Suatu
organisasi baik perusahaan atau lembaga pemerintahan pada umumnya dalam
mencapai tujuan, banyak dipengaruhi oleh adanya kerja sama yang harmonis
diantara para pegawainya. Semakin harmonis kerja sama yang dilakukan para pegawainya
biasanya semakin tinggi pula tingkat produktifitas yang dicapai. Namun
demikian, suasana kerja sama diantara para pegawai tidaklah selalu tercipta dengan baik. Banyak
faktor yang menyebabkannya diantaranya ialah faktor ketidaksamaan prinsip,
pandangan, sistem penilaian terhadap nilai-nilai tertentu, khususnya mengenai
cara untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan. Perbedaan-perbedaan
hal tersebut inilah yang mengakibatkan terjadi konflik.
Konflik berasal dari kata kerja latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara
dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau
kepentingan yang berbeda. Menurut Gibson (1977:347) hubungan selain dapat
menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan
konflik. Hal ini terjadi jika masing– masing komponen organisasi memiliki
kepentingan atau tujuan sendiri–sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. Dalam artian , konflik itu merupakan suatu
proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian atau perbedaan
antara dua pendapat, baik itu terjadi dalam organisasi, derajat spesialisasi
yang diberikan, kejelasan yuridiksi, kecocokan antara tujuan anggota organisasi
dengan tujuan organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem kompensasi yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat, baik positif maupun negatif.
Menurut Stevenin (1994), ada beberapa
faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi yaitu:
1. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama
sekali”. Satu-satunya yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena
biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian,
tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.
2. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang
diperdebatkan. Mengambil sikap menjaga jarak. Sebagai pimpinan perlu
memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa
membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
3.Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima,
namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya. Waspadailah
masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada pimpinan. Kadang-kadang
kedua pihak tetap tidak puas.
4. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang
paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan
terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan
adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.
Konflik merupakan hal yang kerap
terjadi dalam suatu organisasi termasuk dalam birokrasi pemerintahan. Dalam
birokrasi pemerintahan sendiri hubungan baik antar individu ataupun kelompok kerapkali
menimbulkan konflik seperti perbedaan pendapat, like and dislike, perbedaan tujuan diantara
anggota kelompok, terjadinya peran ganda
atau ambiguitas dalam tanggung jawab, atau mungkin dikarenakan adanya sistem
pemberian apresiasi / ketidakadilan kepada pegawai yang berbeda,
yang bisa menimbulkan konflik. Kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak
dapat dihindarkan, dan merupakan suatu keniscayaan. Konflik dalam birokrasi
pemerintahan dapat terjadi antara individu dan individu, baik individu pimpinan
maupun individu anggota organisasi, konflik individu dengan kelompok atau
konflik antara kelompok tertentu dan kelompok lain.
Ada 3 metode yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi konflik dalam birokrasi pemerintahan. Ketiga metode tersebut adalah :
1. Metode
Dominasi.
Metode dominasi adalah metode mengatasi,
meredakan konflik dengan cara memaksa supaya semua pihak menghentikan konflik.
Peranan pimpinan dalam hal ini sangat dominan. Dalam metode ini dicipta pendekatan
"menang dan kalah",dimana pihak yang kalah hams tunduk pada fihak
yang menang. Dasar kemenangannya adalah ketentuan wewenang dan kekuasaan. Jadi
siapa yang memiliki wewenang dan kekuasaan, maka merekalah yang akan memperoleh
kemenangan. Oleh karena itu sifat pendekatan ini kurang memberikan penyelesaian
yang memuaskan bagi pihak yang dikalahkan
2. Metode
Kompromi.
Metode kompromi yang dimaksudkan ialah metode mengadakan pendekatan yang
dilakukan oleh pihak ketiga (Pemimpin) terhadap pihak-pihak atau
kelompok-kelompok yang berkonflik, dimana kedua pihak/ kelompok tersebut
dijajagi kemungkinan terjadinya kompromi diantara mereka. Dalam pendekatan ini,
harus dicari pada masing-masing pihak ada sejumlah kesamaan-kesamaan disamping
ada perbedaan-perbedaan persepsi dan tujuan
3. Penyelesaian
Integrated.
Pada metode ini, berupaya untuk memecahkan dan merundingkan bersama
diantara pihak-pihak yang berkonflik, mencari dan menemukan penyelesaian yang
menyeluruh. Pihak-pihak yang berkonflik harus terbuka berusaha mencari
penyelesaian yang dapat di terima oleh semua di bawah pimpinan yang bijaksana
dan adil.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan Wibisono, 2006, Manajemen
kinerja; Konsep, Desain, dan teknik Meningkatkan Daya saing Perusahaan,
Erlangga, Jakarta.
Fred R. David. 2002, Manajemen
Strategis; Konsep, Edisi Ketujuh, Jakarta, PT Prenhalilindo, (terjemahan).
Fremont E. Kast dan James E.
Rosenzweig, 2002,
Organisasi dan Manajemen,
Jilid2, Jakarta, Bumi Aksara, (terjemahan).
Gregory G. Dess, G. T. Lumpkin
and Alan B. Eisner, 2003,
Strategic Management; Creating
Competitive Advantage, fouth edition, McGraw-Hill International Edition Gibson,
James L., et al., 1977.
Organisasi: Perilaku, Struktur,
Proses. Alih bahasa oleh Adriani. Jakarta: Binarupa Aksara
Wirawan. 2010. Konflik dan
Manajemen konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.
T.Tani Handoko “Manajemen
Personalia Dan Sumberdaya Manusia” Penerbit Universitas Gajah Mada, Yoqyakarta
2001,
Edisi 2 AA.Anwar Abu mangku
Negara, “Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan”penerbit Rosda Karya Bandung,
2009,