Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
KPKNL Singaraja Dukung Rencana KSP BMN Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan
N/a
Selasa, 05 Maret 2013 pukul 14:22:04   |   759 kali

Singaraja – Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Singaraja I Wayan Subadra merespon dan mendukung penuh rencana Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara (KSP-BMN) Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem dengan memenuhi permintaan Kepala BPIU2K Karangasem Ida Bagus M. Suastika Jaya pada pekan kedua Februari 2013 di Singaraja.

KPKNL Singaraja yang diwakili oleh I Wayan Subadra dan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara (PKN) Dodik Heru Nugroho memberikan saran/masukan (assistance) atas rencana KSP-BMN pada satker tersebut. Instansi ini penting karena merupakan satu-satunya instansi di Indonesia yang diharapkan menjadi pemasok induk udang unggul dan kekerangan bagi usaha produksi benih di seluruh Indonesia dan luar negeri. Karena kedudukan dan peran penting ini pula, sehingga Presiden Susilo Bambang Yudoyono memberikan perhatian serius dengan turun langsung meresmikan BPIU2K Karangasem pada 6 Desember 2010. 

Kepala BPIU2K Karangasem Ida Bagus M. Suastika Jaya menyampaikan bahwa BPIU2K Karangasem dapat dikatakan sebagai industri hulu di bidang bisnis udang dan berperan dalam menjamin ketersediaan induk udang unggul dan kekerangan hasil dosmetikasi yang diproduksi dengan standar. Namun pada kenyataannya, peranan ini masih jauh dari harapan. Selama ini pembudidaya udang mendapatkan suplai benih dari hatchery yang memproduksi benur menggunakan induk impor, yang dianggap memiliki peluang keberhasilan tinggi. 

Ida Bagus M. Suastika Jaya menjelaskan bahwa pemerintah “terpaksa” memberikan ijin impor induk udang mengingat kebutuhan impor induk udang per tahun tidak kurang dari 200.000 ekor untuk memproduksi kebutuhan udang konsumsi di Indonesia sebesar 400.000 ton per tahun. Pengadaan induk impor ini tentu mengorbankan devisa negara yang sangat besar. Yang nilainya mencapai USD5.000.000,00 (lima juta dollar Amerika) per tahun. “Belum kalkulasi adanya kendala-kendala, seperti pengangkutan yang tidak selalu sesuai jadwal atau bahkan adanya bahaya transisi kuman pathogen yang masuk bersama induk udang impor,” ujarnya.

 

Di samping dari prespektif peran penting BPIU2K Karangasem tersebut di atas, di tempat yang sama Kepala KPKNL Singaraja I Wayan Subadra melihat pula dari prespektif lain, bahwa ketersediaan fasilitas berupa aset BPIU2K Karangasem yang notabene adalah BMN, baik berupa bangunan maupun peralatan dan mesin belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini diakui oleh Ida Bagus M. Suastika Jaya, yang menurut pengakuannya sebenarnya BPIU2K Karangasem merupakan broodstock center yang cukup ideal dari segi teknis operasional dengan didukung lokasi strategis di Bali yang memiliki jalur penerbangan merata ke berbagai penjuru dunia. Aset dan fasilitas yang notabene BMN tersebut diakuinya memang sangat besar dibandingkan dengan kemampuan pemerintah untuk mengoperasikannya.

Berpijak dari data-data dan fakta-fakta tersebut Kepala Seksi PKN KPKNL Singaraja Dodik Heru Nugroho melakukan kajian awal bahwa bentuk pemanfaatan BMN yang tepat adalah KSP-BMN. Prinsip-prinsip KSP-BMN sesuai Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 06 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Keuangan  R.I. Nomor 96/PMK.06/2007 sejalan dengan tujuan teknis yang dipresentasikan oleh Ida Bagus M. Suastika Jaya, bahwa dengan KSP-BMN akan memudahkan para pembudidaya memperoleh induk unggul seperti induk impor. Kedua, mengurangi masalah transportasi antar negara yang menimbulkan beban tambahan dan persyaratan kompleks dari negara asal dan ketiga, memungkinkan adanya transfer manajemen dan teknologi serta menciptakan kemandirian dalam penyediaan induk udang unggul serta meningkatkan penerimaan negara/daerah. 

Dari kajian awal pada pertemuan tersebut, diinventarisir dan dianalisa berbagai hal terkait dengan rencana KSP-BMN dimaksud. Rencana menjadi sangat menarik karena di dalam KSP-BMN dimaksud. Rencana menjadi sangat menarik karena di dalam KSP-BMN tersebut ada kemungkinan terciptanya Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)/Intelectual Property Right (IPR), berupa ditemukannya Gen (Breeding) Induk Udang Unggul baru hasil penelitian/persilangan yang dilakukan oleh Mitra Kerja Sama. HAKI ini tentu bernilai sangat signifikan dan harus diperjanjikan menjadi pihak mana yang berhak mendapatkannya.

Di samping itu, ada kemungkinan pula apabila Mitra Kerja Sama merupakan Perusahaan Modal Asing (PMA) atau Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terafiliasi dengan perusahaan asing akan membangun fasilitas-fasilitas baru sesuai Standar Internasional, yang di akhir KSP-BMN diserahterimakan kepada BPIU2K Karangasem. Hal-hal ini menjadi sangat mungkin, karena menurut informasi Ida Bagus M. Suastika Jaya saat ini sudah antri sedikitnya lima calon mitra kerja sama yang siap mengikuti tender sebagaimana ketentuan yang berlaku dalam penetapan mitra kerja sama apabila KSP-BMN disetujui DJKN selaku Pengelola Barang. 

                                                                                                                                                                                        

Di akhir pertemuan, semua pihak yang hadir baik dari satker, pejabat/petugas dari Kantor Pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan KPKNL Singaraja, sangat mendukung penuh rencana KSP-BMN dimaksud demi mewujudkan pemenuhan induk udang unggul. Dapat diproduksikannya induk udang unggul di Indonesia akan mampu menekan harga jual indukan mencapai 90% lebih murah daripada induk udang impor dengan kualitas yang sama. Ketersediaan induk udang unggul yang murah berdampak pada harga jual udang konsumsi yang lebih murah mengingat selama ini udang masih merupakan makanan yang eksklusif dengan harga yang masih relatif mahal. The availability supply for Bs Quality impact in low price consumption shrimp; so Now Everyone Can Eat Shrimp. (Dodik HN – KPKNL Singaraja)

Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini