Rabu 27 Januari
2021, Walikota Banda Aceh meresmikan Pujasera Seutui di Kawasan Taman Krueng
Daroy, Banda Aceh sebagai bagian dari tahap
kedua penataan kawasan bantaran Krueng Daroy (Bahasa Indonesia: Sungai Daroy)
sepanjang 800 meter melanjutkan revitalisasi tahap pertama sepanjang 900 meter.
Pujasera berlantai 2 ini menjadi tempat bagi masyarakat sekitar memasarkan
hasil UMKM kepada pengunjung Taman Krueng Daroy, sebuah icon baru serta
destinasi wisata baru di Kota Banda Aceh[1].
Sebagaimana banyak kawasan
bantaran sungai di tempat lain, kawasan sekitar Sungai Daroy yang melintasi
Kota Banda Aceh dahulu merupakan kawasan kumuh. Sejak tahun 2018 Kementerian
PUPR melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) menjadikan kawasan seluas 38,26
hektar ini menjadi contoh sukses penataan kawasan kumuh[2]. Dalam Program KOTAKU ini
Kementerian PUPR bekerja sama dengan Pemko Banda Aceh serta secara
aktif melibatkan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Sungai Daroy. “Kalau
Pemda tidak bergerak dan masyarakat tidak terlibat aktif maka program tidak
akan berjalan, bahkan kawasan yang sudah ditata akan kembali kumuh” pesan Menteri PUPR.
Spot Wisata
Saat ini Taman Krueng Daroy
telah menjadi salah satu spot wisata di Kota Banda Aceh. Setiap jumat pagi
sebagian anggota masyarakat (utamanya pegawai kantoran) berolahraga di sana,
baik berjalan kaki, jogging, maupun
bersepeda. Tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan 3M
yaitu Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun, dan Menjaga jarak. Olahraga
ini dirasa penting untuk menjaga imun tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
Selain keindahan taman dan
pedestrian, Taman Krueng Daroy juga menampilkan mural yang menceritakan edukasi
sejarah Aceh. Mural mengenai sejarah ini sengaja ditampilkan agar generasi muda
tidak melupakan sejarah para pendahulunya. Kebetulan Taman Krueng Daroy tahap
pertama memang bersebelahan dengan Taman Putroe Phang, yang sarat dengan cerita
sejarah yaitu kecintaan Sultan Iskandar Muda kepada Permaisurinya Putri Kamaliah
(masyarakat Aceh menyebutnya Putroe Phang) dari Kerajaan Pahang. Untuk
mengobati rasa rindu Sang Permaisuri atas kampong halamannya, negeri Pahang,
Sultan lantas membangun taman yang formasinya menyerupai bukit-bukit di Pahang[3]. Adapun Taman Krueng Daroy
tahap kedua berakhir di Masjid Kupiah Meukotop atau Masjid Teuku Umar, spot
wisata religi di Banda Aceh.
Manfaat Sosial dan Ekonomi
Selain bermanfaat secara lingkungan yaitu mengurangi potensi terjadinya banjir akibat sampah yang dibuang sembarangan, Taman Krueng Daroy juga memberikan manfaat lain yaitu manfaat sosial dan manfaat ekonomi. Manfaat sosial yang didapat adalah dengan tersedianya ruang terbuka hijau bagi publik di sekitar lokasi. Manfaat lain yang diperoleh adalah manfaat ekonomi berupa berdirinya Pujasera. Bagi pengunjung yang lelah berolahraga dapat beristirahat sambil mengisi perutnya serta menikmati nikmatnya Kopi Gayo di pujasera yang dikelola bersama oleh warga sekitar. Berdasarkan informasi dari pengelola di lapangan, barang-barang di pujasera disuplai oleh 25 kepala keluarga di sekitar lokasi taman, secara bergantian. Sungai Daroy bahkan ditanami ikan mujair yang dapat ditangkap oleh warga sekitar ataupun pengunjung yang kebetulan membawa alat pancing, makin menambah daya tarik bagi pengunjung.
Penertiban Daerah Pinggiran Sungai
Saat ini Kementerian PUPR
di wilayah Aceh, dalam hal ini BWS Sumatera I bersama Kanwil DJKN Aceh, aktif
menggandeng pemangku kepentingan untuk melakukan penertiban daerah pinggiran
sungai. Upaya yang dilakukan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah daerah
(baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota), Keuchik atau Kepala Desa, serta dengan
melibatkan Kodam Iskandar Muda dan Polda Aceh untuk pengamanannya.
Diawal tahun ini Kanwil
DJKN Aceh memberikan apresiasi kepada BWS Sumatera I yang telah melakukan
penertiban pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) berupa tanah yang terletak di
bantaran kanal banjir (floodway)
Sungai Krueng Aceh,Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Kanwil DJKN
Aceh berharap agar kegiatan penataan kanal banjir
Sungai Krueng Aceh dapat dijadikan role model bagi Satuan kerja lainnya dalam
rangka pengelolaan BMN sesuai prinsi 3T yaitu tertib administrasi, tertib
fisik, dan tertib hukum[4].
-Rachmadi, Kanwil DJKN Aceh-
[1] https://bandaacehkota.go.id/berita/27698/wali-kota-resmikan-pujasera-seutui.html.
[2] https://ekonomi.bisnis.com/read/20181216/45/870007/krueng-daroy-jadi-contoh-bai-penataan-kawasan-kumuh
[3] http://bandaacehtourism.com/index.php/id/l/taman/taman-putroe-phang
[4] http://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/penataan-flodway-sungai-krueng-aceh-selesai-100-djkn-aceh-memberikan-apresiasi-kepada-bws-sumatera-i