Di era
modern saat ini dimana pasar semakin terbuka dan kompetitif, konsumen menjadi
faktor yang sangat menentukan terhadap kelangsungan bisnis. Para pelaku usaha dituntut
untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan yang diberikan. Untuk itu,
perusahaan maupun pelaku usaha perlu menanamkan pentingnya service excellence
kepada seluruh karyawannya agar konsumen senantiasa puas. Karena apabila
kepuasan pelanggan terjaga, maka mereka akan loyal kepada produk atau jasa yang
ditawarkan. Hal ini tentunya tak terkecuali berlaku bagi suatu instansi
pemerintah karena meskipun tidak secara nyata mempunyai kompetitor namun saat
ini instansi pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan prima kepada stakeholder
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Pelayanan yang prima juga
harus sesuai dengan faktor internal dan eksternal, dimana pelayanan eksternal
yang diberikan kepada konsumen, tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa
adanya faktor internal yang bagus.
Mengingat
pentingnya hal tersebut, maka pada hari Selasa (22/03) KPKNL Sorong bekerja
sama dengan Bank BRI Cabang Sorong menyelenggarakan In House Training Budaya
Pelayanan Prima yang dihadiri oleh para pegawai dan PPNPN di lingkungan KPKNL
Sorong. Acara ini dibuka oleh Kepala KPKNL Sorong, Indra Eka Putra, dan menghadirkan
narasumber dari Bank BRI Cabang Sorong yaitu Nandang Rusman, Manajer
Operasional Bank BRI Cabang Sorong.
“Service
adalah suatu proses memenuhi kebutuhan customer dan (jika memungkinkan)
melampaui harapan.” kata Nandang membuka presentasinya. Sedangkan service
excellence yaitu layanan yang membuat orang yang dilayani/stakeholder merasa
kagum “Wuuaaaaw” di semua titik layanan (the moment of truth). Selanjutnya
Nandang menyampaikan bahwa service berfokus pada 3P yaitu People, Premisses dan Process. People,
maksudnya adalah semua pekerja memposisikan diri sebagai pemberi layanan. Premisses, maksudnya
adalah prasarana yang tersedia, misalnya Area Parkir, Lobi/ Ruang Tunggu, Back
Office dan toilet dalam keadaan bersih, rapi dan nyaman. Process artinya
layanan yang diberikan cepat, tepat dan akurat.
Di dalam dunia service juga
dikenal apa yang disebut magic word dan killer word. Magic
word adalah kata-kata yang apabila diucapkan dapat membuat customer ingin
berkomunikasi lebih lanjut. Kata-kata tersebut misalnya ‘Mohon, maaf, silakan,
terima kasih, baik, bolehkah, saya harap.’ Sedangkan Killer word adalah
kata-kata yang jika diucapkan dapat membunuh keinginan customer untuk
berkomunikasi lebih lanjut. Kata-kata tersebut misalnya ‘Tau tuh, terserah,
nggak bisa, kan sudah dibilang, nggak mungkin, itu salah Bapak, itu bukan salah
saya.’
Kemudian
jika dilihat dari kacamata customer, service adalah
pengalaman layanan (experience) yang didapat dari 3D (Dilihat, Didengar, Dirasakan). Apa yang ‘Dilihat’ customer misalnya penampilan
pemberi jasa yang menarik, senyum yang antusias dan ramah. Apa yang ‘Didengar’ customer yaitu cara 3S (Senyum, Salam,
Sapa), memperkenalkan diri (sambil berjabat tangan), menanyakan nama customer,
mempersilakan duduk dan menawarkan bantuan. Sementara, apa yang ‘Dirasakan’ customer yaitu perasaan dihargai dan
kepuasan karena layanan sesuai bahkan melebihi harapan.
Selanjutnya Nandang menyampaikan cara menangani situasi sulit, misalnya menanggapi keluhan pelanggan (handling complaints). Komplain yang cepat ditangani dan diselesaikan akan membuat customer puas dan loyal, sedangkan komplain yang tidak cepat ditangani bisa mengakibatkan customer melakukan komplain lagi dan jika pun kemudian bisa ditangani namun mungkin saja mereka tidak merasa puas. Cara menangani komplain yang baik yaitu dengan metode TUNTAS:
1. Tenang
2. Upayakan menyimak
3. Nyatakan maaf dan pengertian
4. Telusuri permasalahan
5. Ajukan solusi, dan
6. Selesaikan dengan positif
Dalam
menangani komplain, prinsip utamanya yaitu bahwa pekerjaan kita bukan
mengatakan apa yang tidak bisa kita lakukan, melainkan menawarkan apa yang bisa
kita lakukan untuk menolong.
Sebagai penutup presentasi, Nandang menyampaikan sebuah quote “Memberikan pelayanan prima adalah meninggalkan ego, tanpa meninggalkan keinginan untuk terus belajar agar dapat memberikan yang terbaik’.
(Ade St/Tim Humas KPKNL Sorong)