Kupang – Perkembangan teknologi pada
abad ke-20 ini semakin mempermudah manusia dalam melakukan berbagai macam
kegiatan, salah satunya adalah fotografi. Fotografi telah berkembang sangat pesat
dibanding beberapa dekade yang lalu. Saat ini setiap orang dapat dengan mudah
memotret hanya dengan berbekal kamera handphone pun hasil yang didapat sudah
cukup baik. Akan tetapi, bagi orang yang menjadikan fotografi sebagai hobi
tentu asal foto saja tidak cukup memuaskan. Banyak teori yang harus dipelajari
untuk bisa menghasilkan foto yang memukau orang banyak layaknya hasil foto dari
fotografer profesional dan di era milenial ini bukan hal yang aneh lagi jika
banyak anak-anak muda yang mendalami fotografi lebih dari sekedar hobi, bahkan
menjadikannya sebagai mata pencaharian. Lantas apa yang membedakan hasil foto
satu orang dengan yang lainnya? Erik Susanto dengan lantang menjawab rasa
adalah pembeda utama dalam setiap foto yang dihasilkan seseorang. Hal ini
diungkapkan pria berdarah Sunda-Bali itu dalam acara knowledge sharing tentang pengantar fotografi di Ruang Rapat Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara (KPKNL) Kupang pada Rabu (13/2) dengan tema “Enhance Your Senses”
Lebih lanjut Erik menjelaskan bahwa jenis-jenis
fotografi ada banyak macamnya, mulai dari fotografi jurnalistik dan dokumenter
yang digunakan dalam peliputan, sampai jenis fotografi paling tua dan populer
yaitu street photography. Pria yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pengelola Kekayaan Negara III di Kantor
Wilayah DJKN Bali-Nusa Tenggara ini menjelaskan bahwa seberapa pun mahalnya
kamera yang dimiliki jika tidak meng-upgrade
rasa dalam memotret maka hasilnya tetap tidak aka nada peningkatan. “Jadi harus
sering memotret, jangan malu untuk upload
ke media sosial, 10.000 foto pertama yang kita hasilkan adalah foto kita
yang paling jelek,” jelasnya. Pemenang empat kali best photo di majalah VOGUE Italia ini mengaku bidang fotografi
yang digelutinya ini cukup menghasilkan, sehingga menurut Erik tidak ada
ruginya untuk mendalami bidang ini lebih serius asalkan tidak mengganggu
pekerjaan. “Foto yang bagus adalah foto yang bisa menghasilkan juga, untuk apa
kita serius dalam satu bidang bila tidak bisa mendapat income dari itu,” tambahnya. (Hinji)