Jakarta (9/6), Menggelorakan pekan Pancasila
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kanwil DJKN)
DKI Jakarta gelar sarasehan dengan menghadirkan narasumber Direktur Program dan
Pengembangan Pemantapan Nilai-Nilai Kedeputian TAPLAI Lemhanas RI Brigjen
Polisi Drs. Rafli, S.H. Acara yang diselenggarakan di Aula lantai 3 KPKNL
Jakarta V tersebut dihadiri oleh seluruh jajaran Kanwil DJKN DKI Jakarta.
Yel-yel Pancasila dan kumandang lagu
Indonesia Raya mengawali acara, syahdu meresap ke jiwa. Syair lagunya menggugah
kembali akan makna Indonesia sebagai tanah air dan tanah tumpah darah yang
wajib dibela dan dipertahankan kesatuannya. Terlebih lagi lagu berikutnya
Garuda Pancasila membangkitkan semangat para hadirin untuk lebih cinta tanah
air.
Kepala Kanwil DJKN DKI Jakarta Encep Sudarwan,
dalam sambutannya mengajak jajaran Kanwil DJKN DKI Jakarta untuk
mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Iapun membacakan cuplikan pidato Bung Karno pada 1
Juni 1945 tentang lahirnya Pancasila. “Negara Indonesia bukan milik suatu
golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan pula milik suatu
adat istiadat tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke”
Encep lalu mengaitkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari khususnya di Kanwil DJKN DKI Jakarta. Pria
asal Garut ini juga menyampaikan pesan-pesan Menteri Keuangan agar jajarannya
senantiasa menekankan untuk menjaga kebangsaan dan keIndonesiaan bersama-sama.
Jika biasanya narasumber yang diundang adalah
pakar ekonomi, perbankan, penilaian maupun ahli yang berkaitan dengan teknis
pekerjaan. Kali ini, Encep sengaja mengundang pakar dari Lemhanas untuk
menyentuh dan membangkitkan nurani kebangsaan. Menyadarkan kembali akan
nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk kembali kenali, untuk kembali kita hidupkan
dan implementasikan dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari mulai dari
lingkungan terkecil atau keluarga.
Sebelum memulai paparannya Rafli mengajak
hadirin untuk bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Mengingatkan
makna yang terkandung dalam syair lagu. “Indonesia sejak dulu kala selalu
dipuja-puja bangsa” jangan sampai hanya menjadi masa lalu, konon, ataupun
sejarah. Namun tetap langgeng sebagai negara yang berdaulat. Untuk itulah,
Rafli menegaskan kembali tujuan dan cita-cita negara Indonesia merdeka
sebagaimana tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yaitu Negara Indonesia
yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Waktu berlalu seakan tidak terasa dengan
padatnya materi yang disampaikan mulai dari NAWA CITA, wawasan nusantara,
ketahanan nasional, hingga implementasinya. Sarasehan berupa Bincang Kebangsaan
dikemas dengan lagu dan puisi sehingga peserta tidak bosan. Selain itu juga sharing
session dari beberapa pegawai yang mewakili eranya. Pria, wanita
maupun pegawai termuda. Seperti Annisa salah seorang pegawai magang ini
mengungkapkan “Indonesia adalah saya, saya adalah Indonesia. Kami semua yang
ada di sini sebagai bangsa Indonesia harusnya menjaga persatuan, jangan
sampai terpecah belah oleh perpecahan maupun isu-isu SARA. Junjung tinggi
Indonesia, junjung tinggi Pancasila,”
Pancasila adalah pribadi dan nilai bangsa dari
bangsa kita, sehingga sebagai ideologi bangsa sudah sewajarnya dihayati dan
diimplementasikan oleh segenap entitas bangsa. Tentulah sebagai warga
negara yang sadar pentingnya nilai-nilai luhur Pancasila, mengembalikan
Pancasila ke posisi semula sebagai cita-cita luhur untuk tetap menjaga
eksistensi Pancasila. Di tengah kekerasan dan diskriminasi antar agama,
betapa Pancasila sangat dirindukan sebagai pemersatu bangsa. Kita akan berdiri
kokoh jika kita punya jati diri.
Saya Indonesia, Saya Pancasila. Pancasila
tidak boleh berhenti pada slogan semata, tetapi harus diamalkan, diimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlembagakan dalam sistem ekonomi,
politik, dan budaya. Pancasila menjadi pondasi bangsa dalam permasalahan
bangsa. Pancasila ada di dadaku, tidak hanya sepekan, namun selamanya.
(teks/foto: Asya)