Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Mental Pembelajar
Ichvan Majid
Jum'at, 06 Maret 2020   |   1398 kali

Ada quote atau kutipan menarik dari Direktur Jenderal DJKN yang sempat viral pada jejaring maya  masyarakat DJKN, quote itu adalah “seluruh pegawai DJKN harus menjadi SDM yang terus belajar, SDM yang terus mengasah pemikiran kreatif untuk melihat kesempatan yang lebih baik dan menghasilkan sesuatu yang extraordinary . Pernyataan tersebut disampaikan pada saat memberikan arahan kepada 46 CASN yang berasal dari lulusan Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN)  Senin, (3/2/2020) di Aula Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Jakarta. Quote  tersebut adalah sebuah tantangan tidak hanya untuk Calon pegawai DJKN  namun juga bagi pegawai DJKN yang lain dan sekaligus  menarik untuk dicermati tentang sejauh mana kita  yang sudah lama sebagai pegawai DJKN mempunyai komitmen untuk terus belajar dan menjadikan mental pembelajar sebagai  aset intelektual yang kita miliki baik secara pribadi maupun organisasi.

Bapak Isa Rachmatarwata, Selaku pimpinan tertinggi di DJKN, punya kepentingan besar terkait kapasitas mental pembelajar yang harus dimiliki oleh masyarakat DJKN, karena ini adalah kunci bagi sebuah lembaga seperti DJKN, untuk menciptakan competitive advantage, ketika insan-insan dalam lembaga  DJKN mampu untuk lebih cepat belajar dibanding yang lain, maka  DJKN akan lebih sigap untuk memanfaatkan setiap peluang yang muncul dan akan terdepan sebagai pemenang di tengah cepatnya gelombang perubahan yang terjadi.

Mental pembelajar adalah sikap yang menjadikan kegiatan belajar sebagai bagian dari Daily activity  bahkan mungkin sebagai kebutuhan hidup seseorang. Mereka memiliki karakteristik rasa ingin tahu yang tinggi, optimis, konsisten, serta punya pandangan visioner. Lebih jauh, nasionalisme, disiplin, integritas moral, kepercayaan diri, kejujuran, kepekaan sosial, sikap toleran  dan seterusnya sebetulnya dapat tumbuh dari sikap kritis dan cara berpikir logis dari seorang pembelajar. Disamping itu mental pembelajar  bisa menjadi daya penggerak dalam menghadapi disrupsi serta gejolak yang akan dan sedang kita hadapi. 

“Mood” itu menular 

Lalu dari mana kita bisa memulainya, seperti sering kita dengar dari seorang motivator, mari kita mulai dari diri kita sendiri.  Jika diri anda ingin termotivasi oleh sesuatu untuk memulai menjadi pribadi pembelajar, dalam konteks ini, paksakan diri untuk jatuh cinta. Kalau anda jatuh cinta, berpikir tentang obyek yang anda cintai adalah nomor sekian, karena anda akan bercengkerama dan menghabiskan waktu dengannya,  maka jalani dulu dan anda akan menemukan faedah belajar dan membaca. Lalu biarkan cinta itu berkata pada anda   “Keinginanmu adalah perintah bagiku”. Dan hal ini bisa dijadikan sebagai saran repetitif untuk mendidik ulang pikiran  kita bahwa belajar bukan hanya berhenti setelah mengetahui sesuatu, akan tetapi sebuah upaya untuk terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas diri serta menerapkannya secara produktif dan bermanfaat untuk diri dan organisasi. Cinta memiliki stamina, dia melekat dengan masa depan  anda setiap hari. Jika anda berkomitmen untuk meningkatkan pilar intelektual anda, maka bangunlah mental pembelajar dengan mencintai ilmu dan mencintai sikap ingin tahu. Kalau hal ini sulit juga anda lakukan,  mari  logikanya kita balik, Lakukan sesuatu, maka anda akan mendapat energi untuk melakukan sesuatu. Mulailah membaca maka anda akan termotivasi  untuk mencintai membaca, bukan sebaliknya.

Setelah rasa cinta itu tertanam, selanjutnya adalah membiasakan. Sukses membangun kebiasaan bukanlah menggulirkan dadu dan memilih menunggu peluang mata dadu sesuai dengan keinginan kita. Membangun kebiasaan adalah menjalani hidup yang kita inginkan layaknya sebuah pertandingan lari marathon, dan bukan  lari sprin atau lari jarak dekat. Membangun kebiasaan adalah cara menjaga stamina untuk tetap termotivasi dalam jangka panjang. Yaitu stamina rasa ingin tahu, agar kita memiliki perilaku rasa ingin tahu yang tinggi, berarti manusia pembelajar memiliki motivasi untuk mengetahui banyak hal dari kehidupan diri dan lingkungannya. Termasuk kinerja dalam belajar baik melalui membaca, maupun melalui penglihatan dan pendengarannya. Stamina dalam menjaga Optimisme, dengan banyak membaca, maka manusia pembelajar akan memiliki confidence yang tinggi. Stamina untuk terus konsisten. Manusia pembelajar akan terbiasa untuk belajar. Kebiasaannya inilah yang menjadikan dia konsisten dalam belajar. Selain kebiasaan, motivasi yang tinggi untuk belajar pun menjadikan kekonsistenan melekat dalam jiwanya. Dan stamina yang unggul dalam mejaga sikap yang berpandangan visioner, manusia pembelajar memiliki pandangan jauh ke depan melebihi pemikiran kebanyakan orang. tidak tergoda untuk melakukan apa saja demi mendapatkan hasil yang instan. Tidak mengejar target jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang. Manusia pembelajar dengan modal segudang pengetahuannya akan memunculkan ide-ide kreatif yang tidak pernah terpikir oleh orang lain. Mereka merangkaikan berbagai ilmu dan pengetahuannya untuk menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi orang lain sebagai cara pandang kedepan.

Hal ini memang terlihat gampang dan mudah, tetapi kebanyakan dari kita enggan dan menolak melakukannya, Tidak hanya orang tua yang merasa sudah cukup berpengalaman, tetapi juga generasi milenial sebagai mayoritas penduduk DJKN pun tidak akrab dengan tradisi literasi. Mereka sering menimbun rasa aman di zona nyaman, atau sebagian masih terjebak pada sikap kompleks inferioritas karena bidang kerjanya  tidak berhubungan langsung dengan performa akedemik mereka sehingga mengalami stuck dan apatis. Yang pada gilirannya sulit memasukkan informasi tambahan didalam benaknya, merasa bahwa yang diketahui sudah cukup dan menutup ruang otaknya untuk enggan menyerap hal-hal baru, menangkap informasi  bahkan mungkin merendahkan dan menolak pengalaman orang lain.  

Salah satu keunggulan seorang pemimpin adalah mereka yang mengambil peran untuk membuat orang-orang di sekitarnya merasa lebih mampu, lebih bisa dan lebih berdaya, maka peran dan kehadiran Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN) Isa Rachmatarwata di tengah-tengah jejaring maya komunitas pada DJKN dengan ‘Quote-nya diatas dapat kita jadikan sebagai pemicu aksi untuk tradisi literasi di lingkungan DJKN, karena quote tersebut cukup spesifik dan cukup nyata untuk menginterupsi  aliran kesadaran normal kita dan melentingkan motivasi .

Inilah mood intuitif beliau dalam membangun anak-anaknya lebih  engage dan terinspirasi, yang pada giliranya diharapkan dapat mendongkrak performa organisasi. Dan mood itu berharap jadi virus penular  yang menulari kita tidak hanya menjadi insan pembelajar tapi juga menjadikan DJKN sebagai organisasi pembelajar yang modern.

Bodoh adalah Dosa

Membangun sebuah kebiasaan tidak hanya terkait sikap mental,  juga menyangkut lingkungan dan sarana. DJKN sebagai sebuah organisasi telah banyak memberi sarana agar pegawainya dapat selalu menjaga asset intelektualnya dengan memberi kemudahan dalam kesempatan belajar baik melalui diklat-diklat, short course, workshop, tugas belajar maupun pendidikan diluar kedinasan secara informal maupun formal, bahkan dalam menerapkan manajemen kinerja pada  perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth), DJKN telah menjadikan pengembangan kompetensi pegawai sebagai indikator kinerja utama (IKU) yang harus dicapai targetnya. Bahkan untuk menjawab teknologi kekinian,  edukasi dan literasi digital dengan berbagai jenis e-learning-pun disediakan.

Lalu apalagi ?, maaf kalau secara ekstrim penulis katakan bahwa “Jika anda tidak membaca maka sama dengan buta aksara”. Bertahan pada keyakinan yang keliru atau menolak diri untuk menerima sudut pandang baru akan menghalangi pengembangan pribadi anda, memilki pikiran yang terbuka dan semangat pembelajar adalah instrumen yang sangat diperlukan untuk hidup digaris depan bagi sebuah organisasi. Bahkan terdapat kewajiban setiap insan DJKN untuk senantiasa melakukan perbaikan terus menerus pada narasi  Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Makanya dimanapun posisi kita sekarang, mari kita gunakan waktu untuk terus belajar, aplikasi teknologi dalam genggaman kita sudah banyak menciptakan platform bacaan yang beragam, pilihlah kualitas informasi yang masuk melalui apa yang anda baca. Anda tidak akan pernah tumbuh hanya dengan bermedia sosial semacam itu saja,  anda tidak harus tengelam disitu, pilihlah bacaan bermutu. Tanam modal waktu anda secara arif pada kegiatan yang layak untuk diri anda saat ini dan diri anda saat mendatang. Dan saya tidak akan memberitahu anda cara  merumuskan sumber kreatif anda, karena dengan memilih bacaan bermutu dan memulai membacanya anda sudah menemukan itu.

Terakhir, Manusia adalah mahluk tertinggi yang diciptakan Alloh SWT dengan dibekali kemampuan untuk belajar  dan berpikir. Sehingga kita bisa melihat segala sesuatu dalam hidup ini sebagai peluang untuk merangkul perubahan, kesempatan untuk belajar dan tumbuh.  Bukankah firman pertama yang diserukan pada Nabi Muhammad adalah keterampilan membaca, Iqra !. Dalam makna terdalam  ayat  Iqra tersebut kita menjadi komunitas terdidik sekaligus insan pembelajar. Dan adalah dosa kalau kita tidak menjalankanya, makanya menjadi tidak pintar atau bodoh adalah dosa !

Oleh : Mohammad chifni, Subbag umum KPKNL Pangkalan Bun  

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini