Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Yogyakarta > Kilas Peristiwa
Kunci Keselamatan Diri: Bekali Dengan Pengetahuan dan Kemampuan Tanggap Bencana
Yuhar Lelo Ganjaran Samudra
Selasa, 30 April 2019   |   192 kali

Yogyakarta - Jumat (26/04) KPKNL Yogyakarta mengikuti Simulasi Evakuasi Bencana Gempa Bumi dan Kebakaran.  Acara yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh pada tanggal 26 April 2019 ini dihadiri oleh perwakilan seluruh satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan D.I. Yogyakarta. Acara dibuka oleh Kepala KPPN Yogyakarta selaku Kepala Sekretariat Perwakilan Kementerian Keuangan Propinsi D.I. Yogyakarta Istu Wahudi.

Dalam sambutannya Istu mengungkapkan bahwa Yogyakarta adalah propinsi yang secara greogafis merupakan daerah rawan gempa bumi. Sehingga gedung GKN Yogyakarta secara otomatif merupakan salah satu gedung yang rawan terdampak apabila terjadi bencana gempa bumi. “Dengan adanya simulasi ini, diharapkan seluruh penghuni gedung GKN Yogyakarta mempunyai pengetahuan serta kemampuan untuk menyelamatkan diri seandainya terjadi bencana gempa bumi maupun kebakaran,” ungkapnya.

Selanjutnya narasumber Kepala Bidang Penanganan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yogyakarta Danang Samsurizal memaparkan perlunya tanggap terhadap bencana, salah satu faktornya adalah terkait letak geografis Yogyakarta yang berada dalam zona merah rawan gempa bumi. Juga kondisi bangunan, banyaknya arsip mudah terbakar serta jaringan listrik yang merupakan kondisi rawan terbakar. Ia menyampaikan bahwa Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani memberikan dukungan penuh dan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap tanggap bencana. Hal ini diwujudkan dengan pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan bencana secara serentak di lingkungan Kementerian Keuangan diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini mengacu pada peristiwa bencana gempa di Kobe, Jepang tahun 1995, dimana kesiapan terhadap bencana memberikan peluang yang lebih besar terhadap keselamatan jiwa seseorang.

Ia menyampaikan bahwa ketika menghadapi bencana maka kunci utama adalah “Jangan Panik“. Karena kepanikan akan membuat kita tidak bisa berfikir rasional. Itu akan sangat membahayakan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. “Ketika terjadi gempa maka yang bisa kita lakukan saat itu adalah tetap di tempat, jauhi kaca dan benda yang rawan runtuh seperti lemari dan rak. Berlindung di bawah meja, tembok yang memiliki pondasi kuat atau angkat kursi di atas kepala kita,” jelasnya.  “Gempa bumi umumnya terjadi sekitar 30 - 60 detik. Selama itulah kita tetap berdiam diri, berlindung dan berfikir. Setelah gempa berhenti, kita harus segera mencari jalur evakuasi dengan menempatkan salah satu tangan di kepala dan tangan lainnya di atas tengkuk. Karena dua area tubuh inilah yang paling rawan benturan yang mengakibatkan hilang kesadaran,” tambah Danang sambil mempraktekkan bagaimana harus bertindak di saat terjadi gempa bumi.

Setelah sosialisasi, dilanjutkan simulasi evakuasi bencana gampa bumi yang diikuti oleh seluruh penghuni dan tamu gedung GKN Yogyakarta yang dipandu oleh petugas dari BPBD D.I. Yogyakarta. Simulasi dilakukan mulai dari lantai tiga hingga menuju lokasi titik kumpul yang berada di halaman gedung GKN Yogyakarta. Simulasi ini dilakukan lengkap dengan adanya peran sebagai korban tak sadarkan diri dan menggunakan peralatan tandu dan mobil ambulance.

Dalam kesempatan yang sama, di lapangan voli di samping GKN Yogyakarta dlaksanakan simulasi pemadaman kebakaran. Simulasi dipandu oleh petugas dari PT. Kodamkar Yogyakarta dan diikuti oleh perwakilan penghuni gedung GKN Yogyakarta. “Dalam sebuah kebakaran, selain evakuasi menyelamatkan diri untuk keluar dari gedung atau bangunan atau rumah, kita juga bisa melakukan upaya penyelamatan pertama dengan cara memadamkan api dari sumbernya. Catatan, api belum terlalu besar dan memang memungkinkan untuk dipadamkan, baik secara konvensional maupun modern”, jelas petugas dari PT. Kodamkar Yogyakarta Supriyono.

Ia menegaskan, secara konvensional pemadaman api bisa dilakukan menggunakan karung goni atau bisa juga dengan menggunakan selimut tebal atau bed cover yang dibasahi. Ia menggarisbawahi hal penting yang dilakukan pemadaman secara konvensional ini agar tidak membuat api semakin membesar. “Karung goni atau apapun bahan basah yang digunakan jangan sampai dilemparkan ke dalam api, tetapi harus dilakukan secara perlahan ditutupkan ke sumber api hingga terlihat asap putih, baru kemudian dibuka kembali,” tambahnya.

Secara modern, pemadaman dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dan mudah. Dengan mengetahui cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), proses upaya penyelamatan pertama dengan cara memadamkan api dari sumbernya bisa lebih cepat dan aman untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan secara teknis, APAR didesain sebagai alat yang simple dan mudah dalam penggunaannya.

Dengan adanya sosialisasi dan simulasi evakuasi bencana gempa bumi dan kebakaran ini diharapkan seluruh pegawai yang berada di gedung GKN Yogyakarta ini mempunyai pengetahuan dan kemampuan lebih untuk melindungi dan menyelamatkan diri dan membantu orang lain dari ancaman bencana . ( Penulis/Foto: Djoehard)

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini