Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Bekasi > Artikel
Ramadan WBK/WBBM
Asnul
Rabu, 16 Mei 2018   |   239 kali


WBK atau Wilayah Bebas dari Korupsi adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja pada ZI (Zona Integritas) yang memenuhi syarat indikator mutlak dan memperoleh hasil penilaian indikator operasional.

Pembentukan Wilayah Bebas Korupsi adalah program dan wilayah (unit kerja) yang diusulkan serta ditetapkan oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan sebagai program dan wilayah yang bebas dari tindakan korupsi.

Korupsi adalah suatu tindakan dari seseorang atau pejabat publik baik itu politisi ataupun pegawai negeri berikut pihak lainnya yang terlibat dalam tindakan yang tidak wajar dan tidak benar atau dapat disebut ilegal dalam menyalahgunakan kepercayaan atau wewenang yang telah dikuasakan kepada seseorang ataupun beberapa orang guna memperoleh suatu keuntungan sepihak saja, intinya korupsi adalah suatu tindakan mengambil atau memperoleh sesuatu yang dilarang oleh peraturan.

Dengan kata lain korupsi dapat dikatagorikan sebagai suatu tindakan yang melanggar peraturan yang mana hal tersebut adalah sebuah perbuatan tercela.

Lalu apa Kaitan WBK dengan Ramadhan ?

Ramadhan memiliki banyak makna dan arti, salah satu arti Ramadhan adalah mengasah. Mengasah jiwa, ketajaman pikiran dan kejernihan hati sehingga dapat membakar sifat-sifat tercela dan dosa-dosa pada diri seseorang. Ramadhan juga dimaknai dengan bulan tarbiyah atau pembinaan, bulan penuh kesabaran dan bulan ujian.

Dengan berpuasa di bulan Ramadhan seseorang akan memiliki jiwa sosial, empati pada orang lain terutama kalangan yang tidak mampu, menjadi lebih disiplin,  menjadi lebih tulus dan ikhlas.

Berpuasa yang merupakan salah satu Rukun Islam adalah merupakan panggilan wajib terhadap orang-orang yang beriman.  Sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.”(QS. Al Baqarah 183).

Puasa tidak memanggil orang-orang islam, tetapi orang-orang yang beriman, mengapa? Karena hanya orang yang beriman yang mampu memaknai puasa dengan keimanannya, yang mampu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah, serta orang yang beriman yang senantiasa berusaha untuk meningkatkan ketaqwaannya.

Inti perintah untuk menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam adalah pengendalian diri atau self control, yang merupakan salah satu komponen utama bagi upaya perwujutan kehidupan jiwa yang sehat.

Dalam perspektif ilmu psikologi dan kesehatan mental, kemampuan mengendalikan diri adalah merupakan indikasi utama sehat tidaknya kehidupan rohaniah seseorang.

Orang yang menjalankan ibadah puasa biasanya akan lebih rajin menjalankan berbagai macam ibadah, baik itu yang wajib maupun yang sunah, akan rajin ke masjid, membaca al quran, membantu sesama, dan selalu berpikir positif serta berbaik sangka kepada Allah, karena dengan keyakinan bahwa setiap perbuatan baik akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Di Bulan Ramadhan juga merupakan kesempatan emas untuk meraih keuntungan berupa rahmat Allah, pengampunan dosa dan dikabulkannya doa-doa, oleh karena itu setiap individu yang beriman akan berlomba-lomba dalam kebaikan dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang.

 “Puasa itu bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan minum. Akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (Hadist Riwayat Buhari).

Jika berpedoman kepada hadist di atas sudah dapat dipastikan bahwa dengan berpuasa seseorang senantiasa akan selalu mengendalikan dirinya dan berusaha untuk menjauhi hal-hal yang sia-sia serta perbuatan keji, dan senantiasa meningkatkan self controlnya dengan memperhitungkan segala tindakannya, karena setiap perbuatan baik sekecil apapun akan dibalas dengan pahala yang lebih besar dibandingkan dengan diluar bulan Ramadhan.

Jika hal kecil yang bersifat sia-sia saja dijauhi, apalagi korupsi yang merupakan pelanggaran besar yang keji.

Itulah kenapa bulan Ramadhan merupakan Wilayah atau saat bebas korupsi dan terwujudnya pelayanan prima serta peningkatan kinerja yang maksimal, karena melaksanakan pekerjaan di rumah maupun di kantor juga merupakan ibadah yang juga akan mendapat balasan pahala.

Seyogyanya pada bulan Ramadhan tidak terjadi perbuatan korupsi ataupun perbuatan tercela lainnya, karena sangat disayangkan bulan suci dikotori dengan perbuatan dosa.

Perilaku-perilaku positif yang dilaksanakan oleh orang yang berpuasa biasanya akan membias pada lingkungannya atau pada orang-orang di sekitarnya.

 

Selamat memasuki bulan suci Ramadhan 1439 H

 

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini