Yogyakarta - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu)
Suahasil Nazara menekankan pentingnya melakukan penajaman cara bekerja dengan
melebihi dari sekedar tugas fungsi di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk
menjawab pertanyaan dari masyarakat.
“Masyarakat membutuhkan bentuk jawaban riil kita seperti
apa, bukan sekedar tusi unit masing-masing. Ini bentuk tanggung jawab kita
dalam menjaga Republik Indonesia,” kata Wamenkeu saat memberikan arahan dalam
Rapat Koordinasi Gabungan Kantor Wilayah Kemenkeu Satu dengan tema Penguatan
Peran dan Strategi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dalam Rangka
Pengelolaan Aset pada Kamis, (25/8) di Gedung Keuangan Negara, Yogyakarta.
Wamenkeu menambahkan bahwa Kemenkeu menginginkan jajaran
pimpinan tingkat regional untuk tidak ragu-ragu dalam memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang kondisi perekonomian setempat, baik dari sisi
penerimaan maupun belanja pemerintah.
“Pemaparan yang disampaikan dapat diwakili oleh siapa saja,
baik dari Kanwil Perbendaharaan, DJP, bea cukai, DJKN, sebagai bentuk sinergi
Kemenkeu. Seperti kata Ibu Menteri, pekerjaan level regional agar memunculkan connecting
the dot, supaya pembicaraan makin bernas dan apa yang kita lakukan bisa
lebih cepat,” ujarnya.
Connecting the dot, kata Wamenkeu, menjadi penting karena
Kemenkeu terdiri dari beberapa unit yang mempunyai tusi yang berbeda-beda, yang
memberikan layanan kepada masyarakat, namun masyarakat, melalui suara para
pimpinan daerah, menginginkan jawaban atas permasalahan riil yang dihadapi di
lapangan.
“Simple saja, bila kita memaparkan informasi mengenai
kenaikan inflasi, yang diminta para pimpinan daerah adalah bagaimana caranya
agar harga stabil, tidak naik. Salah satu bentuknya adalah pemberian subsidi
dan kompensasi, terutama kepada kebutuhan energi,” jelas Suahasil.
Lebih lanjut, ia menjelaskan pemberian alokasi subsidi dan
kompensasi atas kebutuhan energi, seperti Pertalite, Biosolar, LPG, dan
listrik, mengalami kenaikan tiga kali lipat dari pagu awal tahun 2022
dibandingkan dengan kondisi sekarang. “Alokasi sebesar Rp152 triliun di awal
tahun, naik menjadi sebesar Rp502 triliun, akibat kenaikan harga minyak, kurs,
peningkatan volume penggunaan energi di masyarakat. Apa APBN mampu? Kita harus
yakin, mampu, dalam empat bulan ke depan sektor penerimaan harus tetap terjaga
dan belanja tepat sasaran,” katanya.
Selain hal di atas, dirinya juga menyinggung mengenai Crash
Program Keringanan Utang DJKN, yang mendorong dan membantu UMKM setempat
terdampak pandemi agar bangkit dan pulih lebih cepat, yang perlu diperluas
jaringannya dengan binaan UMKM dari unit eselon I lainnya.
Pada kesempatan sebelumnya, Direktur Lelang Joko Prihanto
mewakili Direktur Jenderal Kekayaan Negara Rionald Silaban menyampaikan tentang
peran DJKN dan strategi apa yang dilakukan dalam rangka pengelolaan aset secara
nasional. Dilanjutkan pemaparan kondisi pengelolaan aset dan perekonomian
tingkat regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng & DIY),
masing-masing oleh Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DJKN Jateng & DIY
Mahmudsyah dan Kepala Kanwil Direktorat Jenderal (Ditjen) Perbendaharaan Arif
Wibawa.
Acara yang dibuka dengan tarian selamat datang dari para
penggawa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta
tersebut dimoderatori oleh Staf Ahli Menteri Keuangan Pengawasan Pajak Nufransa
Wira Sakti dan diikuti langsung oleh para pejabat eselon II DJKN, Ditjen Pajak,
Ditjen Bea Cukai, Ditjen Perbendaharaan, dan para pejabat eselon III – IV serta
staf di lingkungan Provinsi Jateng dan DIY secara luring dan ratusan pegawai
Kemenkeu secara daring melalui Zoom. (Tulisan/Foto : Arifin/Faza/BiroKLI)