Peran pimpinan dalam mengelola suatu
organisasi sangat terkait dengan gaya kepemimpinannya yang ditampilkan. Seorang
pimpinan diharapkan dapat menampilkan gaya kepemimpinan dalam segala situasi,
dan mampu mengelola pegawainya dimasa-masa sulit sehingga tercipta rasa
keyakinan akan atasan dalam diri para bawahannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sobri (2014:10) bahwa: “Pimpinan hadir untuk menggerakkan para
pengikut agar mereka mau mengikuti atau menjalankan apa yang diperintahkan atau
dikehendaki pemimpin”. Berdasarkan pendapat Sobri tersebut, maka jelas bahwa
dalam mencapai tujuan organisasi membutuhkan beberapa faktor pendukung yaitu
alat, modal, alam dan manusia. Diantara faktor-faktor tersebut manusialah yang
sangat dominan untuk memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan
organisasi. Walaupun modal yang tersedia besar dan teknologi yang digunakan
canggih, organisasi tidak akan mampu berjalan dengan baik jika tidak ada
manusia yang berada di organisasi tersebut. Dan perlu di sadari bahwa
keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia
dengan didukung seorang pimpinan yang mampu memimpin suatu organisasi, dituntut
untuk mempunyai pemikiran terbuka, mau menerima ide-ide baru, rela menerima
kritikan dan mau belajar serta mendengarkan kebenaran yang disampaikan oleh
bawahannya.
Salah satu peran pimpinan dalam
organisasi adalah mampu mengendalikan konflik, baik konflik yang kecil maupun
konflik yang besar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sobri (2014:127) bahwa konflik
tidak bisa dihindari, sebab konflik ada dimana-mana. Terdapatnya interaksi, di
situ pasti ada konflik, oleh karena itu yang diperlukan adalah bagaimana
mengelola konflik secara profesional. Secara praktis setiap pimpinan dalam menghadapi konflik organisasi harus
dapat memahami terlebih dahulu konflik yang terjadi, melalui sumber-sumber
konflik sebelum menentukan cara untuk mengatasinya. Dengan demikian maka untuk
dapat mengendalikan konflik yang ada, pimpinan perlu mengetahui tanda-tanda
awal konflik terjadinya konflik, yaitu dengan melihat peningkatan intensitas
ketidak sepakatan diantara pegawai dalam suatu organisasi, Selain konflik antar
pegawai, timbulnya stres kerja dalam organisasi biasanya kerap terjadi juga . Istilah stres berasal dari
bahasa latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit, dan menjadi
kata kerja stringere yang artinya “mengetatkan”. Masalah-masalah tentang
stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi
dilingkungan pekerjaan. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan,
atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar seseorang.
Orang-orang yang mengalami stres bisa menjadi nervous dan merasakan
kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat
rileks atau menunjukkan sikap yang tidak koperatif.
Peran
pimpinan dalam menyelesaikan konflik dan stress dalam organisasi sangatlah
dominan. Seorang pimpjnan harus mampu memecahkan masalah dengan baik, mampu
mengembangkan konflik dan stress sehingga dapat mencapai titik kritis namun
jangan sampai tiba pada titik kepatahan atau “breaking point” , adalah
betul-betul mengandung resiko dan bahaya dan merupakan tugas yang sangat berat.
Seorang pimpinan memerlukan jiwa yang dinamis, kreatif, berani, bertanggung
jawab dan berdedikasi penuh pengabdian, yang hanya dimiliki oleh pribadi pimpinan
yang berkarakter kuat. Pimpinan modern harus mampu mendorong bawahannya agar
menemukan ide-ide sendiri, berpartisipasi aktif dan mau menerima banyak
perbedaan dan keragaman. Lalu menciptakan kondisi yang merangsang konflik
positif yang terkendali dan menyelesaikannya dengan baik. Adapun cara pimpinan untuk
mengatasi konflik dan stress pegawai yang terjadi di dalam organisasi,yaitu:
1. Memperjelas tugas masing-masing pegawai
yang sesuai dengan job description. Dengan tugas pekerjaan yang jelas setiap
pegawai akan berusaha semaksimal mungkin menuntaskan tugasnya dan tidak
mengerjakan tugas milik temannya.
2. Memberikan penjelasan kepada semua pegawai untuk
bekerja dengan hati-hati, penuh rasa tanggung jawab dan meminta saran kepada
teman sejawat dalam bekerja. Jangan
sampai terjadi masalah keluarga di bawa ke kantor sebab nantinya yang akan
menjadi sasaran kemarahan pastinya pegawai yang lain.
3. Menyarankan kepada semua pegawai untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebab tidak ada orang didunia ini akan lepas
dari stress dan konflik. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan bisa
mengobati stress dan konflik.
4. Menyarankan kepada setiap pegawai untuk
selalu menjunjung tinggi rasa hormat , toleransi,empati dan saling menghargai
antar sesama pegawai.
5. Menyarankan kepada setiap pegawai untuk
tidak putus asa atas apa yang telah tejadi dan bersyukur atas karunia yang
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Adam I. Indrawijaya.(2009).Perilaku
Organisasi.Bandung: Sinar Baru Algensindo
Hani Handoko.(2003). Manajemen Edisi 2.
Yogyakarta :
BPFE Heidjrachman dan Suad
Husnan.(1986).Manajemen Personalia Edisi Ketiga.Yogyakarta:BPFE
Harry L.Wylie.(1958).Manajemen Handbook.New
York: Ronal Press Kartini Kartono.(2003). Pemimpin dan Kepemimpinan (edisi
baru). Jakarta: CV Rajawali
Komarudin.(1985).Menejemen Kantor, Teori
dan Praktek.Jakarta: Sinar Baru
Oemar Hamalik.(2005).Pengembangan Sumber
Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan.Jakarta:
PT Bumi Aksara
Sutarto.(1993).Dasar-Dasar Organisasi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Suyanto.(2006).Revolusi Organisasi
dengan Memberdayakan Kecerdasan Spiritual.Yogyakarta: CV. Andi Offset
Sondang P.Siagan MPA.(1999). Teori dan
Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta Triantoro
Safaria.(2004).Kepemimpinan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Veithzal Rivai dan Deddy
Mulyadi.(2012).Kepemimpin dan Perilaku Organisasi.Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada