Yogyakarta
- Jumat (26/04)
KPKNL Yogyakarta mengikuti Simulasi Evakuasi Bencana Gempa Bumi dan
Kebakaran. Acara
yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh pada
tanggal 26 April 2019 ini dihadiri oleh perwakilan seluruh satuan kerja di lingkungan
Kementerian Keuangan
D.I.
Yogyakarta. Acara dibuka oleh Kepala KPPN Yogyakarta
selaku Kepala Sekretariat
Perwakilan Kementerian Keuangan Propinsi D.I. Yogyakarta Istu Wahudi.
Dalam sambutannya Istu mengungkapkan bahwa
Yogyakarta adalah propinsi yang secara greogafis merupakan daerah rawan gempa
bumi. Sehingga gedung GKN Yogyakarta secara otomatif merupakan salah satu
gedung yang rawan terdampak apabila terjadi bencana gempa bumi. “Dengan adanya
simulasi ini, diharapkan seluruh penghuni gedung GKN Yogyakarta mempunyai
pengetahuan serta kemampuan untuk menyelamatkan diri seandainya terjadi bencana
gempa bumi maupun kebakaran,” ungkapnya.
Selanjutnya
narasumber Kepala
Bidang Penanganan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yogyakarta Danang Samsurizal memaparkan
perlunya tanggap terhadap bencana, salah satu faktornya adalah terkait letak geografis Yogyakarta yang
berada dalam zona merah rawan gempa bumi. Juga kondisi bangunan, banyaknya arsip mudah
terbakar serta jaringan listrik yang
merupakan kondisi rawan terbakar. Ia menyampaikan bahwa Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani memberikan dukungan penuh dan mempunyai kepedulian yang
tinggi terhadap tanggap bencana. Hal ini
diwujudkan dengan pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan
bencana secara serentak di lingkungan Kementerian
Keuangan diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini mengacu
pada peristiwa bencana gempa di Kobe, Jepang tahun 1995, dimana kesiapan
terhadap bencana memberikan peluang yang lebih besar terhadap keselamatan jiwa
seseorang.
Ia menyampaikan bahwa
ketika menghadapi bencana maka kunci utama adalah “Jangan Panik“. Karena kepanikan akan membuat kita tidak bisa
berfikir rasional. Itu akan sangat membahayakan diri sendiri maupun orang lain
di sekitarnya. “Ketika terjadi gempa maka yang bisa kita lakukan saat itu adalah
tetap di tempat, jauhi kaca dan benda yang rawan runtuh seperti lemari dan rak.
Berlindung di bawah meja, tembok yang memiliki pondasi kuat atau angkat kursi
di atas kepala kita,” jelasnya. “Gempa bumi umumnya terjadi sekitar 30 - 60
detik. Selama itulah kita tetap berdiam diri, berlindung dan berfikir. Setelah
gempa berhenti, kita harus segera mencari jalur evakuasi dengan menempatkan
salah satu tangan di kepala dan tangan lainnya di atas tengkuk. Karena dua area
tubuh inilah yang paling rawan benturan yang mengakibatkan hilang kesadaran,”
tambah Danang sambil mempraktekkan bagaimana harus bertindak di saat terjadi
gempa bumi.
Setelah sosialisasi, dilanjutkan simulasi
evakuasi bencana gampa bumi yang diikuti oleh seluruh penghuni dan tamu gedung
GKN Yogyakarta yang dipandu oleh petugas dari BPBD D.I. Yogyakarta. Simulasi
dilakukan mulai dari lantai tiga hingga menuju lokasi titik kumpul yang berada
di halaman gedung GKN Yogyakarta. Simulasi ini dilakukan lengkap dengan adanya
peran sebagai korban tak sadarkan diri dan menggunakan peralatan tandu dan
mobil ambulance.
Dalam kesempatan yang sama, di lapangan voli di
samping GKN Yogyakarta dlaksanakan simulasi pemadaman kebakaran. Simulasi
dipandu oleh petugas dari PT. Kodamkar Yogyakarta dan diikuti oleh perwakilan
penghuni gedung GKN Yogyakarta. “Dalam sebuah kebakaran, selain evakuasi
menyelamatkan diri untuk keluar dari gedung atau bangunan atau rumah, kita juga
bisa melakukan upaya penyelamatan pertama dengan cara memadamkan api dari
sumbernya. Catatan, api belum terlalu besar dan memang memungkinkan untuk dipadamkan,
baik secara konvensional maupun modern”, jelas petugas dari PT. Kodamkar
Yogyakarta Supriyono.
Ia menegaskan, secara konvensional pemadaman
api bisa dilakukan menggunakan karung goni atau bisa juga dengan menggunakan
selimut tebal atau bed cover yang
dibasahi. Ia menggarisbawahi hal penting yang dilakukan pemadaman secara
konvensional ini agar tidak membuat api semakin membesar. “Karung goni atau
apapun bahan basah yang digunakan jangan sampai dilemparkan ke dalam api,
tetapi harus dilakukan secara perlahan ditutupkan ke sumber api hingga terlihat
asap putih, baru kemudian dibuka kembali,” tambahnya.
Secara modern, pemadaman dapat dilakukan dengan
cara yang lebih sederhana dan mudah. Dengan mengetahui cara penggunaan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR), proses upaya penyelamatan pertama dengan cara
memadamkan api dari sumbernya bisa lebih cepat dan aman untuk dilakukan. Hal
ini dikarenakan secara teknis, APAR didesain sebagai alat yang simple dan mudah dalam penggunaannya.
Dengan adanya sosialisasi dan simulasi evakuasi
bencana gempa bumi dan kebakaran ini diharapkan seluruh pegawai yang berada di
gedung GKN Yogyakarta ini mempunyai pengetahuan dan kemampuan lebih untuk
melindungi dan menyelamatkan diri dan membantu orang lain dari ancaman bencana . ( Penulis/Foto: Djoehard)