Pantai
Sorendiweri merupakan salah satu pantai di Kabupaten Supiori yang berusaha
dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Supiori sebagai tempat wisata
yang diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik dan sumber yang dapat
membantu perkembangan ekonomi di Kabupaten Supiori. Namun saat ini banyak
fasilitas yang sudah usang, sehingga perlu dilakukan pengembangan atau
perbaikan terhadap fasilitas di pantai tersebut agar dapat lebih menarik
pengunjung.
Pantai
Sorendiweri terletak di selat kecil yang memisahkan 2 pulau besar yaitu
Kabupaten Supiori dan Kabupaten Biak Numfor, sehingga pantai tersebut memiliki
2 sisi yaitu sisi utara yang berhadapan langsung dengan samudra pasifik dan
sisi timur yang berhadapan langsung dengan selat diantara 2 pulau besar
tersebut, sehingga memiliki keunikan tersendiri dibanding pantai-pantai lainnya
karena terdapat dua alternatif wisata.
Selain
datang untuk berwisata atau berenang, beberapa pengunjung juga datang untuk
memancing di selat pantai sorendiweri. Di pantai tersebut tersedia
cottage-cottage yang disewakan, namun sayangnya sudah tidak terawat dan
memerlukan renovasi. Jumlah pengunjung Pantai Sorendiweri satu tahun terakhir
sebanyak 1.920 orang. Akses menuju ke Kabupaten Supiori harus melalui jalan
darat selama 2 jam dari Kabupaten Biak Numfor yang menjadi pusat distribusi
barang atau lokasi bandara berada.
Sebagai
salah satu aset publik yang dikunjungi masyarakat, dalam
pengembangan/optimalisasi lebih lanjut di masa mendatang, maka peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan hal yang penting. Estimasi nilai ekonomi
dapat mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke
Pantai Sorendiweri sehingga berguna bagi optimalisasi pengelolaan aset dan
pengembangan fasilitas selanjutnya.
Pemerintah
Daerah Kabupaten Supiori telah membangun sejumlah sarana dan fasilitas untuk
meningkatkan jumlah pengunjung tiap tahunnya. Namun demikian, fasilitas
tersebut telah lama dan perlu adanya perbaikan maupun pengembangan untuk
fasilitas-fasilitas baru, sedangkan pengelolaan dari sisi anggaran maupun
pemanfaatan potensi Pantai Sorendiweri relatif belum optimal. Sampai saat ini,
Pemerintah Kabupaten Supiori belum mengetahui berapa besar nilai ekonomi
dari Pantai Sorendiweri. Oleh karena itu, dalam perencanaan pengembangan Pantai
Sorendiweri salah satu faktor yang dapat menjadi pertimbangan adalah estimasi
nilai ekonomi Pantai Sorendiweri.
Menurut Fauzi (2010, 209)
secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum
seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa
lainnya. Konsep nilai ekonomi ini disebut keinginan membayar (willingness to
pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam
dan lingkungan. Nilai ekonomi diperoleh dari persepsi seseorang tentang harga
yang diberikan oleh seseorang terhadap objek wisata. Ukuran harga tersebut
ditentukan oleh waktu, barang atau uang yang dikorbankan seseorang untuk
memiliki atau menggunakan barang dan jasa yang digunakan (Djijono 2002, 2).
Nilai adalah suatu opini
dari manfaat ekonomi atas kepemilikan aset, atau harga yang paling mungkin
dibayarkan untuk suatu aset dalam pertukaran, sehingga nilai bukan merupakan
fakta. Aset diartikan juga sebagai barang dan jasa. Nilai dalam pertukaran
adalah suatu harga hipotetis, dimana hipotetis dari nilai diestimasi dan
ditentukan oleh tujuan penilaian pada waktu tertentu. Nilai bagi pemilik adalah
suatu estimasi dari manfaat yang akan diperoleh pihak tertentu atas suatu
kepemilikan atau dikenal juga sebagai Nilai dalam Penggunaan (SPI 2018:KPUP
4.4).
Penggunaan Travel cost method (TCM) menganalisis
valuasi ekonomi Objek Wisata Pantai Sorendiweri untuk mengetahui permintaan dan
minat terhadap rekreasi di alam terbuka. Penerapan metode ini mengkaji biaya
yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi (Fauzi 2010,
213). Untuk dapat menerapkan TCM dan hasil penelitian yang diperoleh tidak
bias, maka fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar sebagai berikut
(Fauzi 2010, 216).
1. Biaya perjalanan dan biaya waktu
digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.
2. Waktu perjalanan bersifat netral,
artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas.
3. Perjalanan merupakan perjalanan
tunggal (bukan multitrip).
Secara
prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi
tempat-tempat rekreasi. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan
TCM adalah bahwa utilitas dari
setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Oleh karena itu,
fungsi permintaan kegiatan rekreasi tersebut tidak dipengaruhi oleh permintaan
kegiatan lainnya seperti menonton, berbelanja, dan lain-lain (Gravitiani 2010,
33).
Konsep
TCM adalah metode yang digunakan berdasarkan komplementeri antara barang wisata dan barang yang digunakan untuk
bepergian sampai ke daerah tujuan wisata. Pada penentuan fungsi permintaan
untuk kunjungan ke tempat wisata, pendekatan TCM menggunakan teknik ekonometrik
seperti regresi sederhana. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke
tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan
berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki
kemiringan negatif.
Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu barang atau jasa dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen muncul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun. Sebab munculnya surplus konsumen yaitu karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama (Djijono 2002, 4). Formula perhitungan surplus konsumen menurut Haab dan Mc Connell (2002 dalam Fauzi 2010, 216):
WTP CS = V2/-2 β1
di mana
Consumer Surplus (CS) merupakan surplus yang dirasakan konsumen, V adalah
jumlah kunjungan rata-rata individu, dan ß1 adalah koefisien biaya perjalanan.
Persamaan ini menunjukkan rata-rata surplus konsumen. Selanjutnya untuk
memperoleh nilai ekonomi suatu objek wisata dengan menggunakan TCM, dapat
diestimasi dengan mengalikan total surplus konsumen dengan estimasi jumlah
populasi pengunjung selama periode tertentu, yaitu:
TCS = CS
x N
di mana TCS adalah Total Consumer Surplus, CS
adalah Consumer Surplus dan N adalah jumlah pengunjung rata-rata dalam 12 bulan
terakhir.
Melalui
pengunaan Travel cost method (TCM), sesuai
hasil analisis data dan informasi yang dikumpulkan pada tanggal 21 November
2020 s.d. 05 Desember 2020, maka diperoleh hasil bahwa nilai ekonomi rata-rata
objek wisata Pantai Sorendiweri untuk periode 1 tahun terakhir (bulan Desember
2019 s.d. Desember 2020) sebesar Rp1.115.422.080,00 per tahun dan berada pada
interval Rp454.318.080,00 s.d. Rp2.068.533.120,00 per tahun.
Nilai ekonomi
tersebut berdasarkan pengolahan dari sumber data yang digunakan dalam kajian
ini berupa data primer yang diperoleh dari hasil survei lapangan dengan
melakukan wawancara kepada pengelola dan pengunjung objek wisata Pantai
Sorendiweri. Selain itu menggunakan juga data sekunder yang diambil dari
publikasi-publikasi resmi yang ada seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan sebagainya.
Dari sumber data tersebut maka ditentukanlah variabel-variabel yang berpengaruh
dan berdampak pada jumlah kunjungan di Pantai Sorendiweri. Adapun pengaruh dari
variable-variabel adalah sebagai
berikut:
a)
Umur
berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin tua
suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin
menurun.
b) Sekolah
berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin tinggi
pendidikan suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan
semakin menurun.
c) Income berpengaruh positif terhadap jumlah
kunjungan, dapat diartikan semakin tinggi pendapatan suatu individu, maka
jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin meningkat.
d) Travel
Cost (TC) berpengaruh
negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin besar biaya
perjalanan menuju ke Pantai Sorendiweri yang dikeluarkan suatu individu, maka
jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin menurun.
e)
Jarak
rumah individu ke Pantai Sorendiweri berpengaruh negatif terhadap jumlah
kunjungan, dapat diartikan semakin jauh rumah suatu individu dari Pantai
Sorendiweri, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin
menurun.
f)
Kemudahan
yang mewakili faktor Akses, Fasilitas, dan Keamanan berpengaruh positif
terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin bagus akses, fasilitas, dan
keamanan yang dirasakan suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai
Sorendiweri akan semakin meningkat.
Lebih
jauh rekomendasi kajian ini, bahwa Pemerintah Kabupaten Supiori dapat
menggunakannya sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan dalam pengembangan
wisata Pantai Sorendiweri. Baik itu kebijakan terkait kegiatan investasi atau
penganggaran terkait pengembangan dan renovasi fasilitas Pantai Sorendiweri. Beberapa
kebijakan yang dapat diimplementasikan antara lain :
a. Agar
dapat meningkatkan kunjungan terhadap Pantai Sorendiweri, dapat dipertimbangkan
faktor-faktor yang terdapat dalam persamaan model, seperti memperbaiki akses
masuk ke Kabupaten Supiori, dengan akses yang baik akan mengurangi travel
cost serta memberikan kenyaman dalam perjalanan menuju Kabupaten Supiori,
sehingga akan meningkatkan jumlah pengunjung dan Willingness to Pay dari pengunjung.
b.
Alternatif
lain adalah mengembangkan sektor pelabuhan untuk memudahkan distribusi barang
dan akses pengunjung ke Kabupaten Supiori.
Penulis : Tomy Jonatan (Kepala Seksi
Penilaian KPKNL Biak)
Mewakili Keluarga Besar KPKNL Biak
Referensi
:
BPS. 2020. Kabupaten
Supiori Dalam Angka, https://supiorikab.bps.go.id
Djijono. 2002. Valuasi
Ekonomi Menggunakan Metode Travel Costs Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul
Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Disertasi. Program
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Diakses pada 18 Agustus 2017. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/05123/dijiono.pdf.
Fauzi, Akhmad. 2010.
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gravitiani, Evi. 2010.
“Aplikasi Individual Travel Cost Method di Area Publik”. Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan. Vol. 11, No 1:30-37.
Masyarakat Profesi Penilai
Indonesia. Kode Etik Penilai Indonesia dan Standar Penilaian Indonesia Edisi
VII - 2018. Jakarta Selatan: Masyarakat Profesi Penilai Indonesia, 2018.