Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
New Normal, antara Harapan dan Kenyataan
Iwan Kurniawan
Selasa, 30 Juni 2020   |   2613 kali


Pemerintah Indonesia telah mengumumkan untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. New normal melakukan skenario percepatan penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Achmad Yurianto, juru bicara penanganan Covid-19, mengatakan bahwa masyarakat harus menjaga produktivitas di tengah pandemi Covid-19 dengan tatanan baru. Artinya, pemerintah menginginkan seluruh lapisan masyarakat beradaptasi dengan Covid-19 dalam tatanan baru, kembali beraktivitas dengan menjaga protokol kesehatan Covid-19.

Padahal, data jumlah terpapar pandemi Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, data terkini menunjukkan penambahan kasus baru terpapar Covid-19 sebanyak 1.082 kasus, dan ODP sebanyak 41.065 kasus, serta PDP sebanyak 13.335 kasus (sumber: https://covid19.go.id). Selain itu, berdasarkan situs resmi Covid-19 menunjukkan bahwa provinsi Jawa Timur berpotensi menjadi episentrum baru penyebaran Covid-19 yang mencatatkan pertambahan kasus harian tertinggi selama lima hari berturut-turut hingga hari Senin tanggal 29 Juni 2020 yakni di kisaran 200 hingga 300-an kasus baru per hari.

 

Namun demikian, angka reproduksi efektif menunjukkan fakta sebaliknya yaitu terjadi penurunan diberbagai provinsi dari hasil riset berbagai sumber (Riset FKM UI; https://databokshttps://www.bisnis.com). Penghitungan angka reproduksi efektif (Rt) adalah berdasarkan metode Kalman Filter yang merupakan perpanjangan dari metode Bayesian Sequential yang menghasilkan pemodelan simulasi dan pemodelan Covid-19 di Indonesia (SimcovID). SimcovID ini merupakan tim gabungan yang terdiri dari peneliti dari ITB, UNPAD, UGM, ITS, dan UB. Angka reproduksi efektif adalah angka yang menunjukkan daya tular virus corona. Simbolnya adalah Rt, bila Rt = 2,7 artinya 1 orang positif corona bisa menularkan pada dua hingga tiga orang. Angka Rt tertinggi pada pertengahan bulan Juni 2020 adalah pada provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,59 (1 orang positif corona berpotensi menularkan pada 1 hingga 2 orang) dengan grafik yang terus mengalami trend penurunan. Terdapat grafik penurunan Rt lainnnya hingga di bawah angka 1 pada 12 provinsi  antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Sulawesi Barat, Bangka Belitung, Jambi, Lampung, dan Kalimantan Utara. Sesuai standar WHO, new normal dapat diterapkan jika Rt dibawah angka 1 (sumber: https://www.who.int). Oleh karena itu, terdapat beberapa provinsi yang sudah menerapkan tatanan baru.

 

 Angka reproduksi efektif inilah yang digunakan sebagai dasar penerapan new normal di berbagai provinsi (sumber:https://setkab.go.id). Selain itu, terdapat pertimbangan lainnya dalam menerapkan new normal yaitu indikator ekonomi. Data pekerja di Indonesia, sebanyak 55-70 juta dari 133 juta adalah pekerja informal yang paling terdampak COVID-19 (sumber: https://www.ekon.go.id). Meningkatnya pengangguran tersebut berdampak terhadap pergerakan konsumsi dalam negeri sebagai penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang apabila anjlok efeknya dapat memicu konflik sosial. Bertambahnya middle income trap (MIT) yaitu pendapatan per kapitanya cenderung stagnan di tingkat pendapatan menengah (sumber: http://www.dpr.go.id) bahkan perpindahan kelas sosial jatuh ke garis kemiskinan yang diprediksi menjadi 4,86 juta jiwa (sumber: https://www.ekon.go.id).

 

Sri Mulyani menyampaikan bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2020 tertekan di level 2,97%. Pemerintah pun menetapkan skenario sangat berat, yaitu perekonomian Indonesia hanya tumbuh 0,4 % hingga akhir tahun (sumber: http://www.Kompas.com).

 

Berdasarkan hal tersebut, keputusan pemerintah untuk menerapkan new normal adalah untuk menjaga keseimbangan dimana beberapa daerah/provinsi yang telah memenui syarat dapat kembali beraktivitas. Dalam new normal, masyarakat sudah boleh melakukan aktivitas dengan mitigasi risiko yang ketat.  Jokowi sebagai kepala pemerintahan menegaskan bahwa apabila kasus virus corona naik signifikan akan menutup kembali new normal (sumber: https://kumparan.com). Keseimbangan tersebut harus dilakukan agar perekonomian tidak merosot tajam yang mengarah kepada kondisi krisis. Akhirnya, peran serta masyarakat luas untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19 turut membantu menyelesaikan masalah pada pandemi Covid-19 saat ini.    

 

Penulis: Beta Embriyono Adna

     

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini