Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Proses Kepemimpinan Dalam Membangun Integritas
Abd. Choliq
Senin, 08 Maret 2021   |   62452 kali

Pemimpin merupakan penggerak utama organisasi.  Otoritas organisasi berada di tangan pemimpin. Pemimpin juga menjadi kunci keberhasilan dari suatu organisasi. Begitu juga kegagalan organisasi juga tergantung bagaimana pemimpin melakukan proses kepemimpinanya. Pemberian layanan dapat dilakukan secara optimal jika sistem kepemimpinan dikelola secara baik atas kendali pemimpin. Harapannya dapat mendukung upaya memperkokoh makna dan implementasi integritas dalam perilaku kerja serta menjadikan unit organisasi sebagai institusi yang memiliki kesungguhan untuk mempraktikkan integritas. Integritas sering disederhanakan maknanya sebagai kejujuran, kebajikan, berperilaku baik dan benar, atau bermoral. Maknanya seringkali berkembang dan dikaitkan dengan pencegahan korupsi. Integritas merupakan hal yang sangat penting bagi seorang Aparatur Sipil Negara  karena integritas menjadi dasar dari semua nilai pribadi seseorang.



A. Pengertian Nilai Integritas

1.   Pengertian Nilai

Pengertian nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan, atau tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau perilaku. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat batiniah. Menilai berati menimbang, yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan.

 

2. Pengertian Integritas

Integritas dapat diartikan sebagai dorongan hati nurani untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan tekat yang mulia. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, integritas artinya mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran. Sedangkan menurut Wikipedia, integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Definisi lain dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip.

Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah hipocrisy (hipokrit atau munafik). Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia).

BIntegritas Seorang Pemimpin

Ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai integritas bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya.

Berdasarkan kamus kompetensi perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang dimaksud dengan integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat atau nilai moral pribadi). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan dan kejujuran. Orang yang berintegritas adalah: [1]

1.    Memiliki integritas pribadi;

2.    Berkepribadian utuh (setiap tindakan dan perilaku merujuk pada nilai dan etika);

3.    Satunya perkataan dan perbuatan;

4.    Patuh pada kode etik yang telah disepakati dan tidak melanggar sumpah jabatan;

5.    Tidak tergoda melakukan penyelewengan dengan wewenang yang dimiliki;

§ Konsumerisme dan hedonism

§ Tata nilai dan ukuran moral masyarakat yang salah

§ Manusia terpukau dan terpedaya oleh uang dan kekuasaan

6.    Menjadi panutan.

Nama - nama tokoh bangsa yang telah menanamkan nilai-nilai integritas dan dapat dijadikan panutan seperti: H. Agus Salim, Baharuddin Lopa, Hoegeng Iman Santosa, Mohammad Natsir, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

 

Kementerian Keuangan (Kemenkeu)  meluncurkan secara resmi nilai-nilai Kemenkeu pada tahun 2011.  Acara yang dipimpin langsung oleh Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo, dihadiri oleh seluruh Eselon 1 Kemenkeu.  Bertempat di Aula Utama Dhanapala Kemenkeujuga turut dihadiri oleh para pejabat Eselon 2 Kemenkeu seluruh Indonesia.

Nilai-nilai Kementerian Keuangan tersebut adalah :

1)  Integritas: Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. 

Perilaku Utama;

a.    Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya

b.    Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela

 

2)  Profesionalisme: Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

Perilaku Utama ;

a.    Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas.

b.    Bekerja dengan hati

 

3) Sinergi: Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.

Perilaku Utama ;

a.    Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati

b.    Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik

4)  Pelayanan: Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat,  akurat dan  aman.

Prilaku Utama ;

a.    Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan

b.    Bersikap proaktif dan cepat tanggap

5)   Kesempurnaan: Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

Perilaku Utama :

a.  Melakukan perbaikan terus menerus

             b.  Mengembangkan inovasi dan kreativitas

         C. Proses Kepemimpinan Dalam Membangun Integritas

Integritas adalah salah satu kompetensi manajerial dan sosial kultural. Integritas harus dibangun. Bagaimana cara membangun integritas?  akan dijelaskan cara membangun integritas diri. Langkah pertama, yang paling penting, yaitu menetapkan nilai diri kita sendiri. Nilai itu adalah jujur, sabar, dapat dipercaya dan menghargai orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan mencari panutan atau kita sendiri yang menjadi panutan sehingga orang lain dengan ikhlas mengikuti tujuan yang akan dicapai dalam berorganisasi khususnya dalam aksi perubahan ini.

Integritas adalah suatu bentuk kejujuran yang diimplementasikan secara nyata dalam tindakan sehari-hari. Nilai-nilai integritas sangat penting untuk diterapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan, agar semua orang di dalamnya bisa saling percaya dan pada akhirnya bisa lebih cepat untuk mencapai tujuan bersama. Jika nilai-nilai integritas tidak dijalankan, maka kerjasama tim yang dilakukan akan menjadi lebih sulit akibat tidak terbangunnya kepercayaan yang komprehensif diantara mereka.

 

Seorang pemimpin mutlak menjalankan nilai-nilai integritas, karena dialah yang akan dipandang orang lain terlebih dahulu, dijadikan contoh dan teladan terutama bagi bawahannya. Integritas ini juga penting bagi image si pemimpin itu sendiri. Karena di saat pemimpin menerapkan nilai-nilai integritas, ia akan diterima sekaligus dipercaya oleh bawahannya sebagai sosok panutan. Ia akan bisa mempengaruhi orang lain karena ketegasan dan keselarasannya atas pikiran dan perkataan. Hal yang berbeda terjadi jika di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, para pemimpinnya tidak dipercaya bahkan tidak mendapat respek dari bawahannya. Mereka akan berjalan sendiri-sendiri tanpa mengikuti arahan dari pimpinannya. Organisasi atau perusahaan tersebut akan menjadi kacau dan tidak bisa mencapai tujuan dengan baik. Itulah yang akan terjadi jika pemimpin tidak menanamkan nilai-nilai integritas.

 


Pemimpin harus mampu memimpin dengan contoh dan menciptakan lingkungan kerja yang profesional bagi para bawahannya. Pemimpin bertanggung jawab untuk timnya, dan secara aktif mengelola kinerja timnya. Pemimpin selalu memastikan bawahannya menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan organisasi, dan mematuhi manajemen risiko yang ada di tempat kerja. Pemimpin menjamin pelaporan internal memfasilitasi deteksi dini dan berkontribusi terhadap perbaikan terus-menerus dari organisasi. Untuk itu 5 (lima) hal berikut sangat penting bagi pemimpin untuk membangun integritas di tempat kerja: [2]

a.    Etika kepemimpinan

b.    Manajemen dan pengawasan aktif

c.    Orang-orang yang tepat

d.    Proses yang efektif

e.    Pelaporan yang professional

 

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah melalui berbagai kesempatan menyatakan “perang” melawan korupsi. Untuk itu, pelaksanaan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dapat mencegah terjadinya korupsi di dalam birokrasi melalui berbagai desain dan kebijakan publik yang berorientasi pada pencegahannya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan zona integritas secara efektif adalah seperti yang disampaikan oleh Holidi (2013), sebagai berikut:

1. Sepakati nilai-nilai bersama melalui tahapan yang harus dilakukan, yaitu: [3]

a.   Brainstorming;

Mengadakan kegiatan brainstrorming tentang upaya pemberantasan dan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi pada setiap lembaga masing-masing. Bisa melalui pertemuan antar pimpinan puncak, antar pimpinan lembaga dan para pejabat eselon, dan lain sebagainya. Untuk perlunya menyamakan dalam hal-hal persepsi adalah tentang tanggung jawab, komitmen anti korupsi, dan lain sebagainya. Mengadakan diskusi seperti jika dilakukan secara insidental dapat memberikan nilai kesadaran kepada aparatur dan menjadi pengetahuan yang dapat mencegah terjadinya korupsi pada lembaga birokrasi tersebut.

b.   Pakta Integritas;

Setiap lembaga atau instansi harus membuat pakta integritas sebagai bentuk komitmen penyelenggara pemerintah terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi serta meningkatkan kualitas kinerja pelayanan yang berdasarkan pada kepentingan pelayanan umum.

c.   Sosialisasi pakta integritas;

Maka pakta integritas harus disebarluaskan (disosialisasikan) agar diketahui oleh aparatur yang lain sebagai bentuk konkret dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pemerintahan. Sebagai penyelenggara negara, tentunya menjadikan korupsi sebagai musuh bersama dan melakukan pencegahan melalui dari diri sendiri, dari hal yang paling kecil dan dari sekarang untuk seterusnya.

d.   Publikasi dokumen;

Kesiapan menjalankan zona integritas sebagai pencegahan dan pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi harus diikuti oleh semua pegawai baik pegawai negeri sipin maupun non PNS dengan komitmen yang kuat. Oleh karena itu, untuk mendukung percepatan zona integritas, perlu dilakukan publikasi melalui media massa, baik cetak maupun online. Begitu juga instansi-instansi pemerintah diinformasikan secara resmi sebagai bagian dari pelaksanaan zona integritas dan menjadi bagian dari menjalankan reformasi birokrasi untuk mendapat dukukungan dari semua pihak.

2. Mengembangkan manajemen integritas;

Dalam mengembangkan manajemen integritas terdapat beberapa hal, yaitu menata ulang kelembagaan secara profesional dan proposional, mekanisme proses dan instrument yang lebih baik, dukungan terhadap pengendalian integritas secara maksimal dan optimal, dan melakukan integritas yang berkesinambungan yang terus-menerus.

3. Membangun kerjasama pelaksanaan integritas.

Penerapan kerja sama dalam pelaksanaan zona integritas ini harus dilakukan sebagai upaya penguatan terhadap lembaga negara dengan kontrol langsung melalui kerjasama dengan penegak hukum. Pelaksanaan zona integritas membutuhkan komitmen dan konsitensi dari lembaga atau instansi serta sumber daya manusia di dalamnya juga membangun jejaring kerja sama dengan penegak hukum, terutama yang berhubungan dengan penegakan korupsi menjadi penting sebagai kontrol antar lembaga dengan membuat berbagai peraturan dan ketentuan secara formal maupun non formal dalam optimalisasi pelaksanaan zona integritas.


Integritas merupakan sebuah tolok ukur fundamental untuk kepemimpinan.  Dengan demikian seorang pemimpin harus memimpin dengan integritas, kejujuran dan berpegang pada nilai-nilai organisasinya. Para anggota tim ingin mengetahui apakah pemimpin mereka dapat dipercaya. Mereka harus merasa yakin bahwa sang pemimpin memperhatikan kepentingan setiap anggota tim dan sang pemimpin harus menaruh kepercayaan bahwa para anggota timnya melakukan tugas tanggung-jawab mereka. Cara terbaik untuk membangun kepercayaan para anggota timnya adalah dengan terus mempertahankan integritas. Ada komponen pengungkit merupakan komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM yang terdiri dari enam komponen pengungkit, yaitu Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen Sumber Daya Manusia, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Penguatan   Kualitas Pelayanan Publik.

 

D. Karakteristik Interigritas Seorang Pemimpin

Memimpin dengan integritas. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan adalah memimpin dengan integritas. Orang-orang sungguh ingin melihat para pemimpin mereka menjadi sumber dari nilai-nilai yang dapat dipercaya dan juga integritas. Mereka melihat kepada para pemimpin untuk jaminan dan keyakinan, untuk kejelasan, visi dan tujuan khususnya pada masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian. Seperti dikatakan oleh W. Clement Stone, “Have the courage to say no. Have the courage to face the truth. Do the right thing because it is right. These are the magic keys to living your life with integrity.” (Milikilah keberanian untuk mengatakan “tidak”. Milikilah keberanian untuk menghadapi kebenaran. Lakukanlah hal yang benar karena hal itu memang benar).

Untuk pencapaian tujuan reformasi birokrasi secara optimal, tentunya peran pemimpin dalam berbagai instansi menjadi penting dan strategis. Kepemimpinan dalam birokrasi menajdi tolak ukur keberhasilan dari reformasi birokrasi. Perubahan terhadap budaya yang ada dalam birokrasi menjadi tantangan tersendiri bagi pengambil kebijakan. Dibutuhkan kepemimpinan yang visioner dan penuh tanggung jawab terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi.

Menurut Gen Ronald R. Fogleman menemukan bahwa pemimpin yang berintegritas menunjukkan sikap tulus dan konsisten, memiliki keteguhan hati dan karakter, dan merupakan seorang yang mampu bertahan sampai akhir.[4]

1.    Ketulusan

Ketulusan adalah perilaku tanpa kepura-puraan dan kesan yang palsu. Pemimpin yang berintegritas bersikap tulus dan tindakan mereka sesuai dengan perkataannya.   

2.    Konsistensi

Satu perbuatan nyata yang mencerminkan integritas akan meninggalkan kesan, namun perilaku seorang pemimpin haruslah konsisten jika ia ingin berhasil membentuk suatu organisasi. Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang mereka ajarkan, dan menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini dibutuhan untuk terwujudnya disiplin, moral, dan pencapaian misi.

3.    Keteguhan hati

Untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus memiliki lebih dari sekadar citra diri (image) yang berintegritas, kita harus memiliki keteguhan hati.  

4.    Menjadi Seorang yang Mampu Bertahan Sampai Akhir

Pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan melaksanakan tugas sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau siapa yang akan mendapat pujian. Contoh, pidato Bung Tomo pada 10 November 1945 menjadi penyemangat arek-arek Suroboyo untuk bangkit melawan, dan tidak gentar oleh serangan 30.000 pasukan Inggris yang dilengkapi dengan senjata canggih. Dengan keyakinan yang tinggi, serta semboyan merdeka atau mati, arek-arek Suroboyo pantang menyerah dan dengan gagah berani melawan pasukan Inggris di Surabaya.

 

 

Penulis                : Tim Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Palu

 

Referensi             :

1.     https://aclc.kpk.go.id/materi/sikap-antikorupsi/infografis/pengertian-integritas [diakses pada tanggal 8/03/2021]

2.     https://money.kompas.com/read/2013/04/09/11144792/Langkah.Mengembangkan.Integritas.Pribadi. [diakses pada tanggal 8/03/2021]

3.     Hayat, Manajemen Pelayanan Publik, Rajawali Pers Divisi Buku Perguruan Tinggi, (PT. RajaGrafindo Persada Jakarta,2017), hal.144

4.     https://lead.sabda.org/lead/?title=kaitan_integritas_dan_kepemimpinan (diakses pada tanggal 8/03/2021  

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini