Jakarta (01/02) - Direktur Penilaian Merijal Nur menggandeng
para Kasubdit Penilaian Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Mardhanus Rudiyanto dan Kesatria
Purba lakukan Kunjungan Kerja ke Kantor Wilayah (Kanwil) DJKN DKI Jakarta.
Kunjungan kerja tersebut
dalam rangka overview dan evaluasi
pelaksanaan revaluasi Barang Milik Negara (BMN) di tahun 2017, serta penyusunan strategi revaluasi BMN tahun
2018 yang diadakan di ruang rapat Kanwil DJKN DKI Jakarta. Hadir
pada kesempatan tersebut, Kepala Kantor Wilayah DJKN DKI Jakarta,
Hady Purnomo, Kepala KPKNL
Jakarta I s.d. V dan para tim penilaian Kanwil dan juga KPKNL Jakarta I s.d V.
“Menengok hasil kinerja
pada tahun 2017, tahun 2018 ini akan menjadi tahun challenging karena
penetapan target dan realisasi mencapai 100% dibandingkan tahun lalu,” ujar Hady membuka pertemuan. “Agar performance Kanwil
DKI Jakarta pada tahun 2018 dapat lebih baik termasuk pelaksanaan revaluasi
BMN, maka kita perlu mempersiapkan
strategi-strategi baru untuk menyelesaikan target tahun 2018,” tutur Hady lebih
lanjut. Hady pun optimis target revaluasi BMN tahun 2018 dapat
diselesaikan pada bulan delapan tahun ini.
Hady
menyampaikan secara langsung kepada para peserta rapat bahwa progres penilaian
tahun 2017, tepat pada 29 Desember 2017, pukul 10 malam, Tim revaluasi Kanwil
DJKN DKI Jakarta dan KPKNL Jakarta I s.d. V berhasil menuntaskan target
revaluasi BMN lebih dari 100% dengan target 26.778 NUP. Kinerja tim penilai pada bulan
November-Desember, merupakan peningkatan kinerja yang paling progresif di
tengah keterbatasan sumber daya yang ada. Ada 89 tim penilai baik yang menduduki jabatan fungsional
maupun staff, dimana KPKNL Jakarta II
paling sedikit jumlah personel penilainya.
Sementara
itu, Meirijal yang menggadang-gadang sinergi data dari masing-masing tim
penilai harus diperbaiki. Salah satu faktor
keberhasilan revaluasi BMN adalah komunikasi dan koordinasi, yaitu
keterbukaan komunikasi data dan komunikasi informasi. Tim Penilai DJKN yang terjun ke lapangan harus mampu
bekerja sama dengan pihak lain, baik dengan sesama penilai maupun dengan
mitra satuan kerja (satker) agar revaluasi BMN dapat berjalan lancar.
“Komunikasi data harus
diperbaiki, karena perhitungan nilai tergantung pada data. Sikap independensi tidak berarti tidak mau
bekerja sama dengan orang lain. Seluruh tim penilai harus bekerja sama dan mau
melakukan sharing data, dalam bahasa sederhananya
bukan untuk mencontek data,
melainkan untuk
mengumpulkan informasi, mencari selisih nilai, bahkan mendapatkan fakta yang
berbeda,” tegas Meirijal.
Sebagai contoh, dalam
hal terdapat lokasi yang berdekatan tetapi tim penilainya berbeda, apabila
sesama penilai tidak bekerja sama dalam mengkomunikasikan data, dan menggunakan
data yang berbeda, selanjutnya hasil penilaian menjadi berbeda secara
signifikan maka laporan tersebut perlu dievaluasi kembali. “Kalau objek tanah
penilaian bersebelahan maka tentunya hasilnya pasti tidak terlalu
jauh. Jika perbedaannya jauh, pasti ada kesalahan. Hal ini berawal dari
kurangnya komunikasi dan koordinasi,” pungkas Meirijal.
Meirijal mengevaluasi
revaluasi BMN mulai dari overview, verifikasi nilai
wajar, monitoring kelengkapan laporan penilaian, hingga review
sample laporan penilaian. Dari data laporan penilaian yang
dikumpulkan, nilai tanah dan bangunan yang turunnya signifikan, maka
berdasarkan verifikasi nilai wajar ditemukan sembilan permasalahan
yang dapat diidentifikasi antara lain: human error,
terdapat biaya lain-lain pada nilai perolehan, nilai perolehan merupakan nilai
taksiran, tim penilai sudah menganggap sesuai dengan Keputusan Dirjen Kekayan
Negara Nomor 246, terdapat perbedaan luas, perubahan kondisi pasar/zoning,
dan terjadi perubahan fisik serta tim menganggap nilai perolehan terlalu
tinggi.
Terkait monitoring kelengkapan
laporan penilaian, ada beberapa poin yang harus
dicermati seperti keberadaan narasi, kelengkapan tanda
tangan dan lampiran, ketidaksesuaian prosedur serta penerapan
metode penilaian. “Oleh karena itu, jangan sampai laporan penilaian
menumpuk. Kita harus bekerja keras untuk merapikan seluruh
dokumen yang belum tuntas. Selesaikan selagi bisa dengan melihat kelengkapan
laporan penilaian tentu kita harus punya terobosan untuk menyelesaikannya. Ada
kaji ulang terhadap revaluasi ini sebagai materialitas auditor,”
pesan Meirizal.
Kepala Bidang Penilaian, Ari Fitri
Mahesa menambahkan mengenai monitoring penetapan laporan penilaian. Semua laporan dari KPKNL
Jakarta I s.d. V yang masuk ke Kanwil, harus diverifikasi terlebih dahulu nilai
wajarnya, baik koreksi nilainya, maupun hasil tindak
lanjutnya yang masih belum tuntas. Dari laporan yang ada 73% data laporan lengkap diverifikasi
sedangkan lainnya masih perlu dilengkapi, dan akan dikejar
penyelesaiannya hingga semuanya tuntas 100%. Ari juga menyampaikan kesulitan
yang terjadi di lapangan, hingga perlunya sinergi
dan support sharing data dari tim penilaian kantor pusat
dengan Kanwil. Saat ini di bidang
penilaian, tengah menggali proyek
antara tim Penilaian dengan Direktorat PKNSI terkait persiapan aplikasi untuk memitigasi adanya
koreksi data dan human error, serta perbaikan penyimpanan arsip
hingga pembuatan katalog secara digital.
Rangkaian
acara dilanjutkan dengan memberikan kesempatan peserta rapat untuk mengajukan
pertanyaan dan diskusi dengan Meirijal beserta timnya mengenai tindak lanjut
laporan yang harus diperbaiki oleh KPKNL hingga apa yang menjadi permasalahan
revaluasi BMN tahun 2017, serta review dalam mempersiapkan revaluasi
tahun 2018 ini agar lebih baik lagi.
(teks/foto :Ezza&Asya)