Palopo – Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan lelang (KPKNL) Palopo menyelenggarakan kegiatan khataman
Al-Quran dan tausyiah bersama Ustadz Taslim pada Rabu, (30/5) pukul 16.30 WITA di
aula KPKNL Palopo yang diikuti oleh seluruh pegawai beserta keluarga besar
KPKNL Palopo dalam rangka menghidupkan nuansa bulan Romadhan 1439 H serta
mempererat tali silaturahmi.
Kegiatan ini diawali khataman Al-Quran dengan pembacaan ayat suci
Al-Quran dipimpin oleh Dwi Hermawan yang diikuti oleh para pegawai. Acara dilanjutkan
tausyiah oleh Ustadz Taslim yang menceritakan kisah sahabat
Nabi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam bernama Sya’ban radhiallahu
anhu yang mempunyai kebiasaan unik yaitu setiap masuk masjid selalu memilih
beritikaf dipojok kanan depan masjid. Sahabat nabi tersebut mengambil posisi di
pojok bukan supaya mudah senderan atau mau tidur, namun karena tidak mau
mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
Ustadz Taslim menyampaikan inti dari kisah tersebut yakni ketika
menjelang kematiannya Sya’ban radhiallahu anhu berteriak tiga kali
dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. yakni: “Aduuuh kenapa
tidak lebih jauh, Aduuuh kenapa tidak yang baru, Aduuuh kenapa tidak semua…”
Rasulullah SAW pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat
ke-50, Surat Qaaf ayat 22 yang artinya: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan
lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi)
matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”
Apa yang dilihat oleh Sya’ban radhiallahu’anhu (atau orang
yang sakratulmaut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain sebagaimana yang
dijelaskan dalam Surat Qaaf ayat 22.
Dalam kisah tersebut, diceritakan pertama, dalam pandangannya yang
tajam itu ia melihat semua perbuatannya ketika ia pulang-pergi dari Masjid
untuk sholat berjamaah lima waktu. Masih ingatkan, rombongan Nabi ketika menuju
rumah Sya’ban dengan perjalanan jalan kaki sekitar 2-3 jam, tentu bukanlah
jarak yang dekat meskipun dengan naik onta sekalipun. Dalam pengelihatan yang
tajam itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari
langkah-langkah nya ke Masjid dan Ia melihat surga sebagai ganjarannya. Saat
melihat itu ia berucap: “Aduuuh kenapa tidak lebih jauh…” Timbul penyesalan
dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan
lebih banyak dan surga yang didapatkan lebih indah.
Kedua, Dalam adegan dimana semua perbuatan kita
diperlihatkan. Sya’ban diperlihatkan ganjaran dan perbuatannya ketika melihat
seseorang yang terbaring kedinginan, ketika dalam perjalanan menuju masjid,
kemudian Ia membuka baju yang paling luar dan memberikan pakaian terluar itu
kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan
sholat berjamaah. Orang itu pun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan
melakukan sholat berjamaah.Dalam adegan dimana semua perbuatan dan ganjaran
kita diperlihatkan. Sya’ban pun kemudian melihat ganjaran berupa surga yang
sebagai balasan memakaikan baju luar jeleknya kepada orang tersebut. Itulah
mengapa Syaban berteriak “Aduh, kenapa tidak yang baru… ” Timbul lagi
penyesalan di benak Sya’ban. Jika dengan baju jelek saja bisa mengantarkannya
mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih
besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Ketiga, Selanjutnya kalimat yang ketiga. “Aduuuh kenapa tidak semua…”. Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat ia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci (untuk haji, umroh atau bekerja) sudah tentu tahu sebesar apa ukuran roti disana (Lebih besar 3 kali dari ukuran rata-rata roti Indonesia). Ketika ia baru saja hendak memulai sarapan, munculah seorang pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal tersebut, Sya’ban merasa iba.
Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun
ia bagi dua. Kemudian mereka makan bersama-sama. Allah Subhanahu wa ta’ala
kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban dengan surga yang
indah. Itulah mengapa ia berteriak “Aduh, kenapa tidak semua…” Sya’ban kembali
menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti dan susu itu kepada pengemis
tersebut, tentulah dia akan mendapat surga yang jauh lebih indah.
Dari
kisah sahabat nabi tersebut, Ustadz Taslim menekankan bahwa dalam
hidup itu ada semboyan yang harus dipegang yakni berlomba-lomba di dalam
berbuat kebaikan, karena kita tidak pernah tahu kebaikan mana yang akan
mengantarkan kita ke depan pintu surga.
Kegiatan
ini diharapkan dapat menambah keimanan dan ketaqwaan seluruh keluarga besar
KPKNL Palopo untuk terus berbuat kebaikan di jalanNya..Aamiin. (Teks/Foto:Toni
Wijaya/Okbri)