Jakarta – Pusdiklat Keuangan Umum (KU)
mengundang 3 narasumber dalam acaranya yang bertajuk NGOPI HITAM (NGobrol
PIntar HIdup TAmbah Manfaat) Eps. 70 tentang Perempuan Hebat, Kemenkeu Kuat
pada Kamis (2/12) secara virtual. Menyongsong Hari Ibu, Ngopi Hitam eps. 70
menghadirkan Sekretariat Tim Penggerak Implementasi PUG Kemenkeu Yudi Irmawan
dan para pegiat PUG dari Badan Kebijakan Fiskal Aktiva Primananda, PUG dari
Ditjen Kekayaan Negara yang diwakili oleh Kepala Bidang Lelang Kanwil DJKN
Kalimantan Timur dan Utara Rusmawati Damarsari, dan PUG dari Ditjen Bea dan
Cukai Safianty. Ngopi Hitam yang dilaksanakan selama 1,5 jam ini berdiskusi
seputar penerapan PUG yang khas di unit masing-masing hingga arah pengembangan
kebijakan tersebut.
Kementerian
Keuangan terus berusaha menjadikan tempat kerja yang ramah untuk semua kalangan
dengan dibentuknya Tim Pengarusutamaan Gender (PUG) sejak tahun 2012. Hingga kini,
PUG telah diterapkan dengan secara beragam di seluruh unit eselon I Kemenkeu
bahkan sudah dikembangkan lebih jauh hingga mencakup pemberdayaan perempuan dan
penciptaan lingkungan kerja yang ramah karir perempuan.
Ngopi
Hitam Eps. 70 diawali penyampaian pendapat terkait PUG di Indonesia oleh Aktiva
Primananda yang bertepatan setelah diselenggarakannya diseminasi dalam kegiatan
AIFED (Annual International Forum on Economic Development and Public Policy),
dalam kajian yang mengangkat tema Finding
New Sources of Growth to Recover Stronger. Ativa menyampaikan sumber
pertumbuhan Indonesia dalam mengatasi pandemic Covid-19 ini memiliki 4 aspek
yaitu product, people, place dan policy. Kajian gender yang disusun
tersebut mewakili aspek people dan place. Ativa dan tim menganalisis ketimpangan
gender dari 34 provinsi di Indonesia, hasil kajian tersebut bahwa Indonesia
masih menghadapi situasi ketimpangan gender dalam berbagai aspek seperti pendidikan,
ekonomi, kesehatan, policy, ketenagakerjaan
serta politik dan jabatan publik.
“Dimana
di wilayah Timur Indonesia memiliki ketimpangan lebih tinggi dari daerah lain.
Hal tersebut menunjukkan masih adanya kesenjangan perempuan dengan laki-laki
yang cukup signifikan dalam pembangunan regional” ungkapnya.
Menanggapi
hal tersebut, Sekretariat Tim Penggerak Implementasi PUG Kemenkeu Yudi Irmawan
mengatakan komitmen Kemenkeu dalam pengembangan PUG ini telah memiliki dasar
hukum dan memiliki tim semi permanen. Komitmen lainnya juga dipengaruhi oleh
pimpinan yang selalu mendukung dalam pengembangan kebijakan PUG yang responsive di lingkungan Kementerian
Keuangan.
Dalam
kesempatan ini juga, Rusmawati Damarsari juga menyampaikan pendapatnya terkait
gender bahwa gender bukan hanya mengenai perempuan, jenis kelamin, atau
memprioritaskan perempuan, tetapi gender merupakan peran. Gender merupakan
peran yang melekat pada laki-laki atau perempuan berdasarkan kontruksi social dan
budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang bisa berubah-ubah
sewaktu-waktu dan tidak berdasarkan perbedaan biologis.
“Dalam
hal pengarusutamaan gender, adanya pembagian peran yang setara antara laki-laki
dan perempuan, baik itu di wilayah public dan wilayah private. Seharusnya stereotype
tidak lagi menjadi penghambat demi kemajuan bangsa dan negara. Peran tersebut
seharusnya menjadi kekuatan utuk mewujudkan Indonesia maju” ujar yang akrab
dipanggil Rusma.
Bagi
Rusma membagi waktu antara karir dan keluarga bisa menemukan titik keseimbangan
jika ada kesepahaman gender atau peran antara ibu, bapak dan anak-anak. Dengan demikian
penting untuk berbagi peran sehingga pekerjaan dan keluarga bisa seimbang. Pada
kesempatan yang sama pula, Rusma menyampaikan harapan terkait PUG yaitu dengan
adanya kesetaraan dalam bekerja dan berkarya dapat terjalin kolaborasi dan
sinergi sehingga kedepannya sinergi dan kolaborasi tersebut dapat meningkatkan
penerimaan negara demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ngopi
Hitam ditutup dengan sesi dialog dari pegiat PUG Ditjen Bea dan Cukai Safianty.
Dalam sesi tersebut, Safianty mengenalkan pengelolaan PUG pada Ditjen Bea dan
Cukai yang dikenal dengan GOAT (General of quality assurance tools) sebagai tools tambahan. Pada Ditjen Bea dan
Cukai bentuk pekerjaannya dikenal lebih maskulin, hal itulah yang mendasari
pengembangan PUG agar semakin terbuka karir bagi perempuan di lingkungan Ditjen
Bea dan Cukai untuk bisa menjajal pekerjaan-pekerjaan yang memang dulunya
banyak dilakukan oleh kalangan laki-laki. Harapan yang disampaikan oleh
Safianty terkait PUG senada dengan yang disampaikan oleh Rusmawati bahwa
bagaimanapun tujuannya salah satunya adalah demi organisasi dan bangsa.
(narasi/foto:ard)