Kabupaten Bandung – Sumber daya alam (SDA) merupakan
salah satu wujud kekayaan yang dikuasai Negara. Melimpahnya SDA yang ada di Indonesia menjadi
tantangan tersendiri bagi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk mengetahui nilai dari kekayaan Negara dalam bentuk SDA tersebut. Saat
ditemui di sela-sela kegiatan Uji Penilaian SDA berupa Sumber Daya Air di Hulu
Sungai Citarum (Situ Cisanti), Kepala Subdirektorat Standardisasi Penilaian Bisnis dan
Sumber Daya Alam DJKN Muhammad Nahdi mengungkapkan bahwa selama ini belum pernah ada penilaian
SDA sehingga belum ada data mengenai nilainya.
“Selama ini kita di Indonesia selalu bilang kita ini
kaya dengan sumber daya alam. Tapi berapa nilai dari kekayaan sumber daya alam? Ada yang pernah
menghitung? 10 miliar? Satu triliun? Dua triliun? Belum ada,” ungkap Nahdi.
DJKN
bekerjasama dengan Perum Perhutani Kawasan Penguasaan Hutan (KPH) Bandung
Selatan dan Pemerintah Desa Tarumajaya juga menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk mengetahui nilai
manfaat Situ Cisanti bagi masyarakat sekitar pada pada Selasa (30/4) di Balai
Desa Tarumajaya, Kecamatan
Kertasari, Kabupaten Bandung. Nahdi berharap, dengan adanya kegiatan ini, masyarakat
bisa memahami betapa pentingya SDA yang ada disektiar kita sehingga akan lebih
peduli dan memeliharanya lebih baik lagi.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Seksi Penilaian Sumber Daya Alam Edy
Riyanto menambahkan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan menggali informasi
untuk mengetahui manfaat dari Situ Cisanti dan manfaat dari mata air yang ada
di sekitarnya bagi masyarakat. Untuk mendapatkan informasi tersebut, Tim dari
Direktorat Penilaian DJKN melakukan survei kepada masyarakat Desa Tarumajaya dan
juga kepada pengunjung Situ Cisanti mulai dari Rabu (1/5) sampai dengan Kamis (2/5) yang lalu.
Untuk diketahui, Situ Cisanti adalah sebuah danau yang
terletak di Kawasan Hutan Negara Petak 73 dalam wilayah pengelolaan Perum
Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan. Situ Cisanti
merupakan hulu dan titik 0 (nol) Kilometer dari Sungai Citarum dan menampung
air dari tujuh matar air, yakni mata air Citaraum, Cikahuripan, Cikolebers,
Cihaniwung, Cisadane, Cikawudukan, dan Cisanti. (faza/abah)