Cisarua – “Kegiatan Rakorda tidak mengganggu
kegiatan revaluasi BMN (Barang Milik Negara-red). Peserta yang hadir merupakan
perwakilan, sedangkan tim-tim yang memiliki timeline
revaluasi BMN tetap berjalan,” tegas Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) DKI Jakarta Hady Purnomo saat membuka acara Rapat
Koordinasi Daerah (Rakorda) Kanwil DJKN DKI Jakarta yang diselenggarakan pada 21-23
November 2017 di Cisarua, Jawa Barat.
Lebih lanjut, Hady menyampaikan bahwa Rakorda kali ini
mengambil tema “Dengan Revaluasi BMN yang berkualitas, kita tingkatkan peran DJKN
sebagai pengelola kekayaan negara”. Tema
tersebut sering dipakai baik oleh Kantor Pusat maupun oleh kanwil-kanwil lain.
Tidak ketinggalan, Kanwil DJKN DKI Jakarta juga mengambil tema dimaksud karena
saat ini yang tengah menjadi topik adalah revaluasi tanpa mengurangi
fungsi-fungsi yang lain.
Sebagaimana arahan Dirjen Kekayaan Negara Isa
Rahmatarwata, Hady juga berpesan agar revaluasi BMN harus berkualitas, karena
selesai revaluasi akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Tidak
hanya mengutamakan kecepatan, namun kualitas juga harus diperhatikan,” ujarnya.
Aspek kedua yang ditekankan Hady adalah terkait DJKN sebagai
aset manager, sudah sejauh mana DJKN menjalankan perannya. “Ke depan, target utilisasi berasal dari
pemanfaatan. Aset tidak menganggur, namun manajernya yang bekerja keras,”
imbuhnya.
Meski tema rakorda mengangkat topik revaluasi, namun
topik bahasan yang lain tidak luput dari perhatian. Ia memandang perlu untuk
membahas bagaimana mengurangi outstanding
Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN).
“Harus ada strategi, ke depan DJKN bukan hanya melakukan pengurusan piutang
negara namun juga pengelolaan piutang negara,” ungkap Hady.
Dengan latar belakang tersebut, pria yang sebelumnya
menjabat Direktur Hukum dan Humas ini berpesan agar dalam rakorda ada sesi
khusus yang membahas pengurangan outstanding
BKPN khususnya di Kanwil DJKN DKI Jakarta, mengingat outstanding BKPN terbesar ada di Jakarta.
Secara teknis, pembahasan dalam rakorda dibagi menjadi
tiga komisi, komisi yang pertama membahas piutang negara dan lelang, komisi
kedua revaluasi BMN, dan komisi ketiga membahas roadmap DJKN sebagai aset manajer untuk masukan kepada Direktur
Jenderal Kekayaan Negara. Kakanwil berharap rakorda dapat menghasilkan
rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti dan disampaikan ke kantor pusat.
Acara yang berlangsung di Wisma Mulyasari TNI AU Cisarua
Bogor tersebut dihadiri oleh kepala bagian umum, para Kepala bidang, para
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta I s.d.V, dan
para pegawai di lingkungan Kanwil DJKN DKI Jakarta. Beberapa poin strategis yang akan diwujudkan
oleh jajaran Kanwil DJKN DKI Jakarta beserta unit operasional dibawahnya
berhasil dirumuskan, antara lain :
1.
Revaluasi
BMN tidak hanya sekedar mengejar kecepatan penyelesaian, namun harus
memperhatikan kualitas.
2.
Revaluasi
BMN sesuai arahan Menteri Keuangan bukan hanya menyajikan koreksi nilai aset,
namun juga pendataan aset yang akan dimanfaatkan dan aset idle, sehingga harus
dapat dipetakan aset mana saja yang idle
dan yang dimanfaatkan.
3.
Penyelesaian
objek BMN yang direvaluasi masih rendah sehingga harus dipercepat sesuai arahan
Dirjen Kekayaan Negara. Tim revaluasi
harus mengoptimalkan sisa waktu yang ada.
4.
Terdapat
kendala dalam revaluasi BMN seperti petugas satker yang kurang siap dan satker
tidak dapat menunjukkan aset yang dimiliki.
5.
KPKNL
berkomitmen untuk menyelesaikan revaluasi BMN tahun 2017 di atas rata-rata
nasional.
Selain poin strategis terkait revaluasi, beberapa poin
strategis di bidang piutang negara, lelang, penilaian, kepatuhan internal,
hukum dan informasi serta bagian umum juga berhasil dirumuskan, dengan harapan
rumusan tersebut dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kinerja dan
mengejar target yang masih kuning dan merah.
Rakorda merupakan salah satu momentum bagi Kanwil DJKN
DKI Jakarta untuk melakukan konsolidasi, meneguhkan komitmen dan menyatukan
gerak langkah dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola kekayaan negara. Terkadang ide-ide dapat muncul dari mana
saja, terlebih di ruang terbuka seperti Kebon Raya Bogor. Setelah dua hari dua
malam pembahasan dilakukan di ruang rapat, untuk mengendorkan ketegangan
pembacaan poin-poin strategis hasil pembahasan yang dituangkan menjadi
butir-butir rakorda sengaja dilakukan di Kebon Raya seusai jalan pagi
bersama. (Teks dan Foto : Asya, Baroen,
Andy)