Senin
tanggal 11 September 2023, umat hindu Kanwil DJKN Balinusra melaksanakan
upacara Banten Prayascita. Upacara yang bertujuan untuk membersihkan pengaruh
negatif dan menetralisir pengaruh jahat setelah dilaksanakannya renovasi
ruangan Kanwil Balinusra menjadi Area Open Space Office. Adapun filosofinya
karena Umat hindu tidak bisa lepas dari sarana persembahyangan seperti dupa,
banten, bunga dan lainnya. Sebab dalam lontar yadnya prakerti dijelaskan bahwa
Sehananing Bebanten pinaka raganta tuwi. pinaka warna rupaning Ida Bhatara
pinaka Andha Buwana. Artinya: "Semua banten lambang diri kita (manusia),
lambang aneka kemahakuasaan Tuhan dan lambang Bhuwana Agung. Banten
merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan mereka ibaratnya
masyarakat hindu menggunakan banten seperti mereka menggunakan udara
untuk bernafas. Banten memiliki arti sebagai persembahan serta
sarana bagi umat Hindu Bali sebagai rasa bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas dasar tulus ikhlas, perwujudan cinta kasih,
serta tidak lupa untuk mewujudkan rasa terima kasih atas semua anugerah yang
telah di limpahkan-Nya.
Secara arti kata Prayascita berasal dari kata pra-yas dan
cita, yang didalamnya mengandung arti penyucian dari segala kesedihan atau juga
kekotoran. Banten ini biasanya dipergunakan bila seseorang melakukan
penglukatan (menghilangkan sebel/ kekotoran). Selain itu terkadang banten
prayascita juga di gunakan untuk mengupacarai barang-barang yang bernilai
ekonomis (misalnya, membeli sepeda motor baru atau barang-barang
elektronik lainnya). Banten Prayascita memiliki
fungsi sebagai sarana pensucian Tri Bhuwana, mensucikan alam Svah Loka, dalam
wujud Tri Mandhala sebagai pensucian utama mandhala, dalam wujud Tri Premana
sebagai pensucian idep. Prayascita mensucikan alam pikiran, dalam pikiran yang
suci akan tercipta suatu aktivitas yang suci. Fungsi dari banten prayascita
untuk menetralisir leteh atau sebel. Sebagai contoh setelah seseorang
melahirkan, maka si ibu mengalami sebel/kotor untuk itu maka dibuatkan banten
prayascita, untuk membersihkan segala kekotoran yang ada di dalam diri.
Banten
prayascita ini harus dihaturkan oleh pemangku/sulinggih, yang mungkin saja di
tambah banten rentetannya. Dipakai juga untuk mengupacarai barang-barang yang
bernilai ekonomis seperti: mobil, motor, mesin jahit, dan lain sebagainya.
Fungsi dan tujuan dari banten prascita yaitu untuk keselamatan pemakai agar
barang-barang yang baru di beli tersebut tidak membawa sial. Di dalam banten
prayascita ada banten lis yang berfungsi untuk menghilangkan lima mala atau
kekotoran diri yaitu sarwa rogha yang berarti segala macam penyakit, sarwa
wighna yang berarti segala halangan, sarwa satru yaitu semua musuh, papa klesa
yaitu lima klesa yang mengotori hidup dan sarwa dusta berarti terhindar dari
bencana oleh orang-orang jahat (Wijayananda, 2004: 73). Ida
Pedanda Istri Buruan Lor (wawancara, 17 Mei 2017) menambahkan bahwa yang
berkaitan dengan upacara tutug kambuhan banten prayascita ini merupakan
penyucian terhadap cuntaka yang usaha pengembalikan suatu keadaan yang
dipandang tidak suci, agar menjadi suci kembali, baik berupa benda, bangunan,
lingkungan maupun keadaan manusia, usaha penyucian tersebut diwujudkan dalam
bentuk upacara, pelaksanaan dari usaha manusia dalam melaksanakan kegiatan
selanjutnya didalam pelaksanaan suatu upacara akan diperlukan
perlengkapan-perlengkapan yang disebut upakara. Oleh karena itu untuk
menghilangkan atau mensucikan orang yang cuntaka ini diperlukan suatu upacara
atau banten prayascita.