Mataram
– Selasa (29/10) “Dengan seminar ini masyarakat diharapkan lebih mengenal
Kementerian Keuangan.”, sambutan Kepala Kanwil Perbendaharaan Provinsi NTB, Syarwan,
dalam acara Seminar Keuangan yang diadakan di Hotel Aruna Senggigi. Seminar
dihadiri oleh pejabat eselon Kementerian Keuangan dan pejabat di wilayah Nusa
Tenggara Barat. Seminar Keuangan digelar dalam rangka memperingati Hari Oeang
ke-73.
Sebelum
seminar dimulai, dilakukan penyerahan penghargaan kepada 11 Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah di Provinsi NTB yang berhasil memperoleh opini WTP untuk LKPD
dari BPK. Sembilan diantaranya mampu mempertahankan opini WTP. Mereka yang
berhasil adalah Pemerintah Provinsi NTB, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara,
Kabupaten Lombok Barat, Kapubaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah,
Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Bima, Kabupaten Bima,
Kabupaten Dompu.
Seminar
Keuangan dengan tema “Maju bersama Menghadapi Tantangan” dimoderatori oleh
Agung Sumaryawan, Kepala KPP Pratama Praya. Pemaparan pertama disampaikan oleh
Kepala BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) Nusa Tenggara Barat,
Zainul Islam. “Gempa di tahun 2018 merupakan tantangan pemerintah NTB. Kita
tidak bisa tinggal diam. Birokrasi harus bersih agar dana tepat sasaran”,
ungkap Zainul. Dipaparkan Zainul bahwa pengelolaan anggaran memang ada kendala
karena ada belanja yang melebihi sumber dana sehingga ter-pending di tahun 2019. Anggaran pendapatan selalu dibuat lebih
sedikit daripada belanja negara, sehingga terjadi defisit. Hal ini dilakukan
agar tidak ada dana yang mengendap. Pemerintah NTB selalu berupaya agar laporan
yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan. Tingkat kemandirian tiap daerah
masih rendah sehingga masing – masing akan kita genjot pendapatannya. Terutama
untuk PBB. Nilai aset tanah seharusnya meningkat setiap tahun karena tanah
memiliki nilai ekonomis. Akan dilakukan penilaian kembali terhadap aset tanah
di wilayah Nusa Tenggara Barat agar PAD meningkat.
Kepala
Kanwil DJPb Nusa Tenggara Barat, Syarwan, memaparkan materi mengenai Kinerja
Fiskal Regional tahun 2019 dan Outlook APBN 2020 di Wilayah Provinsi NTB.
“Anggaran Belanja Negara tahun 2019 sebesar 2.461,1 T. Untuk wilayah NTB
anggaran belanja K/L sebesar 8,96 T dan anggaran TKDD sebesar 16,46 T.” ungkap
Syarwan. Hingga Oktober 2019, realisasi belanja pegawai telah terserap 76,56%,
belanja barang terserap 65,10%, dan belanja modal 40,65%. Realisasi penyaluran
DAK Fisik 1,48 T dari Pagu yang ditetapkan sebesar 2,57 T. APBN menyediakan
dana penanggulangan kemiskinan. Selain itu, pemerintah pusat juga mempunyai program
KUR (Kredit Usaha Rakyat), Umi (Pembiayaan Ultra Mikro), dan Penerusan
Pinjaman. Syarwan berharap ada kolaborasi APBN dan APBD sehingga program
tersebut bisa tercapai. Kantor KPPN ada di empat wilayah. KPPN Mataram, KPPN
Selong, KPPN Sumbawa, dan KPPN Bima. Syarwan menyampaikan, “Strategi yang
dilakukan pemerintah di tahun 2020 adalah mobilisasi pendapatan negara melalui
investasi, belanja negara berkualitas, pembiayaan kreatif, serta mitigasi
resiko”.
Pemaparan
selanjutnya mengenai Kinerja Penerimaan 2019 di NTB oleh Kepala Kanwil DJP Nusa
Tenggara, Tri Bowo. “Hingga 2019, Wajib Pajak terdaftar di NTB 538.865 dan
Wajib Pajak terdaftar di NTT 473.502. Insentif fiskal difokuskan pada kawasan
ekonomi khusus, kawasan industri, free trade zone, dan tempat penimbunan
berikat.”, terang Bowo. Realisasi penerimaan tahun 2019 sebesar 3.654 T
mengalami pertumbuhan 7,30%. Sektor pajak yang mendominasi wilayah Nusa
Tenggara adalah sektor pemerintahan, perdagangan, konstruksi, keuangan,
asuransi, dan pertambangan. Bowo mengucapkan terima kasih kepada wajib pajak
yang telah memenuhi kewajibannya. Tanpa sinergi yang baik, target penerimaan
tidak akan tercapai. “Bagi wajib pajak yang tidak patuh terpaksa kita lakukan
Gijzeling (penyanderaan) dan pidana. Dari gijzeling
WP bersedia membayar 13,8 M.” tegas Bowo.
Kepala
KPPBC Mataram, M.Budi Iswantoro menyampaikan materi mengenai bea cukai. “Target
bea masuk 5,5 M terealisasi 7,6 M atau sebesar 139%. Target cukai 10 M
terealisasi 11 M atau sebesar 108%. Penerimaan cukai bisa ditingkatkan jika
pemerintah NTB membangun pabrik rokok karena NTB memiliki potensi tinggi
sebagai penghasil tembakau.”, ungkap Iswantoro. Di NTB, tiga perusahaan
penyumbang bea masuk terbesar adalah PT PLN Persero, PT Sahabat Tunas Muda, dan
Sutra Biru Lines. Sedangkan komoditas ekspor mayoritas dari hasil alam. Bea
Cukai melalui KPPBC Mataram memberikan fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan
Ekspor). Fasilitas tersebut berupa pembebasan bea masuk dan PPN Impor bahan
baku yang hasil produksinya akan diekspor.
Pemaparan
terakhir disampaikan oleh Nyoman Heryawan Triana Putra, Kepala KPKNL Bima.
Mengambil tema “Kontribusi DJKN dalam ABPN 2020”, Nyoman memaparkan bahwa DJKN
berperan dalam penerimaan negara melalui PNBP. Pengelolaan aset, investasi,
dana treasury, lelang, dan pengurusan
piutang negara tahun 2019 ditargetkan 7,78 T dan sampai semester I sudah
tercapai 56%. “DJKN berperan dalam melakukan analisis terkait usulan investasi
yang akan dilakukan pemerintah. DJKN melakukan pengkajian, evaluasi, dan memastikan
bahwa anggaran yang dialokasikan dapat memberikan return optimum.”, terang
Nyoman.
Seminar berlangsung komunikatif. Peserta aktif
bertanya kepada para panelis. Diharapkan dengan seminar keuangan dapat
memberikan gambaran mengenai tupoksi Kementerian Keuangan di berbagai bidang.
Seminar ditutup dengan foto bersama para panelis dan para pejabat.