Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Bekasi > Artikel
Kisah Perjuangan Lansia Melawan Covid-19
Asnul
Rabu, 21 Juli 2021   |   1848 kali


Artikel ini dibuat berdasar pengalaman pribadi penulis, yang diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pelajaran serta untuk berbagi pengalaman tentang sensasi rasa sakit yang ditimbulkan oleh virus Covid-19.

Saat ini, jumlah harian kasus positif Covid-19 bertambah dengan sangat pesat. Tentunya semua orang berharap tidak akan tertular virus tersebut. Namun, jika Allah SWT telah menakdirkan, siapa yang bisa menolaknya? Apa yang bisa dilakukan? Kemana harus menghindar?  Hadapi segalanya dengan lapang dada. Yakinkan diri bahwa hidup dan mati adalah kehendak-Nya, jalani dengan ikhlas dan sabar sambil berikhtiar meskipun itu tak mudah dan butuh perjuangan. Kita semua harus mempersiapkan diri dan mental serta berupaya terus berjuang dengan penuh semangat untuk dapat melalui masa isolasi dengan sukses, sebagaimana judul di atas ‘Kisah Perjuangan Lansia Lawan Covid-19’.

Terpapar virus Covid-19 pada awalnya akan membuat seseorang merasa panik, cemas, dan takut. Apalagi, jika melihat berita di televisi dan media sosial yang memberitakan  betapa banyaknya masyarakat yang terpapar virus ini dan meninggal dunia, secara tidak langsung akan membuat nyali semakin menciut.

Usia di atas 55 tahun dapat digolongkan pada lanjut usia dan dikatagorikan sebagai usia rentan tertular, dimana tubuh sudah mulai mengalami berbagai penurunan akibat proses menuju penuaan, sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak akan bekerja sekuat ketika usia muda.

Ketika kenyataannya virus Covid-19 telah menyerang, kita tidak boleh menyerah kepada keadaan, tidak juga umur yang membatasi untuk terus berjuang, meskipun usia tak lagi muda, namun semangat tak boleh menghambat keinginan untuk sembuh.

Begitulah perjuangan dua orang lansia yang terpapar virus tersebut menghabiskan waktu sepuluh hari untuk isolasi mandiri dengan berbagai rasa sakit, keluhan, insomnia, dan berjuang melawan segala rasa yang tidak menyenangkan tersebut. Perjuangan yang tidak mudah, tetapi jika Allah SWT berkehendak, maka dia pasti akan memberi pertolongan kepada umat-Nya.

Perjuangan ini kiranya bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi yang lebih muda untuk tetap semangat dan berjuang melawan Covid-19 ini.

Pembahasan:

Contoh kasus ini adalah kisah nyata yang dialami oleh seorang pegawai KPKNL, sebut saja namanya A. A yang berumur 57 tahun, suatu malam mendapati suaminya Z (59) demam disertai batuk.  Dan keesokan harinya A pun tertular bahkan sampai mengalami hiportemia. Keduanyapun mendatangi dokter untuk berobat, namun setelah tiga hari minum obat,  penyakit kedua lansia tersebut  tak jua berkurang.

Kebetulan di hari ketiga itu pada saat Zoom Meeting kegiatan kantor diberitahukan bahwa terdapat dua orang pegawai yang positif Covid-19 (S dan F, sebut saja begitu nama kedua pegawai tersebut), dan kepala kantor men-tracing siapa saja yang melakukan kontak erat dengan mereka, dan A termasuk salah satunya. Kepala Kantor  meminta A dan pegawai yang kontak dengan mereka untuk melakukan swab.

Di hari ke-4, A melakukan swab antigen dengan hasil positif, dan dilanjutkan untuk melakukan swab terhadap keempat anggota keluarganya (suami, dua anak lak-laki, dan satu menantu perempuan), yang ternyata suami A juga positif, sementara yang lainnya negative. Tanpa menunggu waktu lebih lama, satu anak dan menantu beserta bayi (4 bulan) langsung diungsikan ke luar rumah.

A dan Z melanjutkan dengan melakukan test PCR dan hasilnya pun positif, dengan nilai CT A 17 dan nilai CT suaminya 25. Hasil test PCR ini dihitung sebagai hari pertama mereka isolasi dan dinyatakan positif. Meskipun keduanya sempat panik, bingung, takut, dan cemas yang turut membuat imun semakin menurun, tetapi karena kondisi ini telah berjalan beberapa hari, mereka dapat bersikap sedikit lebih tenang. Tenang dalam kepasrahan bersiap menyerahkan diri jika sewaktu-waktu Allah SWT menentukan batas waktu mereka. A menyadari keadaan mereka adalah kondisi rawan, mengingat mereka bergejala dan energi yang telah terkuras beberapa hari belakangan ini. A pun mulai mempersiapkan diri, bukan hanya sekadar pasrah dan menyiapkan mental, tetapi A juga telah memasrahkan segalanya. A mengirim pesan singkat ke beberapa teman yang dipercaya, A memberitahukan tentang tabungan-tabungannya dimana saja, dan instruksi pesan yang akan mereka sampaikan kepada anak-anaknya jika waktu itu tiba. A juga menginformasikan nomor kontak anak-anaknya.

Bukan karena pesimis untuk sembuh, tetapi selain tubuhnya yang sakit dan sempoyongan yang berkepanjangan dan pusing akibat tidak bisa tidur serta tulang-belulangnya seperti remuk, serta merasa imunnya yang semakin menurun diperparah karena menghadapi keadaan suaminya yang jauh lebih parah. Suami A selain turut merasakan apa yang dirasakan oleh A, sang suami juga terlihat sangat gelisah, tidak mau makan jika tidak dipaksa dan itupun hanya sedikit karena selain mual, sepertinya perutnya menolak makanan. Terbukti ia langsung muntah jika makanan masuk ke mulutnya. Hal ini semakin memperburuk keadaannya.

Meskipun mata mereka tak mau terpejam dan tertidur, A selalu menghibur suaminya untuk tetap berusaha memejamkan matanya, enjoy mengikuti alunan zikir atau istigfar yang telah dinyalakan dari Youtube. A juga meminta agar suaminya tenang dan membayangkan wajah-wajah lucu cucu-cucu mereka. A yakin bahwa pikiran suaminya sama dengan dirinya. Di tengah insomnia ini pikiran mereka terus bekerja, otak mereka tak istirahat, ada saja hal-hal yang terpikirkan. A mengalami hal itu meski sudah berusaha keras memejamkan mata dan berusaha rileks, tetapi alam bawah sadarnya memaksa otaknya bekerja terus, berpikir entah itu mengarang sebuah atau beberapa buah artikel, ataupun melaksanakan berbagai kegiatan, namun tak jarang A seakan dikejar oleh rasa takut yang tak jelas, antara takut akan kematian takut memejamkan mata, A merasa masih banyak dosa dan kesalahan, ketika sejenak matanya terpejam A tersentak ketika merasa berada di batas garis lurus putih batas yang tak jelas. Halusinasi yang selalu mengganggu, membuatnya tak bisa tidur. seringkali A memilih duduk bersandar mencoba melawan rasa yang tak jelas itu. sambil sesekali mengukur saturasinya dan sang suami.

Dalam kelelahan dan perjuangannya, A masih dapat berpikir dengan jernih sehingga terbangun  semangat untuk sembuh dengan menyantap makanan apapun meskipun itu dirasa pahit, sehingga A selalu dalam keadaan kenyang dan A juga berusaha sekuat tenaga untuk membantu membangun semangat suaminya meskipun sulit tapi A yakin bisa. Lelaki yang terlihat sangat menderita itu wajahnya selalu pucat dengan sesekali terbatuk-batuk dan dengan suara yang tak jelas menyampaikan keluhannya. A menenangkannya dengan memberikan pijatan semampunya. A sering kali menangis tak ingin suaminya meninggal, atau dia yang meninggal terlebih dahulu. Dalam doa di setiap sujud, dia ingin diberi umur untuk menebus dosa-dosa mereka. Tetapi, mengingat keadaan ini A juga mewajibkan dirinya untuk pasrah menerima takdir-Nya, “Jangan biarkan salah satu dari kami meninggal. Ambillah kami berdua, tetapi hamba memohon berilah Hamba umur, hamba masih ingin mendoakan orang tua anak menantu dan cucu hamba”, desisnya berurai air mata.

A selalu memelihara semangat dan keyakinan kepada Allah SWT yang akan mengabulkan doa-doanya. A juga berharap dapat  melakukan isolasi di hotel yang disediakan oleh satgas Kemenkeu dan beruntung, kepegawaian KPKNL Bekasi serta beberapa teman membantunya  sehingga satgas telah mencatatkan kalau A dan suami akan melakukan isolasi di Hotel Mega Anggrek Jakarta Barat. A memberikan support kepada suaminya bahwa dengan isolasi disana mereka akan bebas berinteraksi dengan rekan-rekan lain, selain dapat berbagi duka dan bertukar pengalaman A berharap dengan berinteraksi dan bersosialisasi akan menambah semangat dan imunitas mereka. Sebelum isolasi  terwujud A terlebih dahulu harus mengisi formulir yang disediakan oleh satgas Covid-19, dan dari isian itu petugas memberikan kesimpulan bahwa A dan suaminya tergolong lansia dan bergejala. Petugas memberikan pertimbangan bahwa hotel lebih diutamakan untuk isolasi pegawai yang OTG, dan tidak menyediakan ambulans dan dokter yang siaga 24 jam. Sehingga, dikhawatirkan A atau suaminya sewaktu-waktu drop, maka akan mengalami kesulitan mencari ambulans untuk mencapai rumah sakit.

Mengingat hal tersebut, setelah bermusyawarah dengan anak-anaknya, maka A dan suami memutuskan untuk isolasi di rumah saja, dengan melaporkan ke RT dan RW yang meneruskannya kepada Satgas Puskesmas terdekat, dimana respons cepatpun langsung dari satgas Puskesmas yang menanyakan keluhan dan siap untuk melakukan konsultasi setiap saat serta mengirimkan obat dan vitamin yang diperlukan.

Begitulah akhirnya mereka menjalani isolasi di rumah di bawah pengawasan dokter.  Melakukan isolasi di rumah membuat A menyadari betapa rasa gotong-royong dan kemanusiaan itu masih ada. Hal tersebut dibuktikan dengan kepedulian para tetangga bahkan teman-teman sekantor yang secara bergiliran mengantarkan sarapan pagi, makan siang, makan malam dan cemilan, buah-buahan dan sebagainya yang membuat A sangat terharu, sehingga A benar-benar bisa fokus dan santai dalam menjalani isolasinya dan konsentrasi dalam menikmati sakitnya.

Hari ke tiga, A masih merasa demam, lemas, dan sempoyongan, tapi tetap semangat dan memaksakan diri untuk tetap menyantap segala rupa makanan berikut vitamin, sebagai komitmen pada diri bahwa dia harus kuat, semangat, dan  bisa melewati masa-masa sulit ini dengan baik. sehingga akan lebih kuat untuk merawat dan menjaga suaminya dengan baik.

Apa yang disampaikan dan dikhawatirkan oleh Tim Satgas Kemenkeu itu terjadi, bahwa sewaktu-waktu akan terjadi hal-hal yang tak terduga. Di hari ketiga itu, saturasi Z di angka 95, meskipun angka ini masih termasuk ambang normal, tetapi ini adalah kondisi warning, mengingat tubuh Z sangat lemas dan pucat, yang membuat A juga turut lemas dan jantungnya berdetak lebih kencang. Kalut dan takut serta bingung kembali menghampirinya. A langsung menghubungi dokter dan dokter meminta suaminya untuk duduk dengan tegap meskipun dibantu. Dokter meminta agar dilakukan olahraga pernapasan beberapa saat, dan ternyata cara itu ampuh untuk menaikkan saturasi, dokter juga memberikan arahan-arahan terhadap tindakan yang akan dilakukan jika terjadi kembali penurunan saturasi.

Pada hari ke 4, Z lagi-lagi menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Selain saturasinya kembali di angka 95, Z terjatuh dan mengalami penurunan kesadaran. Selain dengan tubuh yang gemetar dan dada yang berdebar, serta diliputi kecemasan dan kebingungan bagaikan ikut melayang, A berusaha menenangkan diri, bersusah payah A mencoba membantu Z untuk bangkit, dan anaknya yang juga berada di rumah itu seakan lupa bahwa ayah dan ibunya sedang dalam posisi positif Covid-19, mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta tersebut bersama sang ibu mengangkat tubuh ayahnya langsung ke mobil untuk dibawa dan dirawat di rumah sakit.

A menyerah dan merasa yakin bahwa suaminya harus mendapat perawatan di rumah sakit, dengan dibantu oleh seorang tetangga mereka mendatangi beberapa rumah sakit swasta di Kabupaten Bekasi, sampai dengan 3 buah rumah sakit mereka masih belum menemukan tempat untuk merawat suaminya. Ketiga rumah sakit tersebut benar-benar penuh, rata-rata mereka menyaksikan sendiri masing-masing rumah sakit tersebut ada 15 orang pasien yang mengantri di IGD, miris sekali. Ketika mereka dirujuk ke RSUD keadaan lebih memilukan lagi, beberapa tenda yang terpasang berada di bagian depan rumah sakit itu dipenuhi oleh pasien, dan bahkan beberapa orang yang dirawat di atas kursi roda di koridor rumah sakit, sungguh keadaan yang memilukan, dan pihak rumah sakit bersedia merawat suami A dengan keadaan seperti itu. Namun, A dan anaknya dengan rasa kecewa dan cemas memilih kembali pulang, beruntung sebuah klinik bersedia memberikan pengobatan dan memasang infus yang bisa dilakukan di rumah. Kembali berucap syukur, akhirnya Z mendapat pertolongan dan penanganan langsung dari dokter dan mendapat pengobatan melalui pemasangan infus dan dirawat di rumah.

Tetapi, entah apa yang terjadi pada A? Entah karena letih, entah karena sakit, atau saturasinya yang turun, entah kenapa tiba-tiba saja A pun lunglai dan tertidur disamping suaminya. Melalui malam dengan lelap, tidak seperti biasanya susah memejamkan mata. Malam itupun berlalu sampai suara azan menggema membuat A terperanjat terbangun dan kaget didapatinya suaminya sedang tertidur, segera seperti biasa A buru-buru memasang oximeter untuk memeriksa saturasi, alhamdulillah nilai saturasinya 97 dan mukanya yang tadi malam pucat sekarang sudah merah. Ternyata infus yang mengandung obat tersebut telah memberikan efek baiknya.

A juga merasakan tubuhnya lebih mampu berdiri kokoh dan dan lebih segar, melaksanakan salat dengan khusyuk berkeluh kesah dan berucap syukur atas nikmat tidur yang baru saja dirasakannya, setelah melalui beberapa malam tanpa tidur sama sekali. A tak mampu berkata-kata hanya air mata bercucuran dengan deras dari matanya. bangkit dan meyakini bahwa mereka telah melewati masa krisis dan setengah waktu masa inkubasi virus, setelah berada di puncak mereka dengan penuh semangat yakin akan menjalani masa yang lebih baik.

Hari kelima. Masalah baru muncul kembali, suami A sekarang malah mengantuk dan tertidur terus jika tidak dipaksa bangun, sebetulnya demikian juga dengan A, namun A selalu melawan rasa itu dengan melakukan berbagai hal untuk menghilangkan kantuknya. menghadapi suaminya A kembali mengalami kesulitan, energi A lagi-lagi terkuras untuk membangunkan suaminya, meskipun itu hanya untuk minum air putih sekalipun. setelah bersusah-payah ia membangunkannya dari tempat tidur dan sampai di kursipun akan tertidur nyenyak kembali. Beruntung anak-anaknya mengerti akan hal ini dengan rajin melakukan video call yang mana hal ini mampu memberikan semangat pada Z setelah melihat cucu-cucunya yang lucu-lucu.

Saat malam tiba pun mereka akan langsung tertidur pulas, namun nafas Z seperti terganggu dengan banyaknya dahak di tenggorokannya, sehingga dengkurannya terdengar lebih keras. Dengan setia A menciumkan tisu yang telah diolesi dengan minyak kayu putih, hingga suara nafas suaminya terdengar lebih lancar.

A tak pernah putus asa, selalu penuh semangat untuk sembuh dan selalu memotivasi suaminya agar turut melahap setiap makanan meskipun itu dirasa pahit dengan sugesti bahwa pahit itu adalah obat. meskipun tetap saja suaminya enggan karena mual dan muntah.

Hari berganti hari, A terus memberikan dukungan dengan menanamkan semangat untuk sembuh kepada suaminya, terus berusaha untuk bangkit bersama melawan Covid-19. Meskipun membutuhkan waktu pemulihan yang lama, namun A optimis mereka mampu melewati masa sulit ini dengan pertolongan Allah Swt., di tengah banyaknya orang yang mengalami kesulitan dan bahkan meninggal dunia.

Hal utama yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19 ialah sikap yang tenang. Segera ambil keputusan untuk isolasi mandiri jika telah dinyatakan positif, siapkan obat, vitamin, suplemen. berusaha setiap pagi menghirup udara bersih, sirkulasi udara pada setiap ruangan yang baik. lakukan olahraga ringan, dan istirahat yang cukup

Bijak memilah informasi selain berita-berita yang membuat imun turun juga informasi tentang berbagai obat dan vitamin yang dikirim dari luar, harus bijak menentukan vitamin yang akan dikonsumsi.

Hal yang tak kalah penting adalah harus memiliki sugesti pada diri sendiri, keyakinan pada Tuhan Yang Maha Kuasa yang akan memmberikan kesembuhan, serta terus memelihara semangat dan usaha keras untuk melawan sakit. Tidak berkeluh kesah dan percaya diri melalui hari-hari masa isolasi mandiri dengan penuh optimis.

Hal penting lainnya adalah bersikap jujur, jujur kepada tukang ojek, tukang sayur, tukang bubur, atau orang yang harus berinteraksi dengan kita, jika memang kita sedang positif terpapar virus Covid-19, sebagai salah satu upaya untuk menghindari penularan yang lebih banyak lagi.

Semoga bermanfaat.

 Ditulis oleh  : Asnul, KPKNL Bekasi

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini