Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Tidak Hanya Sepekan, Pancasila Di Dadaku Selamanya
Heri Asya
Kamis, 15 Juni 2017   |   2138 kali

Jakarta (9/6), Menggelorakan pekan Pancasila Kantor Wilayah Direktorat  Jenderal Kekayaan Negara (Kanwil  DJKN) DKI Jakarta gelar sarasehan dengan menghadirkan narasumber Direktur Program dan Pengembangan Pemantapan Nilai-Nilai Kedeputian TAPLAI Lemhanas RI Brigjen Polisi Drs. Rafli, S.H.  Acara yang diselenggarakan di Aula lantai 3 KPKNL Jakarta V tersebut dihadiri oleh seluruh jajaran Kanwil DJKN DKI Jakarta.

Yel-yel  Pancasila dan kumandang lagu Indonesia Raya mengawali acara, syahdu meresap ke jiwa. Syair lagunya menggugah kembali akan makna Indonesia sebagai tanah air dan tanah tumpah darah yang wajib dibela dan dipertahankan kesatuannya.  Terlebih lagi lagu berikutnya Garuda Pancasila membangkitkan semangat para hadirin untuk lebih cinta tanah air.

Kepala Kanwil DJKN DKI Jakarta Encep Sudarwan, dalam sambutannya mengajak jajaran Kanwil DJKN DKI Jakarta untuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Iapun membacakan cuplikan pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 tentang lahirnya Pancasila. “Negara Indonesia bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan pula milik suatu adat istiadat tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke”

Encep lalu mengaitkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari khususnya di Kanwil DJKN DKI Jakarta.  Pria asal Garut ini juga menyampaikan pesan-pesan Menteri Keuangan agar jajarannya senantiasa menekankan untuk menjaga kebangsaan dan keIndonesiaan bersama-sama.

Jika biasanya narasumber yang diundang adalah pakar ekonomi, perbankan, penilaian maupun ahli yang berkaitan dengan teknis pekerjaan. Kali ini, Encep sengaja mengundang pakar dari Lemhanas untuk menyentuh dan membangkitkan nurani kebangsaan. Menyadarkan kembali akan nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk kembali kenali, untuk kembali kita hidupkan dan implementasikan dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari mulai dari lingkungan terkecil atau keluarga.

Sebelum memulai paparannya Rafli mengajak hadirin untuk bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Mengingatkan makna yang terkandung dalam syair lagu. “Indonesia sejak dulu kala selalu dipuja-puja bangsa” jangan sampai hanya menjadi masa lalu, konon, ataupun sejarah. Namun tetap langgeng sebagai negara yang berdaulat. Untuk itulah, Rafli menegaskan kembali tujuan dan cita-cita negara Indonesia merdeka sebagaimana tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yaitu Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Waktu berlalu seakan tidak terasa dengan padatnya materi yang disampaikan mulai dari NAWA CITA, wawasan nusantara, ketahanan nasional, hingga implementasinya. Sarasehan berupa Bincang Kebangsaan dikemas dengan lagu dan puisi sehingga peserta tidak bosan. Selain itu juga sharing session dari beberapa pegawai yang mewakili eranya. Pria, wanita maupun pegawai termuda. Seperti Annisa salah seorang pegawai magang ini mengungkapkan “Indonesia adalah saya, saya adalah Indonesia. Kami semua yang ada di sini sebagai bangsa Indonesia harusnya menjaga persatuan,  jangan sampai terpecah belah oleh perpecahan maupun isu-isu SARA. Junjung tinggi Indonesia, junjung tinggi Pancasila,”

Pancasila adalah pribadi dan nilai bangsa dari bangsa kita, sehingga sebagai ideologi bangsa sudah sewajarnya dihayati dan diimplementasikan oleh segenap entitas bangsa.  Tentulah sebagai warga negara yang sadar  pentingnya nilai-nilai luhur Pancasila, mengembalikan Pancasila ke posisi semula sebagai cita-cita luhur untuk tetap menjaga eksistensi Pancasila.  Di tengah kekerasan dan diskriminasi antar agama, betapa Pancasila sangat dirindukan sebagai pemersatu bangsa. Kita akan berdiri kokoh jika kita punya jati diri.

Saya Indonesia, Saya Pancasila.  Pancasila tidak boleh berhenti pada slogan semata, tetapi harus diamalkan, diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlembagakan dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya.  Pancasila menjadi pondasi bangsa dalam permasalahan bangsa. Pancasila ada di dadaku, tidak hanya sepekan, namun selamanya. (teks/foto: Asya)

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini