Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KONFLIK DALAM BIROKRASI PEMERINTAHAN
Yuniantoro Sudrajad
Kamis, 27 Oktober 2022   |   5755 kali

      Suatu organisasi baik perusahaan atau lembaga pemerintahan pada umumnya dalam mencapai tujuan, banyak dipengaruhi oleh adanya kerja sama yang harmonis diantara para pegawainya. Semakin harmonis kerja sama yang dilakukan para pegawainya biasanya semakin tinggi pula tingkat produktifitas yang dicapai. Namun demikian, suasana kerja sama diantara para pegawai  tidaklah selalu tercipta dengan baik. Banyak faktor yang menyebabkannya diantaranya ialah faktor ketidaksamaan prinsip, pandangan, sistem penilaian terhadap nilai-nilai tertentu, khususnya mengenai cara untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan. Perbedaan-perbedaan hal tersebut inilah yang mengakibatkan terjadi konflik.

       Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda. Menurut Gibson (1977:347) hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing– masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri–sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.  Dalam artian , konflik itu merupakan suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian atau perbedaan antara dua pendapat, baik itu terjadi dalam organisasi, derajat spesialisasi yang diberikan, kejelasan yuridiksi, kecocokan antara tujuan anggota organisasi dengan tujuan organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem kompensasi yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat, baik positif maupun negatif.

        Menurut Stevenin (1994), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi yaitu:

1. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”. Satu-satunya yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.

2. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil sikap menjaga jarak. Sebagai pimpinan perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.

3.Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya. Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada pimpinan. Kadang-kadang kedua pihak tetap tidak puas.

4. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.  

        Konflik merupakan hal yang kerap terjadi dalam suatu organisasi termasuk dalam birokrasi pemerintahan. Dalam birokrasi pemerintahan sendiri hubungan baik antar individu ataupun kelompok kerapkali menimbulkan konflik seperti perbedaan pendapat, like and  dislike, perbedaan tujuan diantara anggota kelompok,  terjadinya peran ganda atau ambiguitas dalam tanggung jawab, atau mungkin dikarenakan adanya sistem pemberian  apresiasi  / ketidakadilan kepada pegawai yang berbeda, yang bisa menimbulkan konflik. Kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan, dan merupakan suatu keniscayaan. Konflik dalam birokrasi pemerintahan dapat terjadi antara individu dan individu, baik individu pimpinan maupun individu anggota organisasi, konflik individu dengan kelompok atau konflik antara kelompok tertentu dan kelompok lain.  

       Ada 3 metode yang dapat dipergunakan untuk mengatasi konflik dalam birokrasi pemerintahan. Ketiga metode tersebut adalah :

1.      Metode Dominasi.

       Metode dominasi adalah metode mengatasi, meredakan konflik dengan cara memaksa supaya semua pihak menghentikan konflik. Peranan pimpinan dalam hal ini sangat dominan. Dalam metode ini dicipta pendekatan "menang dan kalah",dimana pihak yang kalah hams tunduk pada fihak yang menang. Dasar kemenangannya adalah ketentuan wewenang dan kekuasaan. Jadi siapa yang memiliki wewenang dan kekuasaan, maka merekalah yang akan memperoleh kemenangan. Oleh karena itu sifat pendekatan ini kurang memberikan penyelesaian yang memuaskan bagi pihak yang dikalahkan   

2.      Metode Kompromi.

Metode kompromi yang dimaksudkan ialah metode mengadakan pendekatan yang dilakukan oleh pihak ketiga (Pemimpin) terhadap pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang berkonflik, dimana kedua pihak/ kelompok tersebut dijajagi kemungkinan terjadinya kompromi diantara mereka. Dalam pendekatan ini, harus dicari pada masing-masing pihak ada sejumlah kesamaan-kesamaan disamping ada perbedaan-perbedaan persepsi dan tujuan

3.      Penyelesaian Integrated.   

Pada metode ini, berupaya untuk memecahkan dan merundingkan bersama diantara pihak-pihak yang berkonflik, mencari dan menemukan penyelesaian yang menyeluruh. Pihak-pihak yang berkonflik harus terbuka berusaha mencari penyelesaian yang dapat di terima oleh semua di bawah pimpinan yang bijaksana dan adil.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Wibisono, 2006, Manajemen kinerja; Konsep, Desain, dan teknik Meningkatkan Daya saing Perusahaan, Erlangga, Jakarta.

Fred R. David. 2002, Manajemen Strategis; Konsep, Edisi Ketujuh, Jakarta, PT Prenhalilindo, (terjemahan).

Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, 2002,

Organisasi dan Manajemen, Jilid2, Jakarta, Bumi Aksara, (terjemahan).

Gregory G. Dess, G. T. Lumpkin and Alan B. Eisner, 2003,

Strategic Management; Creating Competitive Advantage, fouth edition, McGraw-Hill International Edition Gibson, James L., et al., 1977.

Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Alih bahasa oleh Adriani. Jakarta: Binarupa Aksara

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.

T.Tani Handoko “Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia” Penerbit Universitas Gajah Mada, Yoqyakarta 2001,

Edisi 2 AA.Anwar Abu mangku Negara, “Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan”penerbit Rosda Karya Bandung, 2009,

 

 

 

 

 

 

 

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini