Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita Media DJKN
Kembali Terbang, Merpati Airlines Siapkan Lebih Dari 10 Pesawat
www.merdeka.com
 Kamis, 17 Januari 2019 pukul 09:14:11   |   268 kali

Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airline (Persero) Asep Eka Nugraha optimis maskapai penerbangan BUMN ini mampu terbang lagi di 2019. Saat ini Merpati bersama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) tengah menyiapkan persyaratan awal untuk bisa menjadi syarat investor mengucurkan dananya.

Persyaratan awal tersebut mulai dari keputusan RUPS, perpajakan dari Kementerian Keuangan dan persetujuan dari DPR RI. "Kalau kami optimis bagaimana caranya bisa bangkit di 2019. Dan kita harapkan persyaratan pendahuluan itu bisa segera kita dapatkan," kata Asep di Kementerian BUMN, Kamis (3/1).

Dalam rencana bisnisnya, Asep mengaku menyiapkan beberapa perencanaan. Hal ini mulai dari tetap menjadikan Indonesia Timur sebagai basis rute awap mereka, hingga jumlah pesawat yang disiapkan lebih dari 10 unit.

"Rencana bisnis kami lebih dari 10 pesawat, tapi kita akan penuhi dulu persyaratan dari Kemenhub itu yang minimal harus punya 10 pesawat," tegasnya.

Meski demikian, pihaknya juga masih koordinasi dengan Kemenhub mengenai kepemilikan pesawat ini. Mengingat sebelum perusahaan ini tutup, Merpati memiliki 25 pesawat dengan berbagai tipe.

Hanya saja Asep mengaku lebih memilih untuk membeli dan mengoperasikan pesawat baru daripada harus menghidupkan kembali pesawat-pesawat lamanya.

Sebelumnya, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) siap kembali mengudara pada 2019 mendatang. Ini setelah Merpati Airlines mendapatkan komitmen suntikan modal dari Intra Asia Corpora sebesar Rp 6,4 triliun.

Dengan modal ini, Merpati Airlines akan menggunakannya untuk kembali mengurus izin operasinya yang sempat dibekukan oleh Kementerian Perhubungan beberapa tahun lalu.

Presiden Direktur Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha mengatakan, jika beroperasi nanti Merpati Airlines tak akan menggunakan pesawat buatan Boeing dan Airbus.

"Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia. Tapi pesawat yang kita gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak," kata Asep diJakarta, Senin (12/11).

Reporter: Ilyas Istianur Praditya

Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini