Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Persempit Celah Penyebab Tantangan Alam Global dengan Visi Ekonomi Sirkular dalam Industri Fesyen
Ayutia Nurita Sari
Kamis, 28 April 2022   |   698 kali

Bersama menciptakan peluang pertumbuhan dan pembangunan yang lebih baik dalam menangani akar penyebab tantangan global dalam perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keragaman hayati merupakan tantangan tersendiri dalam periode ini. Hal ini memiliki beberapa prinsip yaitu dengan menghilangkan limbah dan polusi, menjaga produk dan bahan tetap digunakan (recycle system), dan meregenerasi sistem alam.

Industri fesyen mungkin bukan yang pertama muncul dibenak kita sebagai industri yang mampu memberikan dampak besar bagi tantangan lingkungan global. Berdasarkan Environmental Programme dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan bahwa industri tekstil modern menyumbang 10 persen  dari output karbondioksida global, termasuk dengan gabungan penggunaan petrokimia dalam penerbangan dan pengiriman internasional terhadap produk dari industri fesyen dan sangat bergantung pada produk petrokimia yang berasal dari berbagai perusahaan minyak dan gas yang mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca.

Semakin cepatnya perubahan gaya fesyen global, hal ini menyebabkan lebih banyak pakaian yang diproduksi dari sebelumnya. Setiap tahun, industri ini menyumbang seperlima dari 300 juta ton plastik yang diproduksi secara global. Salah satu bahan sintesis yang menyumbang limbah adalah poliester. Berdasarkan Dewan Perancang Mode Amerika (The Council of Fashion Designers of America, Inc.), poliester adalah sejenis plastik dari serat sintesis yang berasal dari minyak bumi. Pada tahun 2015, jumlah poliester yang diproduksi untuk pakaian mengeluarkan 282 miliar karbondioksida. Fasilitas yang memproduksi poliester tanpa mengolah air limbah memiliki kemungkinan besar untuk merusak lingkungan melalui pelepasan logam berat, bahan kimia beracun, dan pencemaran plastik dalam bentuk mikroplastik pada air tanah, lautan, dan sumber air lainnya.

Hasil produksi dari poliester ini hanya sebagian kecil yang dapat didaur ulang. Sebesar 87 persen dari total input serat sintesis yang digunakan untuk produksi pakaian akhirnya dibakar dan dikirim ke tempat pembuangan akhir. Akibat yang dirasakan oleh industri fesyen mendapatkan kecaman atas praktik menghancurkan produk pakaian yang tidak laku terjual dan mengirim tumpukan pakaian ke tempat pembuangan sampah dengan tanpa memikirkan kondisi lingkungan global.

Kecaman yang diberikan pada industri ini mendorong untuk memproduksi produk fesyen yang dapat menciptakan visi ekonomi sirkular dalam dunia mode. Sistem ini menciptakan produk dan layanan yang lebih baik bagi pelanggan, berkontribusi pada industri fesyen yang tanguh dan berkembang, serta meregenerasi lingkungan. Visi ekonomi sirkular untuk dunia fesyen menciptakan peluang baru terhadap pertumbuhan yang terdistribusi, beragam, dan inklusif.

Visi ekonomi sirkular ini telah dikemukakan oleh Ellen Macarthur Foundation yang terbagi menjadi beberapa cara, yaitu:

1. Penggunaan Kembali atau Berulang-Ulang

Dalam visi ekonomi sirkular memperhatikan penggunaan produk dan material bahan utama akan terus digunakan sampai batas maksimal penggunaannya. Sehingga daya tahan Kemampuan produk fisik untuk tetap berfungsi dan relevan dari waktu ke waktu ketika menghadapi tantangan operasional penggunaan secara normal akan menjadi pertimbangan besar dalam visi ini dengan beberapa catatan sebagai berikut:

a. Definisi ini berlaku untuk produk dengan berbagai kegunaan dan tipe pengguna, serta mengakui bahwa perbaikan, pemeliharaan, dan layanan lainnya sebagai sarana untuk meningkatkan daya tahan penggunaan produk secara keseluruhan.

2. Daya tahan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua aspek yang sama pentingnya:

     - Daya tahan fisik: mempertimbangkan konstruksi garmen dan penguatan komponen untuk menciptakan produk yang dapat menahan kerusakan dan keausan.

     - Daya tahan emosional: mempertimbangkan kemampuan produk untuk bertahan relevan & memenuhi hasrat yang diinginkan oleh sebagian besar pengguna.

     - Produk harus dirancang dan diproduksi agar tahan lama, artinya mereka tahan lama secara fisik dan emosional.

Dalam memperbaiki kecaman yang telah diberikan oleh masyarakat, maka diadakannya operasi dimana produk atau komponen digunakan untuk tujuan aslinya secara berulang kali dalam jangka waktu yang lama tanpa dimodifikasi, dibuat ulang, atau didaur ulang secara signifikan. Produk mungkin perlu 'disiapkan untuk digunakan kembali' dalam model bisnis penggunaan kembali atau berulang-ulang, hal ini berarti desain, pengembangan, dan manufaktur memastikan produk tersebut dapat digunakan kembali sebanyak mungkin, misalnya dengan mengidentifikasi komponen yang mudah hancur terlebih dahulu, kemudian meningkatkan daya tahannya atau kemampuan perbaikannya serta menawarkan dukungan kepada pengguna untuk merawat produk. Jika digunakan, model ini akan secara efektif meningkatkan jumlah rata-rata penggunaan setiap pakaian.

2. Digunakan Kembali, Dibuat Ulang, atau Didaur Ulang.

Dalam industri fesyen, proses perancangan produk sampai dengan selesai produksi terhadap produk dan bahan material diharapkan dapat digunakan kembali, dibuat atau didaur ulang, dan dikomposkan dengan aman terhadap bahan material dan produk yang sudah habis masa pakai (limbah). Industri ini dalam bisnisnya berkontribusi untuk mendukung kegiatan manufaktur yang sepadan dengan apa yang mereka hasilkan pada pasar dengan memastikan apakah realita praktik bisnis yang dijalankan untuk produk mereka dapat digunakan kembali, dibuat ulang, atau didaur ulang. Sehingga berikut beberapa praktik yang akan dilaksanakan pada poin kedua ini:

a. Pengomposan Produk dan Bahan Material yang Telah Habis Masa Pakai

Pengomposan adalah proses suatu bahan terurai melalui aksi mikro-organisme alami dalam jangka waktu tertentu. Proses biologis yang terjadi ini menghasilkan karbondioksida, air, senyawa anorganik, dan biomasa yang tidak meninggalkan kontaminan yang terlibat atau residu beracun. 

Bersumber dari website Create and Sustain, 2021 dinyatakan bahwa industri tekstil merupakan industri terbesar ketiga yang berpolusi di dunia. Sehingga ketika suatu produk dan bahan material pada industri ini sudah habis masa pakainya, maka perlu adanya salah satu proses pengomposan untuk limbah tersebut.

Industri tekstil menggunakan sumber daya, energi, dan intensitas tenaga kerja tekstil yang tinggi dalam memproduksi, hal ini menyiratkan bahwa sejumlah besar nilai hilang ketika produk dan bahan material dikomposkan. Tekstil biasanya mengandung sangat sedikit nutrisi yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena itu, prioritasnya adalah menjaga produk tetap digunakan selama mungkin menggunakan penggunaan kembali dan berulang.

Suatu produk dirancang untuk dikomposkan harus dibuktikan bahwa produk tersebut dapat dikomposkan skala besar, misalnya ada peluang dan infrastruktur untuk mengumpulkan, meyortir, membongkar, dan mengkomposkannya. Perlu diperhatikan juga bahwa istilah “dapat terurai secara hayati” tidak sama dengan “dapat dikomposkan”, sehingga perlu memperhatikan biodegradabilitas terhadap produk dan bahan material yang sudah habis masa pakai tersebut.

b. Menggunakan prinsip desain yang dapat dibongkar pasang sesuai dengan SNI ISO1402:2017 terkait Label lingkungan dan Deklarasi Klaim lingkungan swadeklarasi (pelabelan lingkungan Tipe II) (ISO 14021:2016, IDT), sehingga memungkinkan produk dapat dibongkar sedemikian rupa dan memungkinkan komponen serta bahan habis pakai ini dapat digunakan kembali, dibuat ulang, atau didaur ulang.

c. Proses Daur Ulang Produk dan Bahan Material yang Telah Habis Masa Pakai

Proses daur ulang merupakan proses mereduksi suatu produk kembali ke tingkat bahan dasarnya dengan tujuan hasil daur ulang ini dapat diproses kembali dan digunakan dalam produk, komponen, atau bahan baru. Proses ini merupakan salah satu bagian penting dari visi ekonomi sirkular karena menggunakan bahan daur ulang memiliki nilai proses yang lebih rendah daripada pembuatan kembali dan pembuatan ulang.

Dalam visi ekonomi sirkular, produk dan bahan material digunakan sampai mencapai nilai konsumsi/penggunaan tertingginya. Proses daur ulang menghasilkan urutan preferensi umum untuk jenis daur ulang dengan tetap mendukung nilai yang tertanam pada bahan dasar pembuatannya ini. Berdasarkan Report a New Textiles Economy: Redesigning Fashion Future dari Ellen Macarthur Foundation didapatkan infiormasi lebih lanjut mengenai tata cara daur ulang berdasarkan pembagian jenis bahan:

- Daur ulang serat dilakukan dengan menyortir pakaian berdasarkan warna dan bahan yang kemudian dihancurkan menjadi potongan kecil-kecil dan diolah kembali menjadi serat. Jenis daur ulang ini juga disebut sebagai daur ulang serat  mekanis.

Daur ulang polimer membawa serat kembali ke tingkat polimer, menghancurkan serat tetapi menjaga struktur kimia bahan tetap utuh. Ini dapat dicapai dengan melebur dan mengekstrusi tekstil (daur ulang polimer mekanis), atau dengan mengekstraksi polimer dengan pelarut (daur ulang polimer kimia).

Daur ulang monomer kimia memecah polimer menjadi monomer individu atau bahan penyusun lainnya yang kemudian dapat berfungsi sebagai bahan baku untuk menghasilkan polimer berkualitas murni.

d. Prinsip pembuatan ulang merupakan operasi di mana produk dibuat kembali dari produk atau komponen bahan yang ada dengan cakupan kegiatan berupa pembongkaran, perwarnaan ulang, penataan ulang, dan proses lainnya untuk meningkatkan daya tahan fisik dan emosional produk yang dihasilkan. Pembuatan ulang memiliki tujuan untuk memperbaiki produk yang dapat membawa produk kembali ke kondisi ‘seperti baru’ dan mencakup pembaruan serta peningkatan komponen re-manufaktur.


2. Bahan Produksi yang Berasal dari Bahan yang Aman dan Mudah Didaur Ulang

Seluruh industri fesyen memperhatikan penggunaan bahan material yang ramah lingkungan dan memenuhi standar kesehatan bagi manusia dan ekosistem yang ada, sehingga perlu memastikan:

a. Produk dan bahan materialnya terbebas dari zat berbahaya;

b. Proses produksi dan setelah habis masa pakai produk tidak membuang zat berbahaya  pada lingkungan;

c. Proses produksi, praktik rantai sumber daya, dan teknologi memastikan penggunaan sumber daya secara efektif, misalnya dengan mengoptimalkan penggunaan air, energi, bahan kimia, dan material.

Dalam visi ekonomi sirkular, pengolahan yang tepat terhadap zat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan untuk terciptanya sirkulasi produksi bahan material yang aman dan memastikan bahwa tidak ada polutan yang dilepaskan ke lingkungan pasca produksi. Terbentuknya model ambil-produksi-limbah dalam ekonomi sirkular bertujuan untuk memisahkan produksi dari konsumsi sumber daya yang terbatas secara berlebihan, sehingga dapat menekan bahan material mentah melalui praktik penggunaan kembali, pembuatan ulang, dan daur ulang.


Pencapaian visi ekonomi sirkular dalam industri fesyen membutuhkan transparansi dan ketertelusuran yang cermat dalam setiap rantai prosesnya. Hal ini membutuhkan upaya kolaboratif dalam skala besar antara pemerintah, pihak swasta atau industri, dan para investor untuk dapat mewujudkan sistem ini.

Peran serta pemerintah dalam proses pencapaian visi ekonomi sirkular dalam industri fesyen suatu negara tidak terbatas hanya pada pembuatan peraturan dan kebijakan yang tegas namun perlu mendukung ketersediaan infrastruktur dalam pengumpulan dan pengelolaan limbah yang efektif untuk menjaga kondisi lingkungan global, kemajuan dunia bisnis , dan peningkatan ekonomi serta kesejahteraan negara.

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan visi ekonomi sirkular dalam industri fesyen dapat berkontribusi dalam proses pengomposan atau daur ulang terhadap produk hasil dunia fesyen, dengan cara sebagai berikut:

1. Periksa label pakaian untuk memastikan bahan pakaian yang akan dikomposkan berbahan serat alami atau non-alami agar pengomposan lebih efisien, kemudian pisahakan;

2. Potong pakaian atau kain menjadi potongan kecil-kecil untuk mempercepat proses pengomposan terhadap kain;

3. Pastikan untuk melepas kancing, ritsleting, dan tag apapun karena merupakan bahan yang tidak terurai;

4. Tambahkan dekomposer alami seperti cacing dan lain-lain untuk mempercepat proses pengomposan;

5. Pisahkan bagian pakaian yang memiliki bagian cetakan, seperti logo atau gambar pada kain karena tidak dapat terurai, serta mengandung zat berbahaya yang berasal dari pewarna pakaian; dan

6. Mencari cara daur ulang lain terhadap bagian pakaian yang tidak terurai.


Besar harapan pengelolaan proses produksi dan produk habis masa pakai pada industri fesyen dapat berkembang secara efektif dan pesat, tidak hanya untuk kemajuan perekonomian, namun tetap menjaga kelestarian lingkungan global, sehingga mempersempit celah peningkatan penyebab terjadinya tantangan global dalam perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keragaman hayati.

Penulis: Athika Meliana Dewi, Bidang Penilaian, Kanwil DJKN Suluttenggomalut 


Referensi:

1.   https://cfda.com/resources/materials/detail/polyester

2.   https://ellenmacarthurfoundation.org/topics/fashion/examples

3.   https://www.weforum.org/agenda/2020/01/fashion-industry-carbon-unsustainable- environment-pollution/

4.   https://createandsustain.org/2021/03/04/composting-fabric/

5.   https://pesta.bsn.go.id/produk/detail/11330-sniiso140212017

6.   https://ellenmacarthurfoundation.org/a-new-textiles- economy#:~:text=The report A new textiles,designed, sold, an d us

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini