Denpasar - Direktur Jenderal Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN), Isa Rachmatarwata bersama rombongan tiba di Bali, Kamis
(12/10/2017). Kunjungan kerja ini dalam rangka meninjau secara langsung
pelaksanaan kegiatan Revaluasi BMN di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Ditengah
perjalanan dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menuju Gedung Keuangan
Negara, orang nomor satu di DJKN ini berkesempatan mampir untuk meninjau
beberapa aset sitaan KPK yang berada di Denpasar.
Salah satu aset yang
ditinjaunya adalah sebuah bangunan megah tiga lantai di Jalan Imam Bonjol milik
Kementerian Keuangan yang dulu bernama Avanee Recidence dan difungsikan sebagai
rumah kos dan saat ini digunakan sebagai mess para pegawai Kementerian Keuangan
di Denpasar.
Selanjutnya, ia
menyempatkan diri meninjau aset milik Kementeriaan Pertahanan cq. TNI yang
berada dijantung kota Denpasar tepatnya di jalan Imam Bonjol yang saat ini
sudah dioptimalkan untuk pemanfaatan berupa kerja sama pemanfaatan dengan pihak
ketiga. Aset dimaksud salah satu diantaranya adalah aset yang saat ini
dijadikan supermarket dan pertokoan elit di kota Denpasar.
Saat tiba
di Gedung Keuangan Negara Denpasar, Isa menyambangi Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara (KPKNL) Denpasar. Dan dengan senyum khasnya ia menyalami satu persatu
pegawai dan dilanjutkan dengan meninjau tiap sudut ruangan kantor di KPKNL
Denpasar seperti Ruang APT, Ruang Rekonsiliasi, serta Ruang Arsip.
Dalam tiap ruangan yang
dikunjungi, ia sempatkan untuk berinteraksi dengan para pegawai. Isa
mengapresiasi ruangan dan fasilitas yang ada di KPKNL Denpasar yang sudah cukup
nyaman dan memadai. “Di sini sudah cukup lega dan nyaman nih ruangannya," ujar
Isa.
Selesai menyisir tiap
ruangan pada KPKNL Denpasar, Isa melanjutkan meninjau Kantor Wilayah DJKN yang
berada tepat disamping gedung KPKNL. Tidak berbeda dengan saat di KPKNL, satu
persatu pegawai pun disalaminya sambil meninjau setiap ruangan kantor.
Padatnya kegiatan tidak
menyurutkan langkahnya untuk memberikan arahan kepada para pegawai yang hadir. Kepala
Kanwil DJKN Balinusra, Ngakan Putu Tagel dalam sambutannya menyampaikan rasa
terima kasihnya atas kunjungan dan pengarahan yang diberikan oleh Dirjen Kekayaan
Negara DJKN.
Dalam arahannya, Isa
menyampaikan bahwa salah satu tujuan utama dari kunjungannya kali ini adalah
monitoring dan evaluasi (monev) terhadap perkembangan pelaksanaan Revaluasi BMN
terutama di KPKNL Denpasar yang kelihatannya masih relatif sangat rendah
persentase penyelesaiannya. “Pak Syamsudin sempat bikin saya deg-degan”, canda Isa.
Isa menekankan
pentingnya perencanaan dan strategi dalam Revaluasi BMN agar tercapai hasil
yang lebih efektif. Kepala KPKNL Denpasar Syamsudin, dalam laporannya menyampaikan adanya
kendala yang dihadapi sehingga persentase capaiannya masih rendah. Diantaranya
adalah jumlah BMN di KPKNL Denpasar yang terbanyak yakni sekitar 32 ribu BMN, permasalahan ticketing yang
belum bisa dilakukan karena kondisi di lapangan, masalah satker yang belum tahu
cara mengisi form revaluasi BMN dan lain sebagainya.
Namun secara umum,
penilaian yang sudah berjalan selama sekitar tiga minggu terakhir yang
dilaksanakan oleh 16 Tim Revaluasi (termasuk perbantuan dari Tim Kanwil)
berjalan lancar dan tidak ada hambatan yang berarti. Hampir setiap selesai
penugasan, laporan penilaian sudah selesai dikerjakan.
Kembangkan Paradigma
Aset Manager
Disamping mengenai
Revaluasi BMN, Dirjen Kekayaan Negara yang merupakan lulusan Amerika Serikat
ini, juga menyampaikan pentingnya perubahan paradigma berpikir bagi seluruh
pegawai DJKN yaitu paradigma dari Aset Administrator menjadi Asset
Manager. “Kita bukan hanya sekedar administrator, namun sebagai manajer
yakni kita harus memikirkan bagaimana aset negara ini dapat memberikan manfaat
yang setinggi-tingginya kepada Negara”, tegas Isa. Contoh yang digambarkan Isa
adalah aset rampasan KPK yang barusan dikunjungi. “Mungkin dengan disewakan
akan lebih memberikan manfaat yang lebih banyak kepada Negara ketimbang
menjualnya”, lanjut Isa. Sebuah contoh kecil tentang pola pikir “asset
manager” yang sederhana. Contoh yang lebih complicated untuk
menjadi asset manager adalah dengan
berpikir secara radikal, misalnya BMN yang ada di Jalan Thamrin Jakarta, cara
berpikir radikalnya adalah memindahkan BMN tersebut ke tempat yang lain dan
menjadikan lokasi strategis tersebut bangunan berlantai tiga puluh misalnya serta
menyewakannya agar menghasilkan revenue yang optimal untuk
Negara.
Inilah yang disebut
dengan “pemikiran yang radikal” karena jika hanya mempertahankan kantor
pemerintahan disana, kita hanya akan dapat “manfaat penggunaan” saja, namun
dengan cara berpikir yang radikal, maka kita akan memperoleh manfaat penggunaan
dan revenue. (naskah: wayan dipayana, Foto: Wiji dan Dipa)