Jakarta – Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN) mempersiapkan Big Data untuk menyambut era Industrial Revolusi 4.0. Sekretaris DJKN Dedi Syarif Usman menyampaikan bahwa big data sangat penting untuk menganalisis karakter dan behavior konsumen. Dalam hal ini, DJKN mempunyai stakeholder yang harus diketahui juga karakter dan behavior-nya untuk mengidentifikasi aplikasi-aplikasi atau produk-produk apa saja yang sesuai dengan taste market.
“Jangan sampai dunia bisnisnya sudah semua
serba e- (internet -red) setelah big data kita tidak siap,”
ujarnya saat membuka seminar Industrial Revolution 4.0: Transforming
Government through Big Data pada Selasa, (18/06) di Aula Kantor Pusat DJKN.
Lebih
lanjut, Dedi mengungkapkan, “Tujuan DJKN menghadirkan tenaga ahli industri kreatif, seperti GO-JEK dan Unilever agar DJKN memiliki perspektif bagaimana government
bisa in line, link and match dengan dunia usaha.”
Pranata Komputer Direktorat
PKNSI DJKN Ahmad Zainur Rofiqin juga mengatakan big data analysis sangat penting bagi DJKN. Ahmad menjelaskan
bahwa big data analysis merupakan kegiatan mengubah data yang berukuran
besar, yang bentuknya beraneka ragam, dan yang formatnya beraneka rupa menjadi
suatu knowledge yang bisa bermanfaat bagi manajemen dalam proses pengambilan
keputusan.
Pihaknya
juga menambahkan prospek big data di DJKN bisa dilakukan dengan
mengumpulkan semua aplikasi internal DJKN ditambah data media sosial, data e-comerce,
data dari imigrasi dan sumber data lainnya. Hal itu akan menjadi beberapa usecase.
“Seperti prediksi nilai aset misalnya, sebelum penilai datang ke lokasi,
penilai sudah punya nilai prediksi untuk suatu aset tersebut asalkan data yang
dimiliki valid,” tambah Ahmad.
Selain itu, Head of
digital CRM and Big Data at Unilever Aldila Septiadi menuturkan bahwa pengolahan big data
dapat membantu organisasi untuk menganalisis kebutuhan stakeholders. Berdasarkan
hasil data yang telah dianalisis tersebut nantinya organisasi mampu
mempersiapkan produk/jasa yang dibutuhkan bagi stakeholders, sehingga
tepat sasaran. “Setidaknya kita harus memikirkan lima sampai sepuluh tahun ke
depan konsumen akan seperti apa, konsumen akan membutuhkan apa, kebiasaan konsumen
seperti apa,” ungkapnya.
Narasumber
lainnya, Alva
Erwin, Manajemen
pelaksana Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengingatkan bahwasannya organisasi adakalanya
perlu melakukan sampling dalam pengumpulan data. Organisasi harus memperhatikan algoritma/masalah yang dihadapi organisasi, untuk menentukan
data-data apa saja yang dibutuhkan guna memecahkan masalah organisasi tersebut.
Hal ini perlu diperhatikan karena banyaknya data justru bisa menjadikan suatu
masalah menjadi semakin sulit penyelesaiannya. Data yang terlalu banyak
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam mengalisisnya dikarenakan resource yang semakin banyak pula. “Semakin besar datanya, tidak serta merta
kesulitannya menjadi linier,” ungkapnya.
Narasumber dari Business Intelligence Group Head – Mobility at GO-JEK Muhammad Adrian mengatakan bahwa terdapat proses recycle selama proses big data analysis. Adrian menjelaskan proses recycle tersebut dimulai dari didapatnya signal yang terkait dengan kebutuhan organisasi, setelah signal tersebut diterima dicarilah data-data yang relevan dengan kebutuhan organisasi, kemudian data-data yang telah didapat diolah menjadi informasi, informasi tersebut dijadikan sebagai insight, dan insight tersebut-lah yang dapat digunakan pemangku kepentingan dalam membuat decision. “Seperti itu prosesnya secara berulang,” ujarnya.
Seminar yang dihadiri lebih dari seratus peserta itu diharapkan dapat memberikan semangat DJKN dalam menghadapi era Industrial Revolution 4.0 ke depan. Selain itu, peserta juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan Big Data bagi unit organisasinya masing-masing. (Ulya/Monica)