Seperti dikutip dari Mashable, generasi
milenial tidak tertarik dengan iklan televisi dan media cetak yang hanya
dianggap cocok untuk generasi tua. Ke depan iklan produk melalui content video
di internet maupun digital marketing lainya akan menjadi sebuah keharusan.
Menurut Wikipedia, karakteristik
Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun,
generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan
komunikasi, media, dan teknologi digital.
Generasi millennial merupakan
generasi “kepo”, sebelum memutuskan pembelian suatu produk, mereka terlebih
dahulu mencari informasi melalui internet maupun sosial media. Review tentang
produk di internet dan sosial media menjadi referral bagi mereka. Istilah word
of mouth akan mengalami perubahan menjadi word of internet atau word of social
media. Hasil riset Alvara Reseach Center tahun 2015 menemukan bahwa informasi
produk yang paling banyak di cari oleh generasi millennials di internet adalah
informasi tentang price, feature product, kemudian diikuti oleh promotion
program dan customer review.
Meledaknya konsumsi gadget dan
internet oleh generasi millennial secara langsung maupun tidak langsung berdampak
pada selling channel penjualan. Fenomena menjamurnya toko online seperti adalah
salah satu indikasinya. Selain toko online, forum, media sosial sekarang juga
banyak digunakan sebagai selling channel. Meroketnya jumlah penggunaan
internet menjadikan di tahun 2020 tentu merupakan indikasi perkembangan online
channel yang makin menggembirakan.
Generasi millennial adalah
masyarakat sosial yang melek dan adaptable pada teknologi. Mereka
cenderung suka memanfaatkan teknologi untuk mempermudah segala aktivitas, tak
terkecuali aktivitas belanja. Dengan kemajuan teknologi cara pembayaran membuat
generasi ini makin cashless (cenderung tak membawa uang tunai).
Kemudahan pembayaran belanja melalui debit card, credit card e-money,
internet banking maupun lainya mudah diadopsi oleh urban middle-class
millennials. Sehingga keberadaan urban middle-class millennials
tentu akan menjadi trigger bagi perkembangan pembayaran yang bersifat cashless.
Kedepan alat pembayaran tradisional akan bergeser ke alat pembayaran yang modern.
Munculnya teknologi (gadget
dan internet), perubahan geografis dan perubahan daya beli secara
berlahan tapi pasti telah mengubah perilaku dan nilai nilai yang dianut oleh
manusia. Urban middle-class millennials adalah masyarakat yang memiliki
perilaku dan nilai-nilai yang unik yang disebabkan oleh melekatnya tiga entitas
tersebut. Masyarakat urban middle-class millennials merupakan masyarakat
muda terbuka (open minded), individualis, dan masyarakat multikultur
sehingga memunculkan budaya-budaya baru.
Perubahan fenomena sosial
generasi masa depan bisa tercermin dari fenomena Generasi millennial saat ini.
Karakter individualis masyarakat kedepan akan terjadi. Meskipun mereka
berkumpul gadget masih tidak bisa lepas dari tangan, tenggelam dalam dunia
mereka sendiri adalah sebuah keniscayaan masyarakat masa depan. Gadget bukan
menjadi lagi sebatas teknologi, tetapi sudah menjadi teman. Sepertinya sehari
tanpa gadget adalah suatu kemustahilan.
Hasil pengamatan kami, ketika kami mengamati perilaku Generasi Millennial yang lagi nongkrong di café maupun di mall-mall, menunjukkan hasil yang sama. Dari pengamatan kami meskipun mereka berkumpul dengan teman maupun komunitas mereka, gadget tidak bisa lepas dari tangan dan penglihatan mereka. Mereka ngobrol sambil memegang dan melihat gadget.
Budaya lain yang muncul adalah
budaya selfie dan narsis. Berkembangnya teknologi kamera smartphone
salah satunya mendorong munculnya fenomena selfie dan narsis, apalagi
saat ini muncul smartphone dengan keunggulan kamera depan sehingga
menghasilkan hasil selfie yang fotogenik, perkembangan kamera smartphone perkembangan
munculnya sosial media juga menjadi trigger.
Setelah bernarsis
ria, mereka langsung mengunggah ke sosial media. Tempat-tempat menarik menjadi spot
selfie dan narsis. Mereka tidak hanya selfie di tempat-tempat
seperti mall, café, tempat wisata bahkan ditempat ibadah pun mereka berselfie
ria. Selfie dan narsis secara tidak langsung memunculkan fenomena sosial
lain, yaitu membludaknya pengunjung tempat wisata.
Bagi masyarakat saat ini,
berlibur sudah menjadi kebutuhan seiring dengan padatnya pekerjaan Mereka
membutuhkan waktu refresh sejenak. Kerkunjung ke tempat wisata bukan saja untuk
liburan. Berfoto selfie dan narsis di tempat wisata khususnya tempat wisata
luar negeri menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Generasi millennial juga memiliki
sifat yang lebih toleran terhadap sesamanya. Hal ini dipengaruhi oleh arus
globalisasi yang semakin cepat, di mana anak muda zaman saat ini dapat
berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia. Arus globalisasi
berhasil menciptakan interaksi langsung dan tidak langsung yang lebih luas
antar umat manusia, yang tidak mengenal batas-batas antara negara satu dengan
negara yang lain. Oleh sebab itu, globalisasi membuat generasi millennial
menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan, wawasan mereka terhadap keberagaman
pun menjadi lebih luas sehingga timbul sifat toleran yang cukup tinggi dari generasi
ini.
Ada perbedaan paradigma yang
mencolok antara Generasi X dan Generasi Millennial terkait dunia kerja.
Generasi X memandang ukuran sukses di dunia kerja adalah ketika mereka sukses
meniti karir dari bawah sampai ke puncak posisi di perusahaan yang sama,
loyalitas pada perusahaan adalah salah satu ukuran kunci sukses. Sebaliknya
bagi Generasi Millennial ukuran sukses di dunia kerja adalah ketika mereka bisa
pindah-pindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain, bagi mereka
semakin sering pindah berarti mereka termasuk orang yang “laku” di perusahaan,
Di lingkungan DJKN, banyak generasi millennial sebagai ujung tombak dalam pekerjaan,
baik di bidang teknis atau di bidang pendukung. Jika generasi millennial ini
bertugas di bidang Pengelolaan Kekayaan Negara, Bidang Penilaian , Bidang Lelang,
pastinya generasi millennial tersebut akan berupaya memberikan inovasi-inovasi
atau ide-ide yang mampu mempermudah dan meningkatkan kinerja. Namun, jika
generasi millennial tersebut bertugas di bidang pendukung, sangatlah cocok jika
berada pada bidang informasi dan teknologi. Dengan kemampuan generasi millennial
yang mampu mengupdate pengetahuan tehnologi tersebut dapat membantu unit kerja
dalam hal teknologi, selain itu dengan hobinya bermedia sosial sehingga akan selalu
aktif mempublikasikan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tugas dan fungsi unit
kerja, membuat inovasi-inovasi serta sehingga memberi dampak positif pada
reputasi dan citra suatu unit kerja.
Unit kerja melalui teamwork harus mampu menjembatani dua generasi ini. Generasi millennial juga harus mampu menularkan antusiasme kepada generasi X dan generasi X mampu memberikan arahan dan mereka bekerja sama dengan baik untuk dapat mencapai target dan kinerja yang lebih baik.
Penulis: Budi Kanwil DJKN Banten