Denpasar- (13/06) Kerajinan
anyaman Bambu milik Indra merupakan salah satu produk andalan dari Kabupaten Buleleng.
Berbagai macam bentuk kerajinan baik tas, dompet tempat makanan dibuat dari anyaman
bambu. Produk UMKM ini juga melibatkan
penyandang difabel dalam bisnisnya. Kerajinan bambu yang banyak dikenal dengan
sebutan keben dan banyak diminati di Bali, bisa dipake tempat banten, dibawa
kundangan dan dipake souvenir serta banyak model produk unggulan sesuai selera
pemesan. Keben ini juga banyak diminati wisatawan karena bentuk yang unik dan
ramah lingkungan. Setidaknya
ada beberapa difabel di dalam bisnis anyaman bambu ini. Kerajinan bambu ini
telah
mendapatkan pelatihan peningkatan keterampilan menganyam dari program RIF tahap
ketiga. Produk anyaman bambu Pak Indra memiliki daya tarik yang tinggi bagi
para pengunjung lokal maupun mancanegara. Produk ini menyediakan beberapa model
dan ukuran yang berbeda-beda dengan memperhatikan fungsionalitas produk,
seperti misalnya tas keranjang yang dapat ditambahkan tulisan sesuai permintaan
pembeli. Selain itu, prduk ini memiliki keunikan tersendiri dimana memiliki rongga anyaman yang lebih lebar
dengan motif yang berbeda.
Anyaman bambu
Bali Indra selama ini berhasil terjual hanya di Kabupaten Buleleng dan
sekitarnya dengan cara pemasaran offline yang daya jangkaunya terbatas. Adanya
pandemi COVID-19 juga berdampak pada penjualan sehingga pendapatan mereka pun
menurun drastis. Anyaman bambu Bali Indra dinilai perlu untuk membuat model
baru yang dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Program RIF yang
didanai oleh Pemerintah Kanada melalui proyek NSLIC/NSELRED membantu BumdesMa
Bali Aga dalam meningkatkan kualitas anyaman maupun desainnya, memperkuat
kelembagaan di kawasan perdesaan dan mengajarkan teknik pemasaran digital. Saat
ini Bali Aga sudah memiliki akun Instagram dan Tokopedia dengan nama Bambu Bali
Indra.