ekonomi Indonesia (dalam data terlampir di bawah, per September 2020) sudah kembali stabil dan virus Covid-19 sudah terkendali dengan adanya vaksin. Asumsi pertumbuhan ekonomi dengan besaran tersebut juga didukung oleh sektor ekonomi yang permintaannya justru melonjak di saat pandemi mengguncang Indonesia. Pada bulan Maret 2020, penjualan online melonjak 320 persen dari total penjualan online awal tahun. Lonjakan semakin tajam terjadi, penjualan online April 2020 tercatat meningkat 480 persen dari Januari 2020. Terperinci, pada bulan Maret 2020 penjualan tertinggi ada pada Makanan dan Minuman, yaitu meningkat 570 persen dari penjualan di Januari 2020. Penjualan terendah adalah produk olahraga yang hanya meningkat 170 persen dari penjualan Januari. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa consumers’ goods cenderung meningkat penjualannya dari sektor lainnya.

Telah diberlakukan berbagai macam kebijakan oleh Pemerintah Indonesia dalam merespons pandemi covid-19 ini. Salah satu kebijakannya yaitu pada awal bulan Maret 2020 telah diberlakunya social distancing, physical distancing bagi masyarakat Indonesia (Hadiwardoyo, 2020). Setelah kebijakan ini berlaku, namun yang terjadi adalah masyarakat tidak mematuhinya dengan baik karena masih kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat dalam menghadapi kasus ini, sehingga kebijakan ini dianggap kurang efektif. Meskipun kebijakan tersebut telah berlaku dari awal Maret 2020, ternyata masih adanya kantor bahkan pusat-pusat perbelanjaan yang beroperasi dengan melibatkan orang banyak tetap berjalan. Selain itu, masyarakat masih tidak memiliki rasa takut dalam beraktivitas di luar rumah. Berlakunya kebijakan PSBB ini, maka dalam kurun waktu yang relatif lama perkantoran dan sebagian besar industri dilarang beroperasi dan dampak dari kebijakan tersebut dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan mata rantai pasokan akan terkena dampaknya juga, termasuk terganggunya produksi barang dan jasa (Misno,2020).

Saat pandemi begini, bagaimana dengan antisipasi finansial apa yang sebaiknya dilakukan? Beberapa pilihan di bawah ini mungkin bisa menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan.

1. BERHEMAT

Tidak sedikit yang terancam pendapatannya sehari-hari ketika masa pandemi ini, banyak tempat usaha yang ditutup karena kurangnya pembeli dan pengunjung akibat dari adanya pembatasan wilayah. Bayang-bayang menurunnya jumlah pendapatan harus menjadi pemicu buat kita untuk mengatur ulang pengeluaran sehari-hari, memilah kembali mana yang benar-benar dibutuhkan, mengatur kembali pos-pos pengeluaran apalagi jika kita masih memiliki kewajiban/cicilan utang yang masih harus dibayar. Kita belum tahu sampai kapan pandemi ini berakhir dan ekonomi kembali meningkat. Berhemat merupakan langkah awal yang tepat untuk mengantisipasi masalah finansial saat pandemi seperti sekarang ini.

2. PRIORITASKAN MEMBAYAR UTANG

Prioritaskan untuk selalu tepat waktu membayar cicilan utang agar tidak terkena denda, yang pastinya menambah berat beban keuangan kita. Jika memungkinkan dianjurkan untuk dilunasi segera. Jika tidak memungkinkan prioritaskan pembayaran utang tepat waktu. Mintalah keringanan pembayaran cicilan utang kepada kreditur. Saat pandemi sekarang ini banyak program-program yang diberikan oleh Pemerintah untuk membantu mempertahankan kemampuan ekonomi rakyatnya. DJKN sendiri memiliki Program Keringanan Utang berdasarkan PMK-15/PMK.06/2021 (PMK Crash Program). Program ini memberikan kesempatan kepada debitur untuk melunasi utangnya secara lebih ringan. Informasi lebih lanjut mengenai program ini dapat menghubungi KPKNL terdekat atau Call Center halo DJKN di 150 991. 

3. MENABUNG

Setelah melakukan penghematan. Mulailah untuk memprioritaskan untuk menabung. Menabung merupakan pilihan terbaik apa pun kondisi perekonomian yang sedang dihadapi. Banyak ahli keuangan mengatakan bahwa tabungan dengan jumlah 3-6 kali penghasilan kita dalam sebulan merupakan jumlah yang aman, selebihnya bisa diinvestasikan dalam bentuk lain.

4.  INVESTASI

Setelah kita berhemat, membayar utang, dan memiliki tabungan dengan jumlah yang aman maka investasi dapat menjadi pilihan berikutnya. Pilihlah jenis investasi yang benar-benar kita pahami. Pahami benar-benar risiko investasi yang kita akan pilih. Jangan hanya tergiur akan timbal-balik/keuntungan yang besar, karena investasi yang memberikan keuntungan besar pasti memiliki risiko yang besar juga. Rajin-rajinlah mencari informasi mengenai investasi yang aman dan nyaman. Jangan berinvestasi hanya karena ikut-ikutan. Ingat langkah awal antisipasi finansial saat pandemi, yaitu berhemat. Jangan sampai penghematan yang sudah kita lakukan menjadi hilang sia-sia karena kesalahan pilihan dalam berinvestasi.

Demikian 4 tips sederhana dan singkat yang menurut hemat kami dapat dilakukan untuk mengantisipasi masalah finansial sebagai akibat dari pandemi ini. Tetap tenang dan patuhi protokol kesehatan agar pandemi segera berakhir.  



 

Penulis : Endang Sulistyowati & I Made Murdwarsa Febriyanta

 

Sumber dan Referensi:

Yamali, Fachrul Rozi. Ririn Noviyanti Putri. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia. Jambi: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Batanghari Jambi.

Setiawan, Rafdi. Gabriel Fiorentino Setiadin. 2020. Strategi Indonesia dalam Membangkitkan Perekonomian Nasional Pasca Covid-19, Sudah Siapkah untuk Bangkit Kembali pada 2021?. Yogyakarta : www.ugm.ac.id

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini