Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Ngopi Hitam Eps. 70 Hadirkan Pegiat PUG DJKN
Arum Ratna Dewi
Jum'at, 03 Desember 2021   |   184 kali

Jakarta – Pusdiklat Keuangan Umum (KU) mengundang 3 narasumber dalam acaranya yang bertajuk NGOPI HITAM (NGobrol PIntar HIdup TAmbah Manfaat) Eps. 70 tentang Perempuan Hebat, Kemenkeu Kuat pada Kamis (2/12) secara virtual. Menyongsong Hari Ibu, Ngopi Hitam eps. 70 menghadirkan Sekretariat Tim Penggerak Implementasi PUG Kemenkeu Yudi Irmawan dan para pegiat PUG dari Badan Kebijakan Fiskal Aktiva Primananda, PUG dari Ditjen Kekayaan Negara yang diwakili oleh Kepala Bidang Lelang Kanwil DJKN Kalimantan Timur dan Utara Rusmawati Damarsari, dan PUG dari Ditjen Bea dan Cukai Safianty. Ngopi Hitam yang dilaksanakan selama 1,5 jam ini berdiskusi seputar penerapan PUG yang khas di unit masing-masing hingga arah pengembangan kebijakan tersebut.

Kementerian Keuangan terus berusaha menjadikan tempat kerja yang ramah untuk semua kalangan dengan dibentuknya Tim Pengarusutamaan Gender (PUG) sejak tahun 2012. Hingga kini, PUG telah diterapkan dengan secara beragam di seluruh unit eselon I Kemenkeu bahkan sudah dikembangkan lebih jauh hingga mencakup pemberdayaan perempuan dan penciptaan lingkungan kerja yang ramah karir perempuan.

Ngopi Hitam Eps. 70 diawali penyampaian pendapat terkait PUG di Indonesia oleh Aktiva Primananda yang bertepatan setelah diselenggarakannya diseminasi dalam kegiatan AIFED (Annual International Forum on Economic Development and Public Policy), dalam kajian yang mengangkat tema Finding New Sources of Growth to Recover Stronger. Ativa menyampaikan sumber pertumbuhan Indonesia dalam mengatasi pandemic Covid-19 ini memiliki 4 aspek yaitu product, people, place dan policy. Kajian gender yang disusun tersebut mewakili aspek people dan place. Ativa dan tim menganalisis ketimpangan gender dari 34 provinsi di Indonesia, hasil kajian tersebut bahwa Indonesia masih menghadapi situasi ketimpangan gender dalam berbagai aspek seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, policy, ketenagakerjaan serta politik dan jabatan publik.

“Dimana di wilayah Timur Indonesia memiliki ketimpangan lebih tinggi dari daerah lain. Hal tersebut menunjukkan masih adanya kesenjangan perempuan dengan laki-laki yang cukup signifikan dalam pembangunan regional” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Sekretariat Tim Penggerak Implementasi PUG Kemenkeu Yudi Irmawan mengatakan komitmen Kemenkeu dalam pengembangan PUG ini telah memiliki dasar hukum dan memiliki tim semi permanen. Komitmen lainnya juga dipengaruhi oleh pimpinan yang selalu mendukung dalam pengembangan kebijakan PUG yang responsive di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dalam kesempatan ini juga, Rusmawati Damarsari juga menyampaikan pendapatnya terkait gender bahwa gender bukan hanya mengenai perempuan, jenis kelamin, atau memprioritaskan perempuan, tetapi gender merupakan peran. Gender merupakan peran yang melekat pada laki-laki atau perempuan berdasarkan kontruksi social dan budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang bisa berubah-ubah sewaktu-waktu dan tidak berdasarkan perbedaan biologis.

“Dalam hal pengarusutamaan gender, adanya pembagian peran yang setara antara laki-laki dan perempuan, baik itu di wilayah public dan wilayah private. Seharusnya stereotype tidak lagi menjadi penghambat demi kemajuan bangsa dan negara. Peran tersebut seharusnya menjadi kekuatan utuk mewujudkan Indonesia maju” ujar yang akrab dipanggil Rusma.

Bagi Rusma membagi waktu antara karir dan keluarga bisa menemukan titik keseimbangan jika ada kesepahaman gender atau peran antara ibu, bapak dan anak-anak. Dengan demikian penting untuk berbagi peran sehingga pekerjaan dan keluarga bisa seimbang. Pada kesempatan yang sama pula, Rusma menyampaikan harapan terkait PUG yaitu dengan adanya kesetaraan dalam bekerja dan berkarya dapat terjalin kolaborasi dan sinergi sehingga kedepannya sinergi dan kolaborasi tersebut dapat meningkatkan penerimaan negara demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ngopi Hitam ditutup dengan sesi dialog dari pegiat PUG Ditjen Bea dan Cukai Safianty. Dalam sesi tersebut, Safianty mengenalkan pengelolaan PUG pada Ditjen Bea dan Cukai yang dikenal dengan GOAT (General of quality assurance tools) sebagai tools tambahan. Pada Ditjen Bea dan Cukai bentuk pekerjaannya dikenal lebih maskulin, hal itulah yang mendasari pengembangan PUG agar semakin terbuka karir bagi perempuan di lingkungan Ditjen Bea dan Cukai untuk bisa menjajal pekerjaan-pekerjaan yang memang dulunya banyak dilakukan oleh kalangan laki-laki. Harapan yang disampaikan oleh Safianty terkait PUG senada dengan yang disampaikan oleh Rusmawati bahwa bagaimanapun tujuannya salah satunya adalah demi organisasi dan bangsa. (narasi/foto:ard)

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini