Ramadan kali ini terasa berbeda, terutama bagi kita yang terpisah dari keluarga. Tahun-tahun sebelumnya, menjelang akhir Ramadan, pemudik-pemudik akan sibuk memadati terminal, stasiun, bandara, maupun pelabuhan. Keluarga-keluarga akan sibuk memadati pusat perbelanjaan untuk menyiapkan pakaian terbaik yang akan digunakan ketika hari raya. Ibu-ibu akan sibuk memadati pasar untuk menyiapkan hidangan terbaik pada hari raya. Namun, yang kita rasakan saat ini adalah sebaliknya. Ramadan yang biasa kita isi dengan kegiatan buka bersama, belanja bersama, ibadah bersama, kini semua harus dilakukan tidak dalam bentuk berkelompok.
Kesibukan
pada Bulan Ramadan kali tidak sepadat bulan-bulan Ramadan sebelumnya. Banyak
sekali ibadah yang dapat kita tingkatkan dengan maksimal. Karena tidak hanya
urusan duniawi saja yang perlu disiapkan sebaik mungkin, urusan akhirat
menjelang akhir Ramadan juga perlu disiapkan yang terbaik. Mengejar malam
Lailatul Qadar namanya. Kita tidak pernah tahu kapan malam Lailatul Qadar
menghampiri kita. Yang terpenting yaitu mempersiapkan diri untuk melakukan
ibadah yang lebih baik dari biasanya.
Pertama,
memaksimalkan ibadah zahir (tampak)
yang kita lakukan. Misalnya, menambah amalan Salat Sunnah, memperbanyak
sedekah, membantu sesama, menghilangkan perasaan riya’, dengki, iri, dan ibadah
yang tampak berupa perkataan maupun perbuatan lainnya. Kedua, memaksimalkan
ibadah batin yang kita lakukan. Misalnya, menambah kecintaan kepada Allah,
mengucap syukur, melakukan ibadah dengan ikhlas, melakasanakan perintah-Nya,
menjauhi larangan-Nya, dan ibadah hati lainnya yang ditujukan kepada Allah.
Menghitung
hari menuju hari kemenangan, menyiapkan diri untuk menjadi pemenang. Imam Ibnul
jauzi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya,
kuda pacu itu saat akan mencapai garis finish,
ia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar menang dalam perlombaan. Maka jangan
sampai kuda lebih cerdas darimu.”.
(Teks/Foto: Sayyidah Ustadza: Seksi HI - KPKNL Palangkaraya)