Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Urgensi Pesan Kunci, Media Monitoring, dan Mitigasi Isu untuk Jaga Efektivitas Komunikasi Organisasi
Nurul Fadjrina
Rabu, 12 Agustus 2020 pukul 12:15:55   |   1079 kali

Jakarta - Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah mengubah lanskap media massa dari media konvensional ke media digital, dan akibatnya berimbas pada strategi kehumasan dalam menjalin interaksi dengan media. Pemahaman terhadap perubahan media yang tercermin pada relevansi pesan kunci, optimalisasi media monitoring, dan mitigasi isu, menjadi hal penting yang perlu diperhatikan guna menjaga efektivitas komunikasi sebuah organisasi. Hal ini disampaikan oleh Ira Koesno, pembawa acara televisi kondang sekaligus Communication Strategy Advisor dan Media and Public Relations Trainer di IraKoesno Communications, dalam sesi Sharing Knowledge Media Handling and Public Speaking pada hari ketiga Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) tahun 2020 yang diselenggarakan melalui aplikasi video konferensi Zoom Meeting, Rabu (12/8).

Internet changes everything,” ujarnya. Menurut Ira, untuk merespon perubahan tersebut, DJKN perlu mengubah cara dalam menghadapi dan mengemas informasi yang akan disampaikan kepada media. Pemberitaan digital yang tengah melejit pada masa ini, ungkapnya, sangat bergantung kepada traffic atau akses berita oleh para pembaca. Semakin tinggi traffic, maka semakin tinggi pendapatan dari pemasangan iklan yang akan diperoleh media. Oleh karena itu, berita digital kerap kali menggunakan judul-judul clickbait atau sensasional yang memang dimaksudkan untuk menggugah rasa penasaran pembaca.

“Ini tantangan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu di DJKN, bagaimana membuat sesuatu yang tidak langsung bersentuhan dengan publik, tidak hanya dimuat, tetapi juga dibaca. Kekuatan angle, menentukan highlight, penting sekali saat ini. Hanya muncul di media, tanpa dibaca orang itu percuma,” kata Ira.

Ia menekankan bahwa dalam menentukan angle dan highlight, DJKN perlu amat teliti agar pesan kunci yang disusun benar-benar jelas dan dapat ditangkap oleh media dengan baik. Pesan kunci dapat meminimalisir kesalahan penyampaian oleh narasumber dan meningkatkan konsistensi pemberitaan. Cara untuk memastikan hal ini adalah dengan memahami bahwa konten yang diberikan harus relevan dengan publik. “Dengan itu, audiens mau baca. Karena kalau tidak begitu, nanti media yang akan membuat, dan itu sifatnya mungkin clickbait. Media harus menghasilkan traffic. Kalau kita tidak mengerti perubahan ini terjadi di mereka, kita akan business as usual,” ucapnya.

Ira juga menyatakan bahwa ketika menjadi pejabat, tidak ada kemewahan untuk tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Terlebih di era digital saat ini yang memungkinkan media mainstream bergabung dengan publik di media sosial. “Kalau kita tidak menjawab, tidak memenuhi keingintahuan publik, maka publik dengan gampangnya menjadi news producer melalui media sosial mereka sendiri,” ujarnya. Ia meminta para pejabat di DJKN untuk tidak takut muncul sebagai juru bicara. “Karena kalau kita tidak bicara, lalu ada yang bicara negatif tentang ranah otoritas kita, yang akan muncul adalah yang negatif. Apakah kita mau seperti itu?” tanyanya.

Dengan demikian, Ira menilai kemampuan untuk mengemas narasi serta kinerja melalui pesan kunci yang tersusun baik, menjadi penting untuk menyeimbangkan dan membangun pemberitaan terkait DJKN di ruang publik. Ia mengajak para peserta Rakernas untuk melihat perubahan pada lanskap media ini sebagai sebuah kesempatan. Pihak yang banyak memberikan data, memberikan rasa kepercayaan, serta memiliki hubungan baik dengan media, akan menjadi pihak yang lebih didukung oleh media.

Untuk dapat menggagas pesan kunci yang sesuai dengan pikiran audiens, Ira menyebutkan media monitoring sebagai alat yang dapat diandalkan untuk mengetahui apa yang tengah berkembang di masyarakat. “Tanpa itu, kita bisa terjeblos. Apa yang kita pikir viral, ternyata biasa-biasa saja, atau sebaliknya,” ujarnya. Melalui media monitoring, para pihak yang menangani masalah kehumasan di DJKN diharapkan dapat mengumpulkan seluruh informasi yang penting dalam proses pembuatan pesan kunci. Setelah itu, Ira merekomendasikan agar dilakukan mitigasi isu sebagai persiapan.

“Tanpa mitigasi, jangan berani hadapi media. Coba dimitigasi, kalau dijawab seperti ini, apa responnya? ‘What If’ scenario sangat penting,” ungkapnya. Dalam pelaksanaan mitigasi ini, Ira juga mengangkat urgensi Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan komunikasi kehumasan di kantor pusat dan kantor vertikal DJKN, yang di dalamnya memberikan panduan terkait isu-isu sekaligus dengan pesan kuncinya.

“Jadi, setiap direktorat juga harus menyampaikan program-program unggulannya ke Humas. Ini mendesak dilakukan, terutama di masa pandemi. Reporter banyak mencari bahan berita dari internet. Manfaatkan hal ini untuk kita bisa memasukkan pesan kunci, angle berita yang diinginkan,” pungkasnya. (Foto: Brilly/Bhika, Teks: NF - Humas DJKN)

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini