Pada kondisi pandemi seperti saat
ini, KPKNL Samarinda tetap melakukan peningkatan skill kepada para pegawainya. Hal
tersebut dilakukan dengan mengikuti pelatihan fotografi yang diselenggarakan
oleh Kantor Wilayah DJKN Kalimantan Timur dan Utara melalui video conference
pada Kamis, 4 Juni 2020. Pelatihan tersebut diselenggarakan dengan menggandeng
Edy Singomoto dan Irfan Bayu Pradhana dari Biro KLI Kementerian Keuangan
sebagai pemateri.
Berbicara tentang fotografi tidak
lepas dari yang namanya kamera. Jenis-jenis kamera sendiri terdiri dari Pocket
Camera/Kamera Saku, Prosumer, Single Lens Reflex Camera (Kamera SLR), Medium
Format Camera, Large Format Camera, Smartphone (point&shot), Mirrorless
Interchangeable-Lens Camera (MILC). Namun saat ini yang familiar adalah jenis
mirrorless dan DSLR. Perbedaan dari keduanya diantaranya yaitu cara kerja
kamera DSLR membutuhkan cermin (mirror) untuk memunculkan gambar di viewfinder,
MILC membuang cermin yang ada di DSLR konsekuensinya adalah menghemat ukuran
dan berat kamera (serta menghemat harga), MILC kehilangan viewfinder optik,
karena menggunakan sistem viewfinder elektronis (EVF – electronic viewfinder), hanya
Leica dan Fujifilm X Series yang memiliki viewfinder optic, kualitas foto MILC
tidak kalah dengan DSLR karena ukuran sensor yang relatif sama.
Pada kamera umumnya terdapat
vitur seperti M (Manual), P (Programme Mode/Automatic), Av/A (Aperture
Priority), S/Tv (Shutter Priority), atau Auto (point and shot). Selain itu ada
juga vitur ISO/ASA yang merupakan kepekaan film terhadap cahaya. Dalam kamera
digital, ISO adalah untuk mengatur kepekaan penerimaan cahaya. Bukan mengatur
agar sensor menjadi lebih peka, tetapi mengatur penguatan sinyal sehingga noise
juga meningkat jika sinyal masuk diperkuat sehingga tampilan gambar lebih
kasar. Hal lain yang inti pada fotografi yaitu Pencahayaan/Exposure. Tidak
semua kondisi pencahayaan bisa menghasilkan gambar yang baik. Film hanya
menerima intensitas cahaya yang sesuai dengan kecepatan ISO standarnya,
sehingga Film harus diberi intensitas cahaya yang tepat, tidak boleh lebih/kurang.
Supaya tidak monoton, Edy
memberikan beberapa contoh komposisi dalam mengambil gambar menggunakan kamera.
Pada komposisi dikenal beberapa aturan, pertama,
sepertiga/ Rule of Third dengan Penempatan
horison pada posisi sepertiga bagian dari pinggir atas atau pinggir bawah, pembagian
bidang perbandingan 1:2 ini umumnya dinamis dan keseimbangan dapat dicapai dgn
baik. Kedua, aturan dead center yaitu memberikan impact yang
lebih terhadap objek, tujuannya untuk lebih menonjolkan obyeknya. Ketiga, Diagram Irisan Emas, metode ini
merupakan pembagian bidang yg direncanakan dengan ketepatan geometris, biasanya
digunakan dalam pemotretan benda-benda diam (still life), arsitektur,
landscape, dll. Keempat, Diagram
Susunan Diagonal dengan susunan atau garis diagonal dibentuk dan dipergunakan untuk
memotret elemen-elemen sederhana, misalnya padang rumput, padang pasir, atau
padang salju) atau pemandangan yg memiliki tekstur homogen, misalnya kebun teh,
daerah yg berbatu-batu saja, atau pantai.
Pada kesempatan ini, Irfan
memberikan tips membuat foto jurnalistik. Hal-hal yang harus diperhatikan
antara lain moment, angel, komposisi,
pencahayaan, patuhi kode etik. Untuk foto liputan sendiri terdiri dari foto
yang dapat dipublikasikan dan foto yang bersifat dokumen rahasia. Sebagai fotografer
paling tidak sudah direncanakan terlebih dahulu foto apa saja yang harus
didapatkan nantinya seperti foto close up, foto suasana, foto bersama dan foto
humanis/unik. Di Kementerian Keuangan sendiri dalam proses pemberitaan dan
dokumentasi melalui 3 tahap yaitu input (pengambilan gambar), proses (pengeditan),
dan output (publikasi).
Acara diakhiri dengan sesi tanya
jawab dari para pegawai yang mengikuti kegiatan tersebut. Pertanyaan yang
diajukan diantaranya, bagaimana supaya tidak kehilangan momen saat melakukan
pengambilan gambar dan adakah perbedaan kamera DSLR dengan mirrorless. “Datang
lebih awal ke acara, pelajari acara, setting kamera baik saat di dalam maupun
di luar ruangan jika acara dilaksanakan dikedua tempat tersebut, siapkan flash
jika dibutuhkan” jelas Irfan dalam menjawab pertanyaan. Kemudian Edy
menambahkan dengan menyeting kamera pada speed priority untuk objek yang
bergerak dan manual priority indoor dengan pencahayaan tidak berubah seperti
foto di studio dengan menggunakan lampu studio. Untuk DSLR dan mirrorless sendiri apabila
masih 1 level maka hasilnya akan sama.
Seksi HI KPKNL SMD