Majalengka - Direktur Jenderal Kekayaan
Negara selaku Kuasa Pemegang Saham PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) beserta
Komisaris dan Direksi PT SMI melakukan kunjungan ke Bandar Udara Internasional
Jawa Barat di Majalengka pada Jumat (24/8). Kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau
bandara yang pendanaannya melalui financial
advisory dari PT SMI.
Dalam kunjungan tersebut,
rombongan yang terdiri dari Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rahmatarwata,
Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) DJKN Dedi Syarif Usman, Direktur LMAN
Rahayu Puspasari, Komisaris PT SMI Sukatmo Padmosukarso, Direktur Utama PT SMI Emma
Sri Martini, Direktur PT SMI Darwin Trisna Djajawinata, Kepala Subdirektorat
KND I DJKN Nofiansyah, Kepala Seksi KND III C DJKN A. Ridwan diterima oleh
Direktur Operasional dan Pengembangan Bisnis PT Bandar Udara Internasional Jawa
Barat (BIJB) Agus Sugeng Widodo.
Kunjungan diawali dengan
pemaparan sekilas oleh Sugeng mengenai bandara yang oleh masyarakat sering
disebut Bandar Udara Kertajati kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi fisik
bandara kertajati.
Dalam paparannya, Sugeng menjelaskan bahwa bandara yang memiliki luas terminal penumpang sebesar 96 ribu meter persegi ini menelan project cost sebesar Rp2,6 triliun, dimana Rp1,5 triliun dana berasal dari sindikasi pinjaman bank syariah. Lebih lanjut, Sugeng menjelaskan bahwa perusahaan juga akan menerbitkan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).
Senada dengan Sugeng, Dirjen KN menyampaikan bahwa penggunaan RDPT akan menarik bagi perusahaan yang memiliki dana yang besar
namun hanya mau berinvestasi di instrument yang dapat diperdagangkan, misalnya
perusahaan asuransi syariah.
Selanjutnya, ketika ditanya mengenai alasan
pemilihan PT SMI sebagai finansial
advisor, Sugeng menjelaskan bahwa PT SMI dipandang mampu memberikan advise secara profesional kepada PT
BIJB terkait masalah keuangan. Selain itu PT SMI dinilai telah memiliki pengalaman
yang memadai untuk memberikan finansial
advisor. “Ada yang profesional namun belum berpengalaman,” katanya.
Sugeng juga menilai bahwa PT SMI dekat
dengan Lembaga perbankan dan jasa keuangan, sehingga mampu memberikan masukan
utamanya terkait pembiayaan dalam pengambilan keputusan PT BIJB.
“Walaupun orang-orang yang ada di PT BIJB ini direkrut dari yang sudah berpengalaman, namun secara korporasi PT BIJB ini masih baru, sehingga perlu advisory agar dalam pengambilan keputusan dari direksi ini tidak salah,” ujarnya.
Berdasarkan keterangan tertulis
dari PT SMI, dalam fase persiapan, PT SMI mendampingi PT BIJB di dalam
melakukan review untuk studi
kelayakan atas pembangunan bandar udara, studi rencana bisnis untuk PT BIJB
yang mencakup pengembangan bandar udara dan kawasan aerocity yang direncanakan
dibangun di sekitar bandar udara, review
masterplan pengembangan kawasan aerocity
dan bandar udara, membantu PT BIJB melakukan penjajakan awal untuk investor
mitra strategis, RDPT, maupun sindikasi pinjaman syariah, serta diskusi potensi
pembiayaan dan struktur pembiayaan dengan calon kreditur dan investor ekuitas
(mitra strategis dan RDPT).
Kemudian dalam fase pendampingan dan transaksi pembiayaan, PT SMI berperan memberikan pendampingan kepada PT BIJB untuk melakukan presentasi kepada Pemegang Saham (Pemprov Jabar), pendampingan untuk melakukan transaksi negosiasi Kerja Sama Operasi (KSO), pendampingan kepada PT BIJB untuk berdiskusi dengan sindikasi Bank Syariah, serta pendampingan kepada PT BIJB untuk berdiskusi dengan investment manager RDPT.
Ditempat yang sama, Kepala Subdirektorat KND I DJKN Nofiansyah menjelaskan bahwa PT SMI merupakan Badan Usaha Milk Negara (BUMN) dibawah Kementerian Keuangan yang mendapatkan mandat sebagai katalis percepatan pembangunan infrastruktur, termasuk financial advisory yang meliputi antara lain terkait pemodelan keuangan dan penentuan struktur pembiayaan. “Kita (DJKN–red) selaku kuasa pemegang saham ingin melihat bagaimana PT SMI menjalankan mandat yang diberikan kepadanya,” ujarnya ketika ditanya mengenai tujuan kegiatan.
(Humas DJKN)