Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Kepala BNPT: Jangan Mudah Terprovokasi dengan Postingan Negatif di Media Sosial
Esti Retnowati
Rabu, 21 Agustus 2019 pukul 08:13:34   |   600 kali

Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius memberikan imbauan untuk berhati-hati dengan kabar yang ada di media sosial kepada para peserta seminar Nationalism and Radicalism in Borderless Era pada Selasa (20/8) di Aula Kantor Pusat DJKN, Jakarta. Ia menjelaskan bahwa pengguna media sosial harus mampu memfilter dan memverifikasi informasi yang ada di dalamnya. “Jangan sampai kita mudah terprovokasi dengan postingan negatif yang ada media sosial,” ujarnya.

Selain itu, Suhardi juga mengingatkan kepada para peserta seminar untuk peduli terhadap lingkungannya karena radikalisme dapat tumbuh dimanapun, tidak hanya face to face tetapi juga melalui media online. “Kalian masa depan Indonesia. Kalau cuek-cuek saja kalian tidak akan bisa jadi pemimpin,” pungkasnya.

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata mengharapkan dengan terselenggaranya seminar ini, dapat membangun semangat untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. “Yang lebih penting lagi adalah kita betul-betul membangun kerukunan dalam keanekaragaman yang memang sudah menjadi takdir kita,” ujarnya. Terkhusus untuk para pegawai DJKN, ia juga mengharapkan seminar ini dapat memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana seharusnya menyikapi nasionalisme dan radikalisme dengan cara yang baik.

Pada saat yang sama, dosen Universitas Indonesia Ali Abdullah menjelaskan mengenai nasionalisme dan radikalisme dengan lebih konseptual. “Radikalisme biasanya muncul dari gerakan perubahan sosial melakukan konfrontasi terhadap tatanan dan pranata sosial dan politik yang berlaku,” ujarnya. Dalam pengertian ini, ia menjelaskan bahwa radikalisme berusaha membentuk kelompok eksklusif yang menjustifikasi aksi perilaku dengan logikanya sendiri. Untuk nasionalisme, ia mengatakan hal tersebut merupakan suatu doktrin dimana negara dan bangsa harus sebangun dan kongruen.  

Aurelia Vizal, Duta Generasi Melek Politik juga turut menjelaskan dengan sudut pandang yang berbeda pula. Menurutnya, radikalisme bentuknya dinamis dan relatif. “Dalam diri kita, kita punya taraf salah dan benar yang berbeda,” kata Aurelia. Oleh sebab itu, ia mengingatkan agar selalu memegang nilai humanisme sebagai manusia. Hal tersebut dinyatakan dengan menghargai manusia lain. “Boleh kita memiliki standar baik dan buruk dalam diri kita sendiri. Tapi saat kamu keluar rumah, berinteraksi dengan orang-orang, di media sosial, yang kamu bawa adalah humanisme sebagai manusia,” pungkasnya. (rika/ferdi)


 


Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini