Banda
Aceh – Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Banda Aceh
memimpin kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilangsungkan di ruang rapat KPKNL Banda Aceh, pada Senin (21/06).
Kegiatan yang dilaksanakan tanpa melewatkan prokes covid-19 itu diikuti oleh para pejabat dan para pelaksana pada
lingkup KPKNL Banda Aceh. Tema yang diusung pada FGD yang dilaksanakan pada
triwulan II 2021 itu ialah “IT Security
Awareness & Joint Program Kemenkeu”.
Giat
itu merupakan tindak lanjut realisasi atas arahan Menteri Keuangan RI yang
telah ditetapkan dalam Surat Edaran Nomor SE-3/MK.1/2021 tentang Pelaksanaan
FGD Pejabat Administrator di Lingkungan Kementerian Keuangan. Subbagian Umum
dan Seksi Kepatuhan Internal kali ini bertindak sebagai uic (unit in charge) yang
mendukung penyelenggaraan kegiatan FGD itu. Pada materi pokok pertama, Muhammad
Indra Kesuma (Kepala Kantor) mengulas terkait perlindungan data dan informasi
organisasi dari penyingkapan oleh pihak-pihak yang tidak berhak, gangguan
keamanan informasi, contoh klasifikasi aset informasi, dan bentuk-bentuk
ancaman keamanan informasi. Pria yang akrab disapa ‘pak Mike’ itu pun berpesan
kepada para peserta FGD untuk meningkatkan kesadaran keamanan informasi dengan
meningkatkan literasi digital (berhubungan
dengan data-data yang disajikan dalam numerik) termasuk etika dalam menggunakan
internet. Pemahaman terhadap peraturan dan kebijakan keamanan informasi serta
mengikuti diklat keamanan informasi, menggunakan alat maupun sarana teknologi
informasi dan jaringan secara aman juga diperlukan dan sangat penting, tambah
Mike.
Materi
pokok berikutnya meliputi pemaparan terkait peran sinergi Direktorat Jenderal
Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta Direktorat Jenderal Anggaran.
Sinergi yang dimaksud yaitu dalam rangka mengoptimalkan penerimaan Negara dalam
APBN dan penyelenggaraan sistem elektronik terintegrasi di bidang penerimaan Negara,
yang berimplikasi positif terhadap dua indikator penilaian EODB (ease of doing business). EODB sendiri
merupakan suatu survei yang dibuat oleh World
Bank untuk mengurutkan peringkat Negara-negara berdasarkan tingkat
kemudahan berbisnis. Materi disambung pada penjelasan perbaikan layanan yang
meliputi sinergi proses bisnis, data dan informasi, pendalaman tindak lanjut joint analytics untuk mendongkrak penerimaan
Negara. Mike juga menyampaikan materi decision
based on data analytics, yang merupakan layanan pengolahan dan/atau
eksplorasi data untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan.
Bermula dari suatu data, yang diolah menjadi suatu pengetahuan agar bermanfaat
maksimal untuk decision making (red-pembuatan
keputusan). Lebih lanjut, Mike jelaskan bahwa melalui pengetahuan yang diolah
dari data itu dapat dilakukan estimasi dan prediksi apa yang terjadi di masa
mendatang, serta dapat dijadikan analisis tentang gejala atau hambatan yang
dihadapi suatu organisasi. Mike mengakhiri presentasinya dengan menyampaikan
program Kemenkeu Satu yang merupakan program bersama yang diinisiasi dan
diimplementasi bersama untuk kepentingan Kemenkeu RI. Agar program Kemenkeu
Satu dapat terwujud dan berdampak positif bagi Kemenkeu, maka diperlukan peran
Pejabat Administrator yang berperan sebagai teladan, memberikan kesempatan
terbuka terhadap aspirasi pegawai, dan pelaksanaan monev (monitoring dan evaluasi) terhadap pelaksanaan program Kemenkeu
Satu.
Melalui
gelaran FGD itu, ekspektasinya ialah agar para peserta dapat meningkatkan kesadaran
dan menguatkan etika dalam menggunakan alat/sarana teknologi informasi dengan
memperhatikan kebijakan dan peraturan terkait yang berlaku dengan memahami
beragam ancaman digital, serta agar
dapat menambah ilmu pengetahuan terkait joint
program yang dapat menentukan hajat organisasi sekaliber Kemenkeu RI serta
turut andil dalam upaya peningkatan penerimaan Negara.
(narasi-foto:hi/kpknlbna)