Bandar Lampung - Selama ini kita dididik secara klasikal yang
menghasilkan hard competency dan hal
ini bisa ditransfer melalui kegiatan transfer of knowledge. Namun soft competency tidak bisa ditransfer.
Seseorang harus mengusahakan sendiri soft competency-nya. Demikian dijelaskan Kepala
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandar Lampung Didith A
Andiana. "Pimpinan hanya bisa
mengarahkan melalui coaching,” jelas Didith kepada seluruh pegawainya saat
memimpin Dialog Kinerja Organisasi (DKO) di Ruang Rapat Lantai 2 kantornya pada
Rabu, 4 April 2018. Dialog yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh
seluruh pejabat eselon IV dan jajaran pegawai KPKNL Bandar Lampung.
DKO yang diselenggarakan adalah DKO triwulan I tahun 2018. Dalam
arahannya, Didith berharap DKO bisa menjadi ajang bagi para pegawai untuk
menyampaikan ide-idenya. "Kekuatan dialog menjadi tenaga penuh untuk
kemajuan," ujarnya. "Dialog harus berdasarkan data dan fakta,"
sambungnya.
Didith mengarahkan jalannya dialog dan mengajak para pegawainya untuk
peduli terhadap mitigasi risiko. Ia menyampaikan bahwa kinerja dan risiko
adalah satu kesatuan. Setiap pekerjaan ada risikonya. Sebagai bagian dari
mitigasi risiko, setiap pekerjaan harus terdokumentasikan. "Dokumentasi
setiap pekerjaan perlu diadministrasikan dengan baik," pesannya. Ia
menekankan tentang perlunya repetisi yakni mengulang-ulang hal yang baik.
Kepala Seksi Kepatuhan Internal Helmi Marzuki, selaku Manajer Kinerja
Organisasi pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa DKO merupakan komunikasi
formal yang terstruktur dan teratur antara pimpinan dengan pejabat dan pegawai
dibawahnya untuk mendiskusikan pencapaian strategi. "Dengan DKO, kita
fokus membahas tentang kinerja dan rencana aksi organisasi," jelasnya.
Menurut penuturannya, DKO dilaksanakan setiap triwulan pada unit pemilik peta
strategi.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Subbagian Umum Budi Purwanto, selaku
Manajer Kinerja Pegawai menjelaskan tentang perbedaan antara DKO dan Dialog
Kinerja Individu (DKI). Ia menuturkan bahwa DKI merupakan komunikasi atasan
langsung dengan bawahan yang tidak memiliki peta strategi. "Pada DKI, yang
menjadi fokus diskusi adalah kinerja individu," ujarnya.
Sebelum DKO diakhiri, para peserta DKO diminta untuk mengisi formulir
feedback penyelenggaran DKO. Didith mengingatkan kepada notulis agar menyusun
risalah rapat yang berisi ringkasan jalannya dialog. "Dialog ini harus
dibuatkan notulennya," pesannya kepada notulis Mega Pradiptya. Dalam
arahannya, notulis diharapkan merangkum pokok-pokok dialog yang dilengkapi
dengan kesimpulan serta tindak lanjut.
Di akhir sesi, seluruh pegawai diminta untuk mengisi formulir feedback
dialog kinerja tersebut.
(Berita: Hakim SB Mulyono, Foto: Marinda Isella)