PURWAKARTA - Kamis (1/3/2018), ratusan pelajar tingkat SMA dan
Mahasiswa di Purwakarta dan sekitarnya antusias mengikuti proses lelang
sukarela secara konvensional yang diadakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) Purwakarta.
Digelar di Kantor KPKNL Purwakarta, prosesi lelang sukarela yang
dilaksanakan secara konvensional tersebut merupakan bagian dari rangkaian
kegiatan KPKNL Purwakarta dalam rangka memperingati 110 Tahun Lelang Indonesia
dengan tema Modernisasi Lelang untuk Jual Beli yang Lebih Andal dan Terpercaya,
yang jatuh pada 28 Februari 2018 lalu.
Untuk dapat mengikuti lelang
tersebut, seluruh peserta wajib mendaftar terlebih dahulu dan akan memperoleh bidding card. Pasalnya dalam kegiatan
itu, Ada 13 lot atau item yang ditawarkan, di antaranya tablet, magic com,
sepatu, blender, mixer, jaket, dan produk menarik lainnya.
Sesaat sebelum proses lelang dimulai, Pejabat Lelang membacakan tata cara
lelang. Setiap item yang dilelang dibuka dengan harga awal Rp10.000 dan
kenaikan setiap kelipatan Rp1.000.
Item pertama yang dilelang adalah tablet. Sontak seluruh peserta
tampak mengacungkan bidding card yang dipegangnya saat Pejabat Lelang Kelas 1,
Nandang, membuka harga awal Rp10.000 dan semakin naik setiap kelipatan Rp1.000.
Saat harga menyentuh Rp500 ribu, beberapa peserta lelang mulai
menurunkanbidding card yang sejak awal diacungkannya.
Di harga Rp1 juta semakin sedikit peserta yang tersisa. Hingga harga menyentuh
Rp3 juta tersisa dua peserta lelang yang tampaknya tak mau saling mengalah.
Saat Pejabat Lelang menaikkan harga hingga Rp3,5 juta, satu dari dua peserta
lelang yang tersisa akhirnya menurunkan bidding card, dan tablet tersebut menjadi
milik peserta terakhir yang masih mengangkat bidding card-nya.
Kepala KPKNL Purwakarta Tatang
Maulana mengatakan, peringatan 110 Tahun Lelang Indonesia tersebut dilakukan
secara serentak di seluruh Indonesia. "Adapun mekanismenya diserahkan ke
masing-masing kepala KPKNL. Dan khusus Purwakarta, kami ingin tujuan
sosialisasi tentang lelang ini lebih efektif," katanya.
Apabila sosialisasi misalnya
dilaksanakan di saat Car Free Day di Situ Buleud, sambungnya, maka
sosialisasinya bersifat pasif, hanya melalui brosur yang dibagikan ke
masyarakat. "Karena itu, kami mengundang ratusan pelajar dan mahasiswa
dari berbagai sekolah,” ujarnya.
Saat pihaknya mentransferkan ilmu kepada para pelajar, kata Tatang, diharapkan,
ilmu tersebut ditransferkan kembali kepada masyarakat luas. “Mulai dari
keluarganya, kawan-kawannya, dan siapa saja. Dan saya yakin cara ini lebih
efektif," ucapnya.
Pihaknya juga mengharapkan adanya
umpan balik dari para pelajar, baik itu berupa masukan atau bahkan kritikan
yang bersifat konstruktif. “Para pelajar ini kritis dan dapat mengkritik secara
jujur. Mereka ini kan tidak ada kepentingan, jadi bebas menyampaikan apa
saja," kata Tatang.
Lebih lanjut Tatang mengatakan, perayaan 110 Tahun Lelang Indonesia ini
gaungnya lebih terdengar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Mengapa lebih
gaung? Karena kami ingin menunjukkan bahwa lelang adalah transaksi yang sangat
menguntungkan. Baik untuk pemohon, pembeli dan KPKNL itu sendiri,"
ujarnya.
Pemohon lelang, kata Tatang, tak perlu lagi menawarkan barangnya
secara door
to door atau mencari siapa pembelinya. "Cukup melalui
lelang, dan salah satu syarat lelang harus diumumkan di muka umum melalui surat
kabar dan media lainnya. Bagi pembeli pun tak perlu mengenal siapa penjualnya.
Yang penting ada barang yang dibutuhkannya,” kata Tatang. (Naskah: Raka,
Foto: Yandi-Faozan, Seksi HI KPKNL Purwakarta)