Dalam menghadapi kondisi pandemi Covid-19, Penulis teringat perkataan bijak dari Khalil Gibran "Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang-orang pesimis terpaku pada duri dan melupakan mawarnya." Kalimat ini mengajak kita untuk selalu berpikir optimis termasuk dalam kondisi yang kurang baik. Di tengah ranting yang penuh duri, terdapat bunga mawar yang sangat indah dan wangi.
Demikian
juga, dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan, sosial, dan perekonomian. Namun dibalik pandemi tersebut, kita dapat
meningkatkan sinergi, kebersamaan dan optimisme seluruh komponen bangsa dalam mengatasi
pandemi Covid-19.
Dampak pandemi Covid-19 bermuara pada perekonomian
dan indikator pembangunan. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi nasional
mengalami kontraksi sebesar 2,19 persen. Kontraksi tersebut menggambarkan penurunan
aktivitas dunia usaha dan produktivitas barang/jasa, yang mempengaruhi
pendapatan negara. Pertumbuhan ekonomi tersebut mempengaruhi indikator
pembangunan nasional antara lain meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.
Memasuki
tahun 2021, Pemerintah Indonesia melangkah optimis dengan tetap konsisten menanggulangi
pendemi Covid-19. Oleh sebab itu, Pemerintah mengambil tema APBN 2021 “Percepatan
Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi." Melalui APBN 2021, Pemerintah berkomitmen untuk tetap mengatasi pandemi
Covid-19 dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional menuju Indonesia Maju tahun
2045. Dalam penanganan Covid-19, Pemerintah antara lain meningkatkan fasilitas
kesehatan, pengadaan obat/vaksin dan mendorong pelaksanaan protokol kesehatan
(prokes).
Untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah
memperkuat struktur ekonomi termasuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia
dengan mendorong industrialisasi berbagai sektor, meningkatkan daya saing produk/jasa
dan kapasitas teknologi informasi. Pemerintah juga tetap menjalankan program
pemulihan sektor yang terdampak misalnya pariwisata dan UMKM. Kedua sektor ini
menyerap banyak tenaga kerja dan bersentuhan dengan masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR).
Pada
Triwulan I, secara umum indikator makro ekonomi Indonesia cukup baik.
Pertumbuhan ekonomi membaik walau masih kontraksi 0,74 persen, inflasi sebesar 1,37
persen, nilai tukar Rupiah yang relatif stabil, realisasi penanaman modal yang
meningkat sebesar 4,3 persen, suku bunga acuan Bank Indonesia yang di bawah
4 persen dan defisit APBN relatif terkendali sebesar 0,8 persen dari PDB
Kondisi
makro ekonomi di atas menggambarkan kebijakan fiskal dan moneter yang
diterapkan oleh Pemerintah on the right
track dan mampu meningkatkan kepercayaan publik termasuk investor. Namun menjelang
akhir triwulan II 2021, Indonesia mengalami second
wave pandemi Covid-19 sehingga masyarakat yang terjangkit Covid-19
meningkat. Hal ini menyebabkan Pemerintah mengambil kebijakan Perlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Pulau Jawa, Bali dan 15 daerah di luar
pulau Jawa-Bali.
Walaupun
Indonesia mengalami second wave pandemi
Covid-19, seluruh bangsa Indonesia harus tetap optimis, bahwa bangsa Indonesia dapat
mengatasi Pandemi Covid-19 dan dampaknya, baik di bidang kesehatan dan ekonomi.
Hal yang dibutuhkan adalah kerjasama/sinergi dan optimisme dari seluruh
komponen bangsa. Satu-satunya hal yang akan menyelamatkan umat manusia adalah
kerjasama (Bertrand Russell, Filsuf)
Di bidang kesehatan, pemerintah menyediakan fasilitas
kesehatan, obat/vaksin dan lain-lain. Namun, peran masyarakat sangat penting
dalam menghadapi pandemi Covid-19. Peran dimaksud antara lain menjaga kesehatan
diri, melaksanakan prokes secara ketat, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan
berpikir positif. Masyarakat juga harus meningkatkan bela rasa dengan membantu
sesama yang membutuhkan.
Di
bidang ekonomi, optimisme untuk mencapai pertumbuhan positif tahun 2021 harus
tetap dijaga. Di samping fokus menangani pandemi Covid-19, Pemerintah dan
otoritas terkait harus menjaga indikator makro ekonomi misalnya nilai tukar
Rupiah yang stabil, tingkat inflasi yang rendah dan suku bunga yang favorable. Di samping itu juga perlu
dilakukan relaksasi kredit perbankan untuk mendorong perekonomian, memberikan
stimulus terhadap sektor terdampak dan mendorong pertumbuhan UMKM. Yang tidak kalah
pentingnya adalah mempercepat pembelanjaan APBN untuk kegiatan yang mempunyai multiplier effects jangka pendek dan
perlindungan sosial (social safety net) untuk MBR yang terdampak.
"Optimisme penting untuk pencapaian tujuan dan itu juga
merupakan dasar dari keberanian dan kemajuan sejati." - Nicholas Murray
Butler
(Kakanwil DJKN, Kemenkeu Kalbar, Edward Nainggolan)