Tahun
2021 ini merupakan Lebaran yang kedua kalinya diberlakukannya larangan mudik
terkait pandemi virus corona yang masih belum selesai melanda Indonesia. Mudik ke kampung halaman bukan hanya sekedar
melancong atau silaturahmi dengan keluarga, namun sebagian orang berniat
melakukan sungkem, mencari berkah, memohon ridho kepada orang tua, tetapi
integritas telah menahan dan turut menghentikan pemaksaan diri untuk
ikut-ikutan melakukan mudik. keikhlasan dari orang tua di kampung halamanpun
telah mampu memberi kekuatan bathin untuk tetap bertahan patuh kepada himbauan
pemerintah.
Larangan
mudik ini bukan hanya untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) saja, namun ditujukan kepada
seluruh masyarakat Indonesia sebagai upaya memutus mata rantai penularan covid-19. Sebagaimana diberitakan diberbagai media
bahwa masyarakat yang tertular saat ini mencapai angka rata-rata diatas 5000
orang dan yang meninggal lebih dari 100 orang per harinya.
Tetapi
miris sekali, semakin mendekati datangnya hari Raya Idul fitri 1442 H, diluaran
sana jalanan telah dipadati oleh para pemudik dan orang yang akan merayakan
Idul Fitri, padahal jauh-jauh hari pemerintah telah berkali-kali mengingatkan
tentang larangan mudik dan larangan berkerumum, bahkan telah pula dilakukan penyekatan
di beberapa ruas jalan. Namun masyarakat yang ingin mudik atau bepergian tetap
melakukan beberapa cara agar dapat pulang ke kampung halaman atau bepergian
dengan berbagai alasan.
ASN
khususnya sebagian besar pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang
merupakan bagian dari masyarakat luas biasanya juga ambil bagian dalam
memanfaatkan momentum Hari Raya Idul Fitri untuk mudik lebaran. Momentum wajib
sekali setahun mengunjungi orang tua dan sanak family serta berziarah ke pusara
orang terkasih. Kerinduan untuk mudik
yang tertunda pada tahun 2020 yang lalupun tak bisa diwujudkan pada lebaran tahun
2021 ini. Tentunya hal ini tidak sesederhana yang dibayangkan, sebagian pegawai
yang memiliki orang tua yang sudah sepuh di kampung halaman, keluarga yang
sedang sakit, atapun ada keluarga yang telah berpulang yang belum sempat
disambangi bukan hanya sekedar rindu pada kampung halaman saja.
Tetapi
menyadari keadaan pandemi yang berkepanjangan dan mematuhi larangan pemerintah,
terlebih dari itu semua adalah integritas yang telah mampu melawan keinginan
untuk tidak mudik. Pegawai DJKN bertahan ditempat tugas masing-masing sama
seperti lebaran tahun 2020 yang lalu, bahkan ada beberapa pegawai yang bertugas
jauh dari keluarga, dari anak dan istri/suami, sabar ikhlas dan tetap semangat menjalani hari
raya dengan silaturahmi secara virtual, meskipun di dalam hati menahan sesak
karena rindu orang tua/keluarga namun rasa itu mampu menjadi energy baru untuk
menerima segala keadaan dengan ikhlas dan tetap semangat menjalaninya.
Mudik
lebaran sebenarnya juga memberikan dampak positif meskipun terdapat beberapa
negatifnya seperti menimbulkan kemacetan, namun efek positifnya seperti terjadinya
perputaran uang di daerah yang mampu
memberikan manfaat bagi petani, pedagang dan nelayan yang tentunya sangat membantu masyarakat dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi rakyat. Tradisi mudik yang memberikan berbagai dampak
positif maupun negatif ini telah terjadi sejak lama dan seakan menjadi
kebiasaan yang dinanti-nanti bukan hanya oleh masyarakat beragama islam saja,
namun Hari Raya yang didukung dengan adanya cuti bersama juga dimanfaatkan oleh
masyarakat atau pegawai yang Non muslim untuk bepergian dengan penuh sukacita.
Namun
tradisi yang fenomenal tersebut harus tertahan oleh virus tak terlihat
tersebut, dua kali Ramadhan tak bisa
dinikmati dengan maksimal, dua kali lebaran tak bisa mudik menjalin silaturahmi
dan sosial dengan sanak keluarga, dua kali lebaran tak melakukan perjalanan pulang
ke kampung halaman, dua kali lebaran tak sungkem di kaki ibu dan ayah, tak
bersilaturahmi dengan keluarga dan teman masa kecil. Dua kali lebaran rindu
akan perjalanan panjang menikmati suasana kebersamaan.
Seandainya
saja sejak awal virus ini masuk, masyarakat mengikuti aturan, himbauan dan
instruksi pemerintah yang telah berbagai cara melakukan upaya untuk memutus
mata rantai penyebarannya, mungkin saja virus
ini telah lenyap dari bumi pertiwi, namun sayangnya kelengahan, ketidak
disiplinan dan dengan alasan apapun nyatanya penularan virus ini tak dapat
dibendung. Apakah ini takdir dari illahi, ataukah ini ujian dari Yang Maha
Kuasa, apapun namanya mari kita tetap optimis dan selalu memanjatkan doa agar
virus ini segera diangkat oleh Allah yang Maha Kuasa, semoga Hari Raya yang
akan datang dapat kita nikmati dengan penuh hikmat dan makna, sukacita serta
semakin meningkatkan syukur akan keindahan alam Indonesia dengan melakukan
perjalanan mudik ke kampung halaman. Mari
kita jaga keluarga dan sejawat serta masyarakat sekitar dengan selalu
mengingatkan untuk selalu patuh pada protokol
kesehatan serta melakukan hal-hal positif.
Selamat
Hari Raya Idul fitri 1442 H Mohon Maaf Lahir dan Bathin, Salam sehat dan tetap
semangat.
Penulis
: Asnul
Editor : Kasi HI KPKNL Bekasi