Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palopo > Kilas Peristiwa
KPKNL Palopo Gelar Khataman Al-Quran dan Tausyiah bersama Ustadz Taslim
Toni Agus Wijaya
Kamis, 31 Mei 2018   |   146 kali

Palopo – Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang (KPKNL) Palopo menyelenggarakan kegiatan khataman Al-Quran dan tausyiah bersama Ustadz Taslim pada Rabu, (30/5) pukul 16.30 WITA di aula KPKNL Palopo yang diikuti oleh seluruh pegawai beserta keluarga besar KPKNL Palopo dalam rangka menghidupkan nuansa bulan Romadhan 1439 H serta mempererat tali silaturahmi.

Kegiatan ini diawali khataman Al-Quran dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dipimpin oleh Dwi Hermawan yang diikuti oleh para pegawai. Acara dilanjutkan tausyiah oleh Ustadz Taslim yang menceritakan kisah sahabat Nabi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam bernama Sya’ban radhiallahu anhu yang mempunyai kebiasaan unik yaitu setiap masuk masjid selalu memilih beritikaf dipojok kanan depan masjid. Sahabat nabi tersebut mengambil posisi di pojok bukan supaya mudah senderan atau mau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.


Ustadz Taslim menyampaikan inti dari kisah tersebut yakni ketika menjelang kematiannya Sya’ban radhiallahu anhu berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. yakni: “Aduuuh kenapa tidak lebih jauh, Aduuuh kenapa tidak yang baru, Aduuuh kenapa tidak semua…”

 Rasulullah SAW pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat ke-50, Surat Qaaf ayat 22 yang artinya: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”


Apa yang dilihat oleh Sya’ban radhiallahu’anhu (atau orang yang sakratulmaut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat Qaaf ayat 22.

Dalam kisah tersebut, diceritakan pertama, dalam pandangannya yang tajam itu ia melihat semua perbuatannya ketika ia pulang-pergi dari Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu. Masih ingatkan, rombongan Nabi ketika menuju rumah Sya’ban dengan perjalanan jalan kaki sekitar 2-3 jam, tentu bukanlah jarak yang dekat meskipun dengan naik onta sekalipun. Dalam pengelihatan yang tajam itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkah nya ke Masjid dan Ia melihat surga sebagai ganjarannya. Saat melihat itu ia berucap: “Aduuuh kenapa tidak lebih jauh…” Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yang didapatkan lebih indah.


Kedua, Dalam adegan dimana semua perbuatan kita diperlihatkan. Sya’ban diperlihatkan ganjaran dan perbuatannya ketika melihat seseorang yang terbaring kedinginan, ketika dalam perjalanan menuju masjid, kemudian Ia membuka baju yang paling luar dan memberikan pakaian terluar itu kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan sholat berjamaah. Orang itu pun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan melakukan sholat berjamaah.Dalam adegan dimana semua perbuatan dan ganjaran kita diperlihatkan. Sya’ban pun kemudian melihat ganjaran berupa surga yang sebagai balasan memakaikan baju luar jeleknya kepada orang tersebut. Itulah mengapa Syaban berteriak “Aduh, kenapa tidak yang baru… ” Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban. Jika dengan baju jelek saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.


Ketiga, Selanjutnya kalimat yang ketiga. “Aduuuh kenapa tidak semua…”. Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat ia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci (untuk haji, umroh atau bekerja) sudah tentu tahu sebesar apa ukuran roti disana (Lebih besar 3 kali dari ukuran rata-rata roti Indonesia). Ketika ia baru saja hendak memulai sarapan, munculah seorang pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal tersebut, Sya’ban merasa iba.


Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun ia bagi dua. Kemudian mereka makan bersama-sama. Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban dengan surga yang indah. Itulah mengapa ia berteriak “Aduh, kenapa tidak semua…” Sya’ban kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti dan susu itu kepada pengemis tersebut, tentulah dia akan mendapat surga yang jauh lebih indah.


Dari kisah sahabat nabi tersebut, Ustadz Taslim menekankan bahwa  dalam hidup itu ada semboyan yang harus dipegang yakni berlomba-lomba di dalam berbuat kebaikan, karena kita tidak pernah tahu kebaikan mana yang akan mengantarkan kita ke depan pintu surga.

Kegiatan ini diharapkan dapat menambah keimanan dan ketaqwaan seluruh keluarga besar KPKNL Palopo untuk terus berbuat kebaikan di jalanNya..Aamiin. (Teks/Foto:Toni Wijaya/Okbri)

 

 

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini